3 Pekerja di Blok Rokan Tewas Masuk Tangki Limbah, SKK Migas: Operasi Dihentikan, Polisi dan Disnaker Sudah Amankan TKP!
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Satuan Kerja Khusus Migas (SKK Migas) Perwakilan Sumbagut buka suara terkait kecelakaan kerja yang menyebabkan 3 pekerja PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) tewas di dalam tangki limbah di Centralize Mud Treating Facilities (CMTF) Balam Selatan, Rohil, Jumat (24/2/2023) lalu.
SKK Migas menyebut telah menurunkan tim awal bersama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) ke lokasi untuk melakukan penyelidikan secara komprehensif terkait penyebab utama kecelakaan kerja tersebut.
"Dan menyiapkan langkah-langkah yang diperlukan agar insiden ini tidak terulang kembali," terang Kepala Departemen Humas SKK Migas Perwakilan Sumbagut, Yanin Kholison dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/2/2023) malam kemarin.
BERITA TERKAIT: Murahnya Harga Nyawa Pekerja di Blok Rokan, Quo Vadis PHR?
Yanin menerangkan, untuk sementara aktifitas operasi PT PPLI di area kerja tersebut dihentikan. Pihak kepolisian dan Dinas Tenaga Kerja Riau sudah turun ke lokasi dan mengamankan area kejadian.
"Peristiwa ini tentunya menjadi perhatian serius bagi SKK Migas yang tengah berupaya mendorong mitra-mitra KKKS menjalankan standar tertinggi dalam sistem keamanan dan keselamatan kerja yang telah ditetapkan melalui Pedoman Tata Kerja (PTK) Nomor 005 Tahun 2018 tentang K3LL di sektor Hulu Migas," jelasnya.
BERITA TERKAIT: Profil PT PPLI, Rekanan PT Pertamina Hulu Rokan yang 3 Pekerjanya Tewas di Kontainer Limbah Blok Rokan
Menurutnya, SKK Migas masih terus berkoordinasi dan mengumpulkan informasi sebagai bahan evaluasi sebab terjadinya fatality. Soalnya, semua peraturan standar prosedur pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dalam pekerjaan baik dari Ditjen Migas, SKK Migas dan KKKS pada prinsipnya adalah untuk memastikan zero accident di setiap operasi di wilayah operasi migas.
"SKK Migas turut prihatin dan menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas peristiwa fatality ini. SKK Migas meminta PHR dan mitranya untuk memastikan penanganan korban dan pendampingan keluarga korban diberikan yang terbaik," jelas Yanin.
Ia menjelaskan, sebelum insiden terjadi, SKK Migas telah mengumpulkan Field Manager dari KKKS se Sumatera Bagian Utara (Riau, Aceh, Sumut, Kepri, Sumbar) untuk mengingatkan pentingnya penegakan HSSE atau K3L di Wilayah Operasional.
"Selain itu SKK Migas juga menekankan kepada KKKS untuk secara berkala memastikan persyaratan kompetensi kerja terpenuhi untuk seluruh pekerjaan resiko tinggi sesuai ketentuan yang berlaku," pungkas Yanin.
Penetapan Tersangka
Diwartakan sebelumnya, Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau, Imron Rosyadi mengungkap soal temuan yang dilakukan tim pengawas ketenagakerjaan dalam kasus tewasnya 3 pekerja di Blok Migas Rokan pada Jumat (24/2/2023) lalu. Imron bahkan menyebut soal penetapan tersangka dalam kasus yang menghebohkan dunia migas di Tanah Air ini, sejak Blok Rokan dikelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Sebanyak 3 pekerja PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) tewas di dalam tangki limbah di Centralize Mud Treating Facilities (CMTF) Balam Selatan, Rohil. PT PPLI adalah rekanan PT PHR dalam bidang kerja pengelolaan limbah migas.
"Setelah pemeriksaan saksi dilanjutkan gelar perkara dengan instansi terkait dan penetapan tersangka dalam kejadian tersebut," terangan Imron Rosyadi dalam keterangan tertulis diterima SabangMerauke News, Minggu (26/2/2023).
Imron menjelaskan, dirinya langsung menginstruksikan Kabid Wasnaker & Tim Wasnaker ke TKP melalukan investigasi lapangan usai menerima laporan kecelakaan kerja tersebut. Termasuk melakukan olah TKP bersama pihak EHS PT PHR dan supervisor PT PPLI.
"Saksi-saksi dijadwalkan diperiksa lebih lanjut pada hari Senin 27 Februari 2023 di kantor Disnakertrans Provinsi Riau," jelasnya.
Atas kejadian ini, Imron juga menginstruksikan kepada seluruh perusahaan di Riau untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang K3 yang akan dituangkan dalam bentuk surat tertulis.
"Menugaskan pegawai pengawas ketenagakerjaan untuk melakukan pemeriksaan pelaksanaan norma K3 di seluruh tempat kerja," pungkasnya.
Detik-detik Kematian 3 Pekerja
Sebuah video mengungkap detik-detik 3 pekerja PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) sebelum tewas di tangki limbah di blok migas Rokan, Jumat (24/2/2023) siang kemarin beredar. Dalam video berdurasi 2 menit 16 detik tersebut, terungkap para pekerja yang menjadi korban tidak menggunakan alat pengaman kerja (APD), khususnya masker penutup mulut dan hidung.
Video diawali dengan datangnya seorang pekerja diduga Dedi. Ia sempat melihat ke arah bawah lubang tangki. Sesaat kemudian, ia pun masuk ke dalam tangki berisi limbah lumpur bor dengan membuka helm.
Setelah beberapa detik kemudian, Dedi terlihat naik ke atas lubang. Namun, Dedi terlihat lemas dan langsung jatuh ke dalam lubang tersebut.
Beberapa saat kemudian, dua rekannya Hendry dan Ade pun datang dan langsung masuk ke dalam lubang tangki. Sampai di situ, video rekaman CCTV tersebut tak lagi memunculkan Hendry dan Ade, hingga akhirnya ketiganya ditemukan tewas di dalam tangki.
Sumber SabangMerauke News menyebut, kemungkinan besar ketiga pekerja terkena gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang berasal dari lumpur di dalam tangki limbah.
H2S adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen, seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran.
Reaksi yang muncul dari gas ini menyebabkan lemas dan orang dapat meninggal dunia. Sangat disayangkan, niat Hendry dan Ade membantu Dedi dilakukan tanpa prosedur kerja yang memadai.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh, kejadian tewasnya pekerja terjadi di CMTF Balam South pada pukul 12 siang kemarin. Ketiga korban yakni Ade Ilham (37) dan Dedi Krismanto (44) masing-masing merupakan operator dan Hendri (54) bertugas sebagai PMcOw.
Peristiwa ini disebut-sebut berlangsung pada saat istirahat siang. Sebelum kejadian, sekitar pukul 11.45, pekerja PT PPLI dan RDP meninggalkan lokasi CMTF Balam untuk istirahat dan salat Jumat. Sementara, enam orang pekerja lainnya tinggal di lokasi kejadian. Disebutkan kalau ketiga korban menjaga alat di lokasi proyek dan sebagian ada di ruang laboratorium.
Sekitar pukul 13.30, supervisor project usai salat Jumat bersama dengan tim, kembali ke lokasi proyek. Mereka menemukan tangki settling kondisinya meluap.
Tim kemudian mencari ketiga korban, tetapi tidak ditemukan di lokasi kerja. Mereka hanya menemukan helm kerja berada di atas dekat man hole tangki settling. Beberapa saat kemudian, tangki disedot oleh tim PPLI. Setelah dikuras, terkonfirmasi bahwa ketiga pekerja telah meninggal dunia.
SabangMerauke News telah mengonfirmasi PR & Legal Manager PPLI, Arum Tri Pusposari ikhwal kronologi peristiwa. Namun ia menyebut kalau investigasi masih dilakukan oleh PHR.
"Saat ini masih fokus pada pengembalian jenazah dan pendampingan keluarga," terang Arum, Sabtu (25/2/2023).
Vice President Corporate Affairs PHR, Rudi Ariffianto belum memberikan penjelasan soal kronologi tewasnya 3 pekerja.
Sementara, Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau, Imron Rosyadi menjelaskan hasil temuan sementara menunjukkan kalau peristiwa terjadi dalam pekerjaan pemisahan lumpur dengan air (dewatering process). Pekerjaan ini dilakukan oleh sebanyak 9 pekerja PT PPLI yang terbagi menjadi 2 bagian yakni evaporator dan dewatering.
Kasus kematian 3 pekerja ini pun telah diproses oleh pihak Polres Rokan Hilir. Lokasi kejadian telah dipasang garis polisi (police line).
Penjelasan PT PPLI
Sebelumnya, manajemen PT PPLI telah mengonfirmasi kasus tewasnya 3 pekerja di CMTF Balam Selatan, Kecamatan Bangko Pusako, Rokan Hilir, Jumat (24/2/2024). Manajemen menyebut sedang melakukan investigasi bersama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan SKK Migas.
"Sehubungan dengan insiden yang terjadi di lokasi Balam, Kelurahan Bangko Bakti hari ini, PPLI saat ini dibantu oleh PHR dan SKKMigas masih melakukan investigasi," terang Arum Tri Pusposari, PR & Legal Manager PT PPLI dalam keterangan tertulis, Jumat malam ini.
Arum mengklaim peristiwa kematian 3 pekerja terjadi pada jam istirahat, dimana tidak ada jadwal kegiatan untuk berada dalam area kejadian.
"Maka kami sedang mendalami motif dari para korban sehingga insiden tersebut bisa terjadi," tambahnya.
Atas kejadian tersebut, jajaran direksi dan manajemen PPLI beserta seluruh karyawan, kata Arum, menyampaikan duka cita mendalam. Pihaknya telah berkordinasi dan menyampaikan informasi kematian pekerja kepada pihak keluarga dan terus melakukan pendampingan terhadap keluarga dan telah menyiapkan santunan kepada keluarga almarhum.
"Kami mendukung upaya investigasi yang dilakukan," tutup Arum.
Kecelakaan kerja di lingkungan Blok Rokan menjadi sorotan pasca alih kelola dari tangan PT Chevron ke PHR pada 9 Agustus 2021 lalu. Soalnya, sejak Juli 2022 hingga Januari 2023, dilaporkan telah terjadi 7 kecelakaan kerja yang menyebabkan 7 nyawa pekerja tewas. Seorang di antaranya merupakan pegawai PHR sementara 6 lainnya adalah buruh mitra kerja PHR.
Kasus kecelakaan kerja ini telah menyebabkan 2 pejabat teras PHR dicopot. Keduanya yakni Exevutive Vice Presiden Upstream Business Feri Sri Wibowo dan Exevutive Vice Presiden Business Support Fransjono Lazarus pada awal tahun ini.
Dengan demikian, dengan adanya tiga korban dalam kasus terbaru ini, total pekerja yang tewas di Blok Rokan sudah mencapai 10 orang.
Profil PT PPLI
Dilansir dari laman website perusahaan ppli.co.id, PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) merupakan perusahaan yang telah lama berdiri sejak puluhan tahun lalu. Fokus bisnisnya berkaitan dengan limbah. Meliputi layanan pengumpulan, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah non-B3.
Sebanyak 95% saham PPLI dimiliki oleh DOWA, sementara 5% dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. PPLI merupakan anak perusahaan dari DOWA Eco-System Co. Ltd., perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan lingkungan dan daur ulang, dan sepenuhnya dimiliki oleh DOWA Holdings Co. Ltd.
Grup ini telah berdiri sejak tahun 1884 sebagai perusahaan pertambangan dan peleburan logam di Jepang, dan sekarang berfokus pada daur ulang sumber daya, pengelolaan limbah, perbaikan tanah, dan konsultasi lingkungan.
PPLI memiliki klien di berbagai sektor. Antara lain perusahaan minyak dan gas, perusahaan layanan minyak dan gas, perusahaan pertambangan, industri pulp dan kertas, industri tekstil, industri plastik, industri kimia, mesin, dan logam, industri otomotif, industri elektronik, barang konsumsi, industri makanan dan minuman, industri kesehatan dan perhotelan, serta pemerintah dan layanan umum lainnya.
Dalam situs resminya, PPLI dipimpin oleh Yoshiaki Chida sebagai Presiden Direktur. Sementara, Bayu Setyawan sebagai Direktur Migas dan Logistik, Machmud Badres sebagai Penasihat Eksekutif, Ilham Malik sebagai Komisaris, Yurnalisdel sebagai General Manager Sales Industrial, Hiroki Eto sebagai Direktur Keuangan, Tetsuya Yumoto sebagai Direktur Operasional, Syarif Hidayat sebagai Penasihat Eksekutif, Elpido sebagai General Manager Teknis dan SHEQ, serta Tinus Garnida sebagai General Manager Administrasi. (*)