Nilai Rupiah Babak Belur, Ternyata Ini Penyebabnya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah inflasi AS masih menunjukkan peningkatan.
Merujuk dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,20% terhadap dolar AS di angka Rp15.210/US$1 bahkan sempat melemah hingga Rp15.235/US$1 pada perdagangan Jumat (11/8/2023). Secara mingguan, rupiah telah melemah 0,30%. Dengan demikian mata uang Garuda sudah melemah selama empat minggu berturut-turut.
Rupiah terbilang babak belur pada pekan ini. Pada Selasa (8/8/2023), rupiah bahkan ditutup di posisi Rp 15.215/US$1. Posisi tersebut adalah yang terlemah sejak 23 Maret 2023 atau empat bulan lebih.
Rupiah ditutup melemah pada hari ini setelah inflasi AS masih menunjukkan peningkatan cukup tajam..Inflasi Juli mencapai 3,2% (year on year/yoy) atau lebih tinggi dibandingkan Juni yang tercatat sebesar 3% (yoy).
Meskipun begitu, inflasi periode Juli lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 3,3% (yoy).
Sedangkan inflasi inti di luar harga komoditas energi dan pangan- mencapai 4,7% (yoy) dan 0,2% (month to month/mtm) pada Juli. Data ini menunjukkan bahwa inflasi secara tahunan, baik inti maupun umum, masih jauh berada di atas level target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di kisaran 2%.
Dampaknya, potensi Bank Sentral AS (The Fed) untuk bersikap dovish nampaknya masih cukup jauh. Kebijakan The Fed yang belum melunak akan membuat dolar AS semakin perkasa dan mata uang lainnya seperti Rupiah malah melemah.
Suku bunga tinggi akan membuat investor lebih memilih untuk membeli aset aman dengan daya tarik lebih tinggi seperti dolar AS.
Berbeda halnya dengan data ketenagakerjaan AS yang memberikan kabar gembira, data klaim pengangguran melonjak hingga mencapai 248 ribu. Jumlah ini lebih tinggi dari perkiraan konsensus di 230 ribu.
Lonjakan klaim pengangguran setidaknya memberi harapan jika data tenaga kerja AS mulai mendingin sehingga ada peluang inflasi melandai ke depan.
Rupiah bahkan diramal masih melemah dan diproyeksikan bergerak di rentang Rp15.083 hingga Rp15.345 pada pekan depan menurut Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto.
Ia pun berharap agar perekonomian Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang solid hingga akhir tahun ini dengan performa ekspor yang yang masih menggeliat. Ekspor relatif kuat karena komoditas andalan ekspor tidak mengalami penurunan harga yang sangat drastis.
Sedangkan dari sisi suku bunga, Citibank merevisi proyeksinya menjadi longer for interest rate of Indonesia di level 5,75% yang sebelumnya diproyeksikan terjadinya cut interest rate di September 2023.
Perubahan ini berdasarkan kondisi ketidakpastian global yang belum stabil, lantas Citibank memandang BI perlu menahan suku bunganya lebih lama lagi di level 5,75%.
Selain inflasi AS, rupiah juga babak belur pekan ini karena meningkagtnya kekhawatiran pasar setelah China mengalami deflasi serta Moody's memangkas rating perbankan AS. (*)