Netizen Jadi Penentu Kemenangan Pemilu 2024, Jumlahnya 60 Persen Pemilih
SABNAGMERAUKE NEWS, Jakarta - Survei terbaru yang dirilis oleh LSI Denny JA memunculkan kantong suara baru yang memiliki potensi besar untuk mempengaruhi hasil Pemilu dan Pilpres 2024, yakni kantong suara komunitas digital alias netizen.
Demikian diutarakan Direktur CPA - LSI Denny JA, Ade Mulyana dalam diskusi virtual bertajuk "Netizen Menentukan Pemenang Pilpres 2024", Sabtu (16/7/2022).
"Salah satu temuan penting dari hasil survei terbaru LSI Denny JA adalah bahwa pada saat ini pertama kalinya dalam sejarah, dua tahun menjelang Pilpres 2024, komunitas digital atau yang biasa kita sebut sebagai netizen ini jumlahnya sudah 50 persen lebih,”ujar Ade.
“Memang ini khusus untuk pengguna Facebook. Bahkan untuk pengguna WhatsApp dan WhatsApp grup mencapai 60 persen,"tambahnya.
Dengan jumlah yang di atas 50 persen ini, dia mengkategorikan bahwa netizen merupakan kantong suara besar baru di samping kantong-kantong suara besar yang lama, misalnya, kantong suara besar dari wong cilik dan juga pemilih muslim.
Dia menjelaskan bahwa untuk survei nasional ke depannya, pihaknya akan lebih concern untuk menggali lebih dalam dan mendetail data di lapangan mengenai potensi masing-masing pengguna platform media sosial, termasuk Instagram, YouTube, Twitter dan juga TikTok.
Fenomena munculnya kantong suara baru yang potensial yakni komunitas digital sebagai penentu dalam pemilu juga terjadi di Filipina, di mana putra mantan diktator Ferdinand Marcos, yakni Ferdinand Marcos Jr. berhasil memenangkan pemilu dan menjadi orang nomor satu di Filipina, berkat kampanye digital yang masif.
"Mayoritas pemilih di Filipina itu berasal dari kalangan muda. Kemungkinan nanti juga sama di Indonesia
Survei terbaru LSI Denny JA itu juga mengungkapkan bahwa untuk kantong suara di komunitas digital, poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) unggul.
"Kalau kita lihat sekarang ini, ada tiga poros kekuatan utama, yakni PDIP dengan satu partai saja, juga ada koalisi yang sudah solid yakni KIB dan juga ada koalisi yang diprakarsai Gerindra dan mungkin juga PKB sebagai poros ketiga," jelas Ade.
"Memang dari tiga poros tadi, untuk kantong suara netizen ini yang lebih unggul adalah KIB. Kenapa? Mungkin kalau kita lihat dari segmentasinya, pengguna media sosial rata-rata adalah mereka yang berasal dari perkotaan dan juga berpendapat tinggi," sambungnya.
"Untuk PDIP ini mereka unggul di kantong-kantong suara wong cilik, karena memang PDIP ini mengkampanyekan sebagai partai wong cilik. Untuk koalisi Gerindra PKB ini lebih unggul ke pemilih muslim. Jadi memang, dua koalisi ini yang belum unggul di segmen pemilih digital. Jadi mereka harus menargetkan segmen ini," papar Ade.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa jika poros lain ingin menyalib KIB dan merebut suara di kantong pemilih digital, maka mereka harus mengkampanyekan narasi-narasi tang sesuai dengan tipikal atau segmen masyarakat berpendidikan dan penghasilan tinggi.
"Begitu pun juga dengan KIB, jika ingin merebut suara dari kantong suara wong cilik, narasi-narasi harus disesuaikan dengan wong cilik. Demikian juga dengan kantong suara pemilih muslim," tutup Ade. (*)