Awal Mula Tradisi Beli Baju Baru Saat Idul Fitri Ternyata Sejak Kesultanan Banten, Begini Sejarahnya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Tradisi memakai baju baru memang kerap menghiasi momen perayaan Lebaran hari raya Idul Fitri. Selain mudik dan halal bihalal, masyarakat di Indonesia sangat antusias untuk menyiapkan diri dengan tampilan busana sebaik mungkin. Hal ini dilakukan mulai dari merias diri dengan riasan wajah (makeup) hingga memakai aksesori, seperti perhiasan emas. Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah membeli baju Lebaran bermula? Simak uraiannya berikut ini.
Sejarah Beli Baju Baru Lebaran
Melansir core.ac.uk, budaya menggunakan baju baru menjelang Lebaran sudah dilakukan oleh masyarakat di Kerajaan Islam Banten sekitar tahun 1596-an. Hal itu disebutkan oleh sejarawan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam sebuah karya tulis berjudul Sejarah Nasional Indonesia.
Para warga masa kesultanan Islam menjahit baju untuk keperluan Hari Raya Idul Fitri. Bahkan para petani juga turut berhenti sejenak meninggalkan pekerjaannya demi menjahit baju secara mendadak. Meskipun pakaian paling bagus tetap saja dimiliki keluarga kerajaan. Namun, hampir semua warga juga mengenakan baju baru.
Sama halnya di Kerajaan Islam Banten, penduduk Kesultanan Yogyakarta masa itu juga tak mau ketinggalan berlomba-lomba memakai baju baru. Pada akhirnya, tradisi tersebut bertahan hingga sekarang dan dianggap sebagai sebuah keharusan. Bahkan Lebaran dinilai sebagai alarm otomatis untuk mengingatkan muslim Indonesia segera membeli baju.
Menurut Hidayat Surya Abadi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel (2019), asal usul beli baju baru Lebaran menjadi sebuah tradisi juga terpengaruh oleh iklan. Dalam iklan, ‘mitos’ baju baru dimunculkan dengan aneka gimik, adegan, dan cerita yang menarik. Bahkan kisah dalam iklan itu juga menunjukkan memberi baju baru adalah bentuk rasa sayang atau bakti kepada orang tua.
Tradisi Memakai Baju Baru Lebaran dalam Agama Islam
Mohammad Subhan Zamzami dari Institut Agama Islam Negeri Madura (2020) berpandangan bahwa tradisi memakai baju baru pada Hari Raya Idul Fitri diduga diilhami oleh sunah Nabi Muhammad SAW. Dugaan itu diperkuat oleh tiga hadis, salah satunya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab al-Idayn.
Mengutip laman NU Online, Said bin Muhammad Ba’asyin dalam kitab Busyral Karim menerangkan tentang anjuran mengenakan baju terbaik pada Lebaran hari raya Idul Fitri. Selain itu, seseorang yang akan keluar rumah juga dianjurkan untuk berhias dan memakai wewangian.
Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar NU (PBNU) Alhafiz menjelaskan bahwa ada beberapa kemungkinan seseorang membeli baju baru saat Lebaran. Pertama, karena pakaian di rumah tidak muat karena anak-anak bertumbuh besar. Kedua, warna pakaian lama sudah pudar.
Dengan demikian, Alhafiz menekankan bahwa tidak ada kewajiban untuk memakai baju baru Lebaran dalam ajaran Islam. Memang ada anjuran mengenakan pakai putih, tetapi ketentuan itu berlaku di hari Jumat. Namun apabila pakaian putih merupakan pakaian terbaik yang dimiliki, maka boleh digunakan saat Lebaran.
Ia juga menegaskan, jika masyarakat berkeinginan membeli dan mengenakan baju baru di Hari Raya Idul Fitri, maka hukumnya boleh-boleh saja, asalkan tidak memberatkan. Namun, jika tidak mampu membeli, sebaiknya tak perlu berkecil hati dan bisa memilih pakaian terbaik yang ada di lemari.
Itulah penjelasan mengenai sejarah beli baju baru Lebaran yang ternyata berawal dari masa Kesultanan Islam Banten. Meski bukanlah sebuah kewajiban, tradisi membeli pakaian terbaru dianggap sebagai tradisi yang kurang jika tidak dilakukan. Bagaimana dengan Anda?. (*)