Anaknya Meninggal Dunia, Warga Kepulauan Meranti Laporkan Oknum Dokter RSUD Arifin Achmad Ke Polda Riau Atas Dugaan Sengketa Medis
SABANGMERAUKE NEWS, Selatpanjang - Arga (5) anak pasangan Hendra (36) dan Rozita (34) warga Jalan Manggis, Selatpanjang kota, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru seminggu lalu.
Terkait hal tersebut, orang tua korban melaporkan dokter di RSUD itu ke Kepolisian Daerah (Polda) Riau atas dugaan telah terjadi tindak pidana kesehatan yang mengakibatkan anak kandungnya meninggal dunia dengan Laporan Polisi Nomor : LP/B/93/III/2023/SPKT/POLDA RIAU pada Sabtu (3/3/2023) lalu.
Merasa tidak puas dengan layanan dirumah sakit milik Pemerintah Provinsi Riau tersebut, ayah sang bocah, Hendra yang didampingi praktisi hukum kesehatan, Dian Wahyuni.E melaporkan oknum dokter di Poli Onkologi bernama dr.Fathar Usman Bunawar. SpB (K) Onk dengan dugaan telah terjadi tindak pidana kesehatan yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
Praktisi hukum kesehatan, Dian yang mendampingi keluarga korban menyampaikan kronologi kejadian kepada wartawan, Kamis (9/3/2023).
Diceritakan, Arga pada awalnya dalam kondisi baik-baik saja seperti anak pada umumnya. Hanya saja ada pembengkakan di bagian bahu sebelah kanan sebesar kelereng.
Selanjutnya, orang tuanya merasa risau dan almarhum langsung di bawa ke RSUD Kepulauan Meranti oleh ayahnya untuk mendapat perawatan medis.
Setibanya disana, Arga langsung mendapatkan penanganan medis yakni operasi oleh dokter spesialis bedah yakni dr. Indra, namun setelah itu kondisinya semakin membesar dan mengalami infeksi.
Selanjutnya dikatakan Dian Wahyuni, dokter Indra menganjurkan kepada pihak keluarga
agar anak tersebut dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru dikarenakan peralatan medis di RSUD Kepulauan Meranti terbatas sehingga agak susah untuk menangani penyakit yang dialami Arga.
Arga yang dirujuk ke RSUD Arifin Achmad pada hari Kamis (12/1/2023) lalu, langsung masuk ke IGD dan dilakukan computerized tomography scan (CT Scan) pertama. Selain itu juga dilakukan pemasangan infus, Swab Antigen serta pemeriksaan darah ke laboratorium.
"Lebih dari 6 jam almarhum Arga dibiarkan di ruang IGD. Setelah itu baru masuk ke ruang edelweis (Rawat Inap) dan barulah ditangani dokter Poli Bedah Anak bernama Dr.Ismar. SP. B,Sp. BA,” ujarnya.
Selanjutnya, pada Jum’at (13/1/2023) pihak RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mengambil sampel pada bahu sebelah kanan Arga dan diantar sampel tersebut ke laboratorium. Menurut menurut pihak RSUD Arifin Achmad Pekanbaru hasil dari sampel tersebut akan keluar pada 10 hari atau pada tanggal 23 Januari 2023.
Namun setelah itu, tepatnya pada hari Sabtu (18/01/2023) Arga kembali diambil sampel CT Scan kedua yakni Thorax, dada, kepala dan seluruhnya.
Setelah dilakukan pergantian perban pasca bedah, berdasarkan perintah dari dr.Ismar yang merupakan salah satu dokter di ruang edelweis menyuruh pulang dan menganjurkan Arga untuk berobat jalan sambil menunggu hasil labor keluar.
Ditambahkan Dian, menurut pengakuan Hendra kalau dirinya melihat kondisi anaknya tidak memungkinkan untuk dirawat jalan ditambah lagi pasien yang datang dari jauh yakni dari kepulauan Meranti.
“Ayah Almarhum sempat memohon-mohon kepada petugas di ruang edelweis agar anak ketiganya itu dapat dirawat inap agar mudah untuk pengawasan kondisi anak. Tetapi pemohonnya ditolak dan tetap disuruh pulang dan berobat jalan, serta mengusir keluar dari RSUD Arifin Achmad,” jelasnya.
Selanjutnya pada Senin 23 Januari 2023, Hendra bermaksud ingin mengambil hasil laboratorium, namun dikarenakan hari libur bersama, ayah Arga kembali ke RSUD pada hari Selasa (24/01/2023) pagi untuk mengambil hasil tersebut. Namun hasil tersebut tidak didapatkannya karena dianggap efektif oleh dokter
“Ayah Arga disuruh pergi ke bagian labor untuk mengembalikan hasil labor dari sampel yang diambil pada tanggal 13 Januari 2023 untuk diperiksa ulang. Karena dianggap kurang efektif kata dokter Ismar, oleh petugas labor meminta kepada ayah almarhum untuk datang mengambil hasilnya tanggal 30 Januari 2023," ujarnya.
Seminggu kemudian, tepatnya pada hari Senin (30/1/2023) pagi, Hendra kembali mendatangi labor untuk mengambil hasil sampel yang di review ulang.
“Pergi ke laboratorium mau ambil hasil, tiba-tiba dokter Poli Bedah Anak Dr Ismar. SP memberikan rekomendasi untuk dikonsultasikan ke bagian Poli Onkologi bernama dr.Fathar Usman Bunawar.SpB (K) Onk, tanpa ada penjelasan tentang kondisi almarhum dan hasil labor kepada orang tuanya, dimana disini edukasi tidak dilakukan,” jelasnya.
Setelah menemui dr. Fathar, dokter tersebut menyuruh kembali untuk melakukan CT Scan ulang lagi dan menyuruh ke ruang radiologi dan ke ruang anastesi untuk di jadwalkan lalu menyuruh ke labor ambil darah anak.
“Dokter Fathar menyampaikan semua harus diulang dikarenakan tidak bisa pakai acuan yang sudah ada atau yang lama dari dr.Ismar dan dijadwalkan lagi pada tanggal 9 Februari 2023 dan mengarahkan kalau ada apa-apa bawa ke IGD,” bebernya.
Tanpa memberitahukan kepada keluarga, ternyata dokter Fathar cuti selama seminggu yakni dari tanggal 30 Januari 2023 sampai 7 Februari 2023. Selanjutnya Hendra kembali ke RSUD pada hari Rabu 8 Februari 2023 pukul 07:00 WIB pagi untuk mendaftar dan mengurus administrasi.
Sekitar pukul 09:00 WIB Hendra sudah di Poli Onkologi dan pukul 11:00 WIB baru bisa bertemu dr.Fathar.
Diceritakan Dian Wahyuni, saat itu orang tua almarhum mencoba meyakinkan dengan salah satu perawat bernama Mimi agar anaknya tidak dilakukan CT Scan ulang, dengan usia anak sekecil itu berulang kali dilakukan CT Scan sangat beresiko dan menyebutkan untuk memakai hasil CT scan yang lama.
Namun, perawat yang bernama Mimi tersebut mengatakan kalau hal tersebut (keinginan ayah Almarhum,red) tidak bisa dikabulkan dikarenakan dr.Fathar tetap minta hasil CT Scan yang baru.
Setelah itu, Hendra pergi ke ruang Poli anak membawa kertas tanpa ada penjelasan, dan kembali pergi ke ruang anastesi mengantar berkas dari dr.Fathar, lalu ke ruang anastesi lagi sesuai jadwal yakni pada tanggal 9 Februari 2023 pukul 14:45 WIB.
Selanjutnya Hendra kembali lagi ke ruang poli Onkologi, namun dr.Fathar belum masuk karena baru siap cuti. Kemudian perawat Mimi menyuruh Hendra ke ruang Dahlia karena esoknya mau dilakukan CT Scan.
Selanjutnya, setiba di diruang Dahlia pukul 15: 00 WIB, salah satu perawat atau dokter laki-laki saat itu merasa heran dan mengatakan jika anak tersebut sudah dilakukan CT Scan dan tidak perlu dilakukan lagi, hal itu pula juga langsung disampaikan ke dr.Fathar.
“Sekitar pukul 17:00 WIB ayah Almarhum disuruh pulang bawa anaknya tidak bisa rawat inap. Kemudian disuruh datang lagi oleh dr.Fathar pada hari Senin (13/02/2023) dan membawa hasil CT Scan yang lama yang dilakukan pada tanggal 18 Januari 2023,” ungkapnya.
Setelah itu, pada hari Senin (13/02/2023) pukul 07:00 WIB pagi, Hendra mendaftar ke loket, lalu setelah itu tepatnya pukul 09:00 WIB Hendra bertemudengan dr.Fathar lalu menyerahkan hasil CT Scan yang pernah ditolak namun akhirnya itu juga yang digunakan.
Saat itu dr.Fathar menyampaikan jadwal untuk tanggal (15/02/2023) dilakukan Swab dan keesokannya tanggal (16-02-2023) dilakukan pengambilan sampel di kamar operasi, dimana pukul 07:00 WIB pagi harus sudah berada di kamar operasi.
Namun pada hari Selasa (14/02/2023) sekitar pukul 10:00 WIB pagi tiba-tiba Arga mengalami sesak nafas dan bawa ke IGD. Mendengar informasi ada pasien asal Kepulauan Meranti diperlakukan seperti oper bolauntuk mendapat pertolongan medis, salah satu anggota DPRD Provinsi Riau sempat marah kepada petugas di IGD.
"Lihat lah kondisi anak ini, kenapa kalian tidak merawatnya, kenapa dikasih pulang terus, dimana letak hati nurani kalian,” kata anggota DPRD didepan keluarga almarhum.
Saat itu petugas IGD melakukan pemeriksaan hanya menggunakan alat yang dijepit di jari tangan almarhum dan tidak dipasang oksigen. Dokter di IGD tersebut mengatakan tidak apa-apa. Selanjutnya pada pukul 11.30 WIB dokter IGD menyuruh pulang, selanjutnya pada hari Rabu (15/02/2023) mendaftar ke loket kemudian lanjut ke Labor tes SWAB lalu disuruh pulang.
Selanjutnya lagi pada Kamis (16/02/2023) setelah berjam-jam menunggu, baru sekitar pukul 10:00 WIB dr.Fathar tiba dan mengambil sampel yang dilakukan dikamar operasi lalu ditutup dan hanya pakai perban saja dan tidak dijahit.
Sementara Hendra teringat saat dr.Ismar yang saat itu juga sempat merawat dan mengambil sampel dilakukan jahitan.
Setelah itu, dr.Fathar menyuruh Hendra mengantarkan sampel ke labor dan saat itu juga minta kepada dokter di laboratorium yakni dr.Veenda Herlina Pertiwi, Mars,Sp.PA agar hasilnya dipercepat sehingga tidak berminggu-minggu.
“Pihak keluarga belum tau hasilnya, dan mereka tidak tega melihat buah hati mereka merasakan kesakitan itu. Saat itu juga, dr.Veena menyampaikan “Nanti kita bantu, dan tinggalkan saja no HP (Handphone),” jelas Dian Wahyuni.
Selanjutnya pada Sabtu (18/2/2023) pukul 7 pagi Arga kembali masuk ke IGD dengan kondisi sesak nafas dan Kejang-kejang. Petugas IGD menyuruh untuk dilakukan pendaftaran sehingga baru bisa dilakukan tindakan. Karena kondisi saat itu sedang ramai, Hendra baru bisa melakukan pendaftaran setelah menunggu 2 jam, baru pada pukul 9 pagi dilakukan tindakan medis.
“Almarhum Arga baru bisa dilakukan tindakan dengan dipasang 02 dan infus serta dipasang alat seperti mangkok di mulutnya. Kemudian ayah almarhum diminta tanda tangan sebagai persetujuan pasang selang ke dalam mulut anaknya.
Saat itu Arga seperti tidak merespon, namun dokter IGD dan petugas terus menekan-nekan perut anak, baru sekira pukul 13.00 WIB dokter menyampaikan bahwa anaknya sudah meninggal dunia,” ucap Dian.
Ditambahkan Dian Wahyuni, anehnya pada surat kematian anaknya malah ditulis pukul 12:15 WIB. Sementara yang menjadi pertanyaan, semenjak Arga masuk IGD sampai meninggal dunia dr.Fathar dan dr.Ismar tidak datang melihat kondisi anaknya yang mana selama 35 hari merekalah dokter yang menangani.
Setelah itu, tepatnya Senin (27/02/2023) petugas laboratorium memberikan informasi melalui pesan Whatsapp kepada pihak keluarga dengan mengatakan jika nomor telepon pihak keluarga sudah tiga hari tak bisa dihubungi untuk menyampaikan pesan kalau hasil labor Arga sudah keluar.
Padahal, pihak RSUD tidak ada sama sekali menghubungi pihak keluarga, justru sebaliknya nomor telepon pihak laboratorium yang diberikan tidak bisa dihubungi, begitu juga pesan Whatsapp yang dilayangkan tidak pernah dibalas.
Selain itu Resume Medik yang menjadi hak pasien tidak diberikan oleh pihak RSUD sampai tanggal 3 Maret 2023 karena selama ini pihak RSUD memang tidak ada memberikan itu kepada pihak keluarga. Sementara itu bagian Humas dan Pengaduan RSUD Arifin Achmad masih menjanjikan dan mengupayakan agar resume medik milik pasien dapat dikeluarkan.
“Atas peristiwa dan kejadian ini, pihak keluarga sangat kecewa sehingga melaporkan hal tersebut ke Mapolda Riau, tentang ketidakpuasan atas pelayanan di RSUD Arifin Achmad yang berujung tentang sengketa medis,” pungkasnya.
Sementara itu terkait hal tersebut pihak menajemen RSUD Arifin Achmad hingga berita ini diterbitkan belum bisa diminta keterangan. (R-01)