Blok Rokan Makan Korban Nyawa: Kepala Pekerja Tertimpa Boom Crane Lalu Tewas, Kejar Target Ngebor Minyak?
SM News, Riau - Kecelakaan kerja fatal di malam hari terjadi di Blok Rokan menewaskan seorang pekerja Mizi (24). Kepala korban tertimpa boom crane hingga mengalami luka serius tak tertolong lagi menghembuskan nafas terakhir, Kamis (9/12/2021).
Kejadian memilukan ini terjadi di proyek pengeboran sumur Bekasap-206 yang disebut Rig Airlangga-55. Proyek ini dikerjakan oleh sub kontraktor PT Asia Petrocom Service (APS) yang merupakan mitra dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), kontraktor pengelola Blok Rokan yang mengganti PT Chevron sejak 9 Agustus 2021 lalu.
Rupanya pekerjaan ini berlangsung larut malam. Insiden terjadi sekitar pukul 21.05 WIB. Saat itu terjadi aktifitas perpindahan rig ke lokasi baru.
Saat akan menurunkan crane dari lowbed, operator crane memgangkat boom sekitar 2 meter. Tujuannya untuk memindahkan tiang penyangga yang digunakan sebagai penyangga boom saat mobilisasi crane.
Tiba-tiba boom yang diangkat tidak bisa bertahan sehingga turun dan mengenai korban di bagian kepala. Sempat dilarikan ke fasilitas kesehatan di Duri, namun Mizi sudah menghembuskan nafas terakhirnya.
Korban Mizi (24) merupakan warga Desa Penaso, Kecamatan Pinggir, Bengkalis.
Vice President Corporate Affair PT PHR wilayah kerja Rokan, Sukamto Tamrin belum memberikan penjelasan saat dikonfirmasi ikhwal kecelakaan kerja yang memakan nyawa ini, Sabtu (11/12/2021). Ia belum membalas pesan konfirmasi yang dilayangkan via layanan Whatsapp.
Pupus Klaim Ambisi Zero Accident
Kecelakaan kerja yang menewaskan Mizi (24) di Bekasap memupus ambisi PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) yang sebelumnya mengklaim catatan nihil kecelakaan fatal alias Zero NOA (Number of Accident).
Kejadian yang terjadi di sumur Bekasap merupakan jenis kecelakaan fatal super-serius yang harus diinvestigasi atas dugaan kelalaian fundamental sistem kerja di tengah ambisi PHR melakukan kejar target pengeboran sumur minyak.
PT PHR tiga pekan lalu sempat menebar rilis ke sejumlah media dalam catatan prestasi produksi pada 100 hari kerja pasca-alih kelola Blok Rokan dari tangan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Dalam keterangannya saat itu, Sukamto menjelaskan kalau PHR di wilayah kerja Rokan mencanangkan rencana kerja yang masif dan agresif untuk meningkatkan produktivitas melalui program pengeboran sumur-sumur produksi baru, pengelolaan kinerja base business untuk menahan laju penurunan produksi alamiah, dan keandalan fasilitas operasi.
PHR mengklaim melakukan berbagai terobosan agar target sumur baru dapat tercapai. Di antaranya, tim pengeboran melakukan beberapa kegiatan secara paralel (offline activity), meningkatkan keandalan peralatan pengeboran, dan menyusun perencanaan yang matang dalam pemenuhan sumber daya pendukung agar menghindari terjadinya waktu menunggu servis atau material.
“Hasilnya, PHR WK Rokan berhasil memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal atau put on production (POP). Dari sebelumnya sekitar 22 hingga 30 hari, kini menjadi sekitar 15 hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) atau sumur-sumur penghasil jenis minyak ringan,” jelas Sukamto tiga pekan lalu.
Apakah dugaan kejar target dan klaim memperpendek durasi pengeboran tersebut terkait dengan risiko kecelakaan kerja yang terjadi menimpa Mizi? Hanya investigasi transparan dan kredibel yang akan mengungkapnya. (*)