Diklaim Kurangi Emisi Lawan Perubahan Iklim, 42 Proyek Penangkapan Karbon Malah Dipakai Tingkatkan Produksi Minyak
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Belakangan ini dunia tengah mengalami polusi yang memecahkan rekor akibat kebakaran hutan. Sehingga para ilmuwan memperingatkan bahwa dunia harus mengeluarkan emisi gas rumah kaca pada tingkat tertinggi sepanjang maka.
Maka dari itu, muncul teknologi penangkapan karbon alias carbon capture storage (CCS) atau carbon capture utulization storage (CCUS). Teknologi ini merupakan salah satu strategi pengurangan emisi yang dipakai oleh sejumlah negara di dunia.
Sesuai namanya, penangkap karbon adalah teknologi yang dipakai menangkap emisi dari sumbernya atau menyaring karbon dari atmosfer.
Bentuk paling umum dari teknologi penangkapan karbon adalah penangkapan gas dari sumbernya seperti cerobong asap industri.
Setelah ditangkap, karbon dapat dipindahkan langsung ke penyimpanan bawah tanah permanen dalam CSS atau dapat digunakan untuk keperluan industri lain yakni CCUS.
Bentuk lain dari penangkapan karbon adalah penangkapan udara langsung atau direct air capture (DAC), yaitu penangkapan emisi karbon dari udara.
Teknologi penangkap karbon diklaim sebagai salah satu solusi untuk mengurangi emisi dalam upaya melawan perubahan iklim.
Akan tetapi, akankah teknologi penangkan dan penyimpan karbon menjadi salah satu strategi yang tepat untuk memangkas emisi gas rumah kaca? Faktanya, mayoritas proyek penangkap karbon dipakai sebagai metode untuk meningkatkan produksi minyak bumi.
Sejauh ini ada 42 proyek CCS dan CCUS komersial yang beroperasi di seluruh dunia. Menurut lembaga pemantau industri penangkap karbon, Global CCS Institute, 42 proyek tersebut memiliki kapasitas untuk menyimpan 49 juta ton karbon dioksida setiap tahunnya.
Jumlah tersebut setara dengan 0,13 persen dari sekitar 37 miliar ton emisi tahunan energi dan karbon dioksida terkait industri di dunia.
Dari total proyek, sekitar 78 persen atau 30 proyek, karbon yang ditangkap dimanfaatkan untuk peningkatan produksi minyak bumi alias enhanced oil recovery (EOR).
Metode EOR menyuntikkan karbon ke dalam sumur minyak untuk bisa membebaskan minyak-minyak bumi yang terperangkap.
Para pengebor mengatakan, EOR dapat membuat minyak bumi lebih ramah iklim. Namun, para aktivis lingkungan mengatakan praktik tersebut kontra-produktif.
Sisanya, 12 persen atau 12 proyek secara permanen menyimpan karbon di dalam tanah dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi minyak.
Ke-12 proyek ini berada di AS, Norwegia, Islandia, China, Kanada, Qatar, dan Australia, menurut Global CCS Institute. (*)