Stroke Dipicu Tidur Terlalu Banyak, Ini Penjelasan Ilmiahnya
SABANGMERAUKE NEWS - Rasanya dalam hidup ini tidur nyenyak adalah sebuah anugerah. Tak semua orang bisa tidur pulas hingga akhirnya tiap malam selali begadang.
Tapi, ternyata kurang tidur dan tidur terlalu banyak sama-sama memiliki risiko kesehatan. Namun, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Neurology menunjukkan bahwa tidur berlebihan juga dapat berakibat buruk.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan tidur setidaknya tujuh jam per hari. Akan tetapi, para peneliti menemukan bahwa sesorang yang tidur lebih dari sembilan jam setiap malamnya memiliki kemungkinan lebih besar menderita stroke.
"Hasil (penelitian) kami menunjukkan bahwa masalah tidur harus dijadikan area fokus demi mencegah stroke," ujar Dr. Christine McCarthy yang memimpin penelitian ini kepada New York Post.
"Berkat hasil penelitian ini, dokter bisa melakukan percakapan dini dengan orang-orang yang mengalami masalah," lanjutnya.
Dalam studi yang dilakukan, para ilmuwan dari University of Galway di Irlandia menganalisis data 4.496 orang—kurang lebih setengahnya menderita stroke—yang berpartisipasi dalam studi Interstroke, sebuah studi case control internasional terhadap pasien yang pertama kali menderita stroke akut dan dicocokkan dengan kontrol usia serta jenis kelamin di 32 negara yang terlibat.
Rata-rata partisipan berusia 62 tahun dengan dua pertiganya merupakan laki-laki. Para partisipan diminta untuk mengisi kuesioner tentang kebiasaan tidurnya, termasuk berapa jam mereka tidur, bagaimana kualitas tidurnya dan apakah mereka tidur siang atau tidak.
Faktor lain seperti apakah mereka mendengkur atau mengalami masalah pernapasan saat tidur juga ditanyakan.
Dalam penelitian ini, semua data dilaporkan sendiri oleh para partisipan, dan mereka juga tidak diharuskan memakai perangkat di malam hari untuk merekam pola tidur atau dengkuran.
Apabila partisipan mengaku mengalami sleep apnea, mereka tidak perlu memberikan catatan dokter untuk membuktikannya.
Hasilnya, untuk kelompok yang menderita stroke, 151 orang tidur lebih dari sembilan jam, sedangkan pada kelompok non-stroke, hanya 84 orang yang tidur selama itu.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 162 orang dari kelompok stroke tidur kurang dari lima jam, sementara untuk kelompok non-stroke hanya 43 orang.
Selain itu, seseorang yang mendengkur saat tidur 91 persen lebih mungkin mengalami stroke (tiga kali lebih mungkin menderita stroke daripada mereka yang tidak mendengkur).
Alasan mengapa terlalu banyak tidur dapat meningkatkan kemungkinan stroke belum jelas. Akan tetapi, para peneliti menuturkan bahwa ini mungkin dipicu oleh masalah kesehatan lainnya seperti anemia, depresi atau gaya hidup yang tidak sehat (sedentary lifestyle).
Terlalu banyak tidur juga dikaitkan dengan masalah kesehatan lainnya. Menurut situs WebMD, beberapa masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat terlalu banyak tidur antara lain:
1. Obesitas
Terlalu banyak tidur bisa membuat berat badan naik. Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang tidur selama sembilan atau 10 jam setiap harinya 21 persen lebih mungkin menjadi gemuk dalam enam tahun daripada orang yang tidur sekitar tujuh atau delapan jam.
Lebih lanjut, hubungan antara tidur dan obesitas ini juga tetap sama bahkan ketika asupan makanan dan olahraga diperhitungkan.
2. Sakit Kepala
Bagi sebagian orang yang rentan terhadap sakit kepala, tidur lebih lama dari biasanya pada akhir pekan atau liburan dapat menyebabkan sakit kepala. Para peneliti percaya ini diakibatkan oleh efek tidur berlebihan terhadap neurotransmiter tertentu di otak, seperti serotonin.
Orang yang tidur siang terlalu lama dan kesulitan tidur di malam hari juga mungkin merasakan sakit kepala di pagi hari.
3. Penyakit Jantung
Sebuah studi yang melibatkan hampir 72.000 wanita menunjukkan bahwa wanita yang tidur sembilan hingga 11 jam per malam 38 persen lebih mungkin memiliki penyakit jantung koroner daripada wanita yang tidur delapan jam.
Di sisi lain, kurang tidur dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi dan diabetes, serta peningkatan risiko stroke.
Kendati demikian, penelitian ini bersifat observasional, yang berarti tidak dapat secara langsung membuktikan apakah terlalu banyak atau kurang tidur dapat meningkatkan kemungkinan menderita stroke. Namun, para ilmuwan menemukan bahwa gejala gangguan tidur dikaitkan dengan risiko stroke yang lebih tinggi.
"Hasil penelitian kami tidak hanya menunjukkan bahwa masalah tidur dapat meningkatkan risiko seseorang terkena stroke, tetapi mengalami lebih dari lima gejala ini dapat meningkatkan risiko stroke lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki masalah tidur," kata McCarthy.
Para peneliti mencatat bahwa uji coba di masa depan diperlukan untuk menentukan apakah intervensi tidur efisien dalam hal pencegahan stroke. (*)