Jembatan Panglima Sampul di Kepulauan Meranti Ambruk, Akses Sejumlah Desa Terputus
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Jembatan Panglima Sampul di Kecamatan Tebing Tinggi Barat, Kepulauan Meranti ambruk, Rabu (22/5/2024) siang ini. Bentangan jembatan rubuh ke dalam sungai hingga menyebabkan akses terputus.
Kejadian ambruknya Jembatan Panglima Sampul ini seolah menjadi episode ulangan kasus robohnya Jembatan Selat Akar di Kecamatan Tasik Putri Puyu pada Agustus 2023 silam.
Jembatan ini dibangun pada 2002 silam, saat wilayah Kepulauan Meranti masih tergabung dalam Kabupaten Bengkalis. Ambruknya jembatan terjadi sekitar pukul 11.25 siang. Namun, laporan sementara menyebut tidak ada korban jiwa yang jatuh.
Jembatan Panglima Sampul membentang di atas Sungai Perumbi yang menghubungkan beberapa desa di tiga kecamatan menuju ibu kota Kabupaten Kepulauan Meranti di Selatpanjang.
Panjang jembatan mencapai 210 meter, terdiri dari bentang utama sepanjang 60 meter dan oprit sisi kiri dan kanan sepanjang 150 meter.
Jembatan yang ambruk ini menggunakan konstruksi Truss Bridge. Sebelumnya kondisi jembatan sudah mengalami kerusakan, yakni terjadi penurunan pada pondasi dan struktur bangunan. Selain itu tiang penahan konstruksi juga sudah keropos dimakan usia.
Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (PUPRPKPP) Provinsi Riau dikabarkan akan melakukan peninjauan setelah disurati Dinas PUPR Kepulauan Meranti.
Camat Tebingtinggi Barat, Rinaldi mengatakan jembatan ini menjadi salah satu akses utama yang dilalui masyarakat. Keberadaan jembatan sangat vital sebagai satu-satunya akses masyarakat memasarkan hasil perkebunan. Termasuk akses transportasi utama menuju ke Selatpanjang.
Rinaldi menyebut, akibat putusnya jembatan tersebut, ribuan masyarakat di wilayah tersebut terancam kesulitan untuk beraktivitas memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Jembatan ini menjadi urat nadi masyarakat Kecamatan Tebingtinggi Barat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan akses utama untuk menuju ke ibukota kabupaten di Selatpanjang," ucapnya.
Ia berharap pemerintah Provinsi Riau segera memperbaiki jembatan tersebut.
"Kami minta kepada Pemprov Riau segera memperbaiki jembatan ini karena memang menjadi akses utama bagi masyarakat yang ingin berurusan dan melakukan aktivitas perekonomian," kata Rinaldi.
Dinas Perhubungan Kepulauan Meranti akan mencari solusi jangka pendek mengatasi ambruknya jembatan. Rencana membuat dermaga penyeberangan dengan material kayu akan dilakukan, sampai jembatan selesai diperbaiki.
"Kami akan membangun dermaga transportasi penyeberangan Kempang dari dua sisi yakni di Desa Gogok dan Alai sebagai alternatif akses masyarakat saat ini," kata Kepala Dinas Perhubungan Kepulauan Meranti, Agusyanto Bakar.
Sementara itu untuk armada kempang, Agusyanto mengatakan ada tiga unit kempang difasilitasi warga setempat untuk akses penyeberangan.
"Tentunya ada biaya yang dikeluarkan, hanya saja kita meminta untuk tidak terlalu mahal," tuturnya.
Kewenangan Pemprov Riau
Sebelumnya, Kepala Bina Marga Dinas PUPR Kepulauan Meranti Rahmat Kurnia ST mengatakan Jembatan Panglima Sampul statusnya masuk ke dalam ruas jalan provinsi. Sama halnya dengan Jembatan Selat Akar yang roboh lebih awal.
Rahmat menyebut pihaknya juga sudah berkoordinasi ke Dinas PUPRPKPP Provinsi Riau untuk segera dilakukan perbaikan dan menyerahkan hasil Detail Engineering Design atau DED yang telah dibuat.
"Jembatan Panglima Sampul itu masuk ruas Jalan Provinsi Riau. Penanganan dan pemeliharaanya nanti menggunakan anggaran dari provinsi," kata Rahmat Kurnia.
Ia menjelaskan, kerusakan jembatan pada awalnya sudah diketahui. Itu sebabnya Pemkab Meranti telah menyusun DED perbaikannya tahun 2017 lalu.
"Namun di tahun yang sama, SK ruas jalannya sudah terbit, sehingga koordinasi kita ke sana (Pemprov) untuk segera dilakukan perbaikan dan kita serahkan juga hasil DED yang telah kita buat dan itu sedang dipelajari," kata Rahmat lagi.
Pria yang akrab disapa Aang ini juga mengatakan sebenarnya Jembatan Panglima Sampul sudah tidak mampu menahan beban untuk dilintasi kendaraan bertonase besar. Namun belakangan yang terjadi, kendaraan jenis truk yang mengangkut material hilir mudik setiap harinya.
"Beberapa tiang Jembatan Panglima Sampul sudah mulai retak-retak, itu sangat membahayakan masyarakat. Pernah ada cerita, dulunya tiang bawah jembatan pernah ditabrak ponton pembawa material pasir. Dengan adanya kejadian di Tasik Putripuyu beberapa waktu lalu, mudah-mudahan ini menjadi atensi bagi pihak provinsi untuk segera melakukan perbaikan," pungkasnya.
Protes Warga
Sebelum ambruknya Jembatan Panglima Sampul, protes masyarakat sudah dilayangkan kepada dinas terkait atas kebijakan pengeluaran izin bongkar, mengingat usia jembatan sudah tua.
Warga khawatir jembatan menjadi rusak dan akan mengganggu aktivitas. Hanya saja, belakangan kerap kali truk-truk pengangkut material hilir mudik di atas jembatan itu. Kekhawatiran pun semakin menjadi-jadi, terlebih adanya rasa bergoyang ketika kendaraan berat melintasi jembatan tersebut. (R-01)