50 Jemaah Gereja Aliran Sesat Tewas Kelaparan, Ajarkan Anak-anak Agar Tak Sekolah
SABANGMERAUKE NEWS, Kenya - Pihak berwenang Kenya telah menemukan sedikitnya 50 mayat anggota Gereja Kabar Baik Internasional (Good News International Church) yang diyakini mati kelaparan karena keinginan mereka sendiri.
Polisi juga menyelamatkan 29 anggota gereja "Kabar Baik Internasional" di hutan dekat kota pesisir Malindi. Jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat karena Palang Merah Kenya melaporkan setidaknya 178 orang anggota jemaat gereja itu hilang.
Pasukan keamanan Kenya dan warga kota pesisir Malindi masih terus menemukan mayat orang-orang yang mati kelaparan karena mengikuti ajaran pendeta Gereja Kabar Baik Internasional (Good News International Church), Paul Mackenzie. Inspektur Jendral Polisi Kenya, Japhet Koome, mengatakan 11 mayat lagi berhasil digali dari lahan milik Mackenzie di hutan Shakahola pada hari Senin ini (24/4). Dua puluh sembilan orang berhasil diselamatkan.
Japhet Charo, salah seorang warga desa Furunzi di mana Mackenzie kerap memberikan kotbah kepada pengikutnya, mengatakan masyarakat sangat sedih dengan kematian yang tidak masuk akal ini.
“Setiap orang merasa sedih. Tidak hanya mereka yang pergi ke gereja, tetapi juga yang tidak pergi ke gereja itu. Mereka kecewa dengan seluruh situasi yang belum pernah kami alami sebelumnya ini. Orang-orang bertanya-tanya apa manfaat situasi seperti ini. Pendeta itu mengatakan anak-anak akan meninggal lebih dulu, diikuti ibu mereka, para perempuan dan laki-laki. Kami tidak yakin apakah kematian seperti ini akan memberi manfaat,” ungkapnya.
Pendeta Mackenzie telah ditangkap lebih dari satu minggu lalu setelah empat pengikutnya meninggal karena kelaparan. Menurut laporan, para pengikutinya mengira dengan membuat diri mereka kelaparan, mereka akan bertemu Yesus. Sejak saat itu pihak berwenang telah menemukan 50 mayat dari hutan itu.
Charo mulai datang ke gereja yang diasuh pendeta Mackenzie itu tahun 2006, setahun setelah gereja itu dibuka. Ayah delapan anak itu mengatakan ia mengenal Mackenzie ketika menjadi supir taksi di akhir tahun 1990an, dan sering mencuci kendaraan untuknya. Laki-laki berusia 44 tahun itu meninggalkan gereja itu tahun 2017 ketika anak-anaknya mulai mengikuti ajaran Mackenzie yang anti-sekolah.
“Ada aturan di gereja bahwa perempuan harus memotong rambut mereka dan tidak memakai make-up atau riasan wajah. Ia (Mackenzie, red.) mendorong anak-anak untuk tidak bersekolah karena katanya tidak ada ajaran dalam Alkitab yang mengharuskan anak-anak pergi ke sekolah. Ketika sampai pada hal-hal semacam itu, saya melihat ada semacam permainan politik di gereja. Akhirnya saya memutuskan tidak lagi datang ke gereja itu,” tambah Charo.
Presiden Kenya William Rutto mengatakan tidak ada perbedaan antara tindakan pendeta itu dengan teroris.
“Apa yang kita lihat di Kilifi, Shakahola, mirip dengan tindakan teroris. Tidak ada perbedaan antara Paul Mackenzie yang berpura-pura dan berpose sebagai pendeta, padahal sesungguhnya ia adalah penjahat yang mengerikan,” ujarnya.
Keluarga masih terus mendatangi hutan Shakahola untuk mencari anggota keluarga yang mereka cintai.
Menurut Palang Merah Kenya, yang membantu upaya penyelamatan dan dukungan psikologis, jumlah orang yang hilang terus meningkat.
Manajer Regional Palang Merah Kenya Hassan Musa mengatakan, “Menurut catatan kami masih ada 178 orang yang hilang. Kami bekerja sangat erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya untuk melihat apakah kami dapat mengidentifikasi mayat yang telah ditemukan, kalau-kalau mereka adalah orang-orang yang dilaporkan hilang".
"Melihat jumlah korban yang sangat banyak ini, kami bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk melihat kemungkinan meningkatkan kapasitas kamar mayat, dan apa yang kami lakukan adalah melihat apakah kami dapat memiliki kontak di kamar-kamar mayat sehingga dapat mengakomodasi jumlah korban yang meningkat dari hari ke hari," kata Hasan.
Presiden Ruto telah mengarahkan badan keamanan Kenya untuk memantau kegiatan para pemimpin agama yang mempromosikan ideologi berbahaya. (*)