Ular Naga Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana Karawang, Berikut Faktanya
SABANGMERAUKE NEWS - Ular naga Jawa Xenodermus javanicus ditemukan di Pegunungan Sanggabuana, Karawang, Jawa Barat.
Ular ini kerap disamakan dengan makhluk mitologi naga karena kemiripan di bagian tubuhnya meski Naga Jawa ini berukuran kecil dengan panjang hanya sekitar 50 cm.
Hewan melata yang kemudian diidentifikasi sebagai ular naga jawa itu ditemukan tim Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) di aliran sungai Curug Cikoleangkak.
Berikut fakta-fakta ditemukannya ular naga Jawa yang ditemukan di Pegunungan Sanggabuana:
1. Ditemukan di Aliran Sungai
SCF menemukan ular naga tersebut di sebuah aliran sungai Curug Cikoleangkak di Puncak Sempur, Pegunungan Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Karawang.
2. Hewan Endemik Jawa
Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Deby Sugiri mengatakan, ular naga yang ditemukan itu merupakan hewan endemik asli Pulau Jawa. Saat itu pihaknya menemukan ular naga sepanjang 50 centimeter.
"Ular naga ini bernama latin Xenodermus javanicus, ini adalah jenis ular dari family Xenodermidae. Ular ini ditemukan dengan ukuran panjang sekitar 50 centimeter dan merupakan satwa endemik Jawa," kata Deby, Rabu (2/11/2022).
3. Berbeda Bentuk
Deby menjelaskan, meski namanya ular naga, namun bentuknya berbeda dengan naga yang digambarkan dalam mitologi. Naga dalam mitologi mempunyai sayap, sementara ular naga yang ditemukan ini tidak mempunyai sayap dan tidak bisa menyemburkan api.
Kemudian secara habitat, ular naga Jawa ini menyukai tempat yang lembab dan berbatu.
"Secara habitat, ular naga jawa ini menyukai tempat lembab dan berbatu, ular ini juga unik dan endemik karena merupakan jenis reptil semi akuatik," ujar Deby.
4. Sudah Dicari Setahun Lebih
Deby juga mengungkapkan jika pencarian terhadap ular naga Jawa ini sudah dilakukan sejak setahun terakhir hingga akhirnya ditemukan setelah SCF bekerjasama dengan sejumlah pihak.
"Kami memang sedang mencari ular naga Jawa ini sejak setahun yang lalu di sepanjang belantara Pegunungan Sanggabuana. Namun, baru ditemukan pada Sabtu kemarin ketika melakukan analisis vegetasi bersama dengan teman-teman dari Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta dan Sispala SMAN 1 Tegalwaru," ungkapnya.
5. Masuk Kategori Tidak Berbisa
Deby menuturkan ular naga Jawa sendiri masuk dalam kategori ular yang tidak berbisa dan cenderung mudah stress.
"Kalau di dalam literatur ular naga jawa ini masuk dalam jenis ular dataran tinggi, tapi pada saat ditemukan di Curug Cikoleangkak berada di ketinggian sekitar 565 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan ini masih di dataran menengah," kata dia.
6. Pemakan Ikan dan Katak
Ular naga Jawa merupakan ular jenis kecil pemakan ikan dan katak atau kodok. Biasanya ular ini dapat ditemui di dataran tinggi 1.000 mdpl.
"Ular naga jawa juga merupakan satwa yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Jika iklim atau agroklimat berubah maka ular naga jawa ini akan gampang stress dan mati," ungkapnya.
"Ular naga jawa ini mempunyai sisik yang lebih kasar dibanding ular pada umumnya, lebih mirip dengan sisik biawak. Ciri khas lainnya yang mirip dengan naga adalah adanya sisik atau duri menonjol yang disebut hemipenial di sepanjang punggung atau bagian dorsal," lanjutnya.
7. Punya Tanduk atau Mahkota
Dia juga menjelaskan barisan hemipenial di bagian dorsal yang berjajar rapi, mirip dengan tubuh naga dalam mitologi. Hemipenial di belakang kepala ular naga Jawa, pada beberapa individu terlihat sangat menonjol hingga seperti membentuk tanduk atau mahkota di bagian belakang kepalanya.
Deby mengungkapkan berdasarkan laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Xenodermus javanicus masuk dalam kategori LR atau Least Concern, atau memilki resiko kepunahan yang rendah.
8. Ekosistem Sanggabuana Masih Terjaga
Lebih lanjut, Deby menerangkan jika melihat Xenodermus javanicus dan karakter ularnya sebagai indikator ekologi, serta masih ditemukan di sekitaran Curug Cikoleangkak, hal ini mengidikasikan ekosistem di sekitar Curug Cikoleangkak masih terjaga.
"Tapi jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alih fungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif, dan mempengaruhi kelembaban kawasan di sekitar habitat hidup ular naga Jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang," ujarnya.
9. Dikaji Untuk Perubahan Status Sanggabuana
Temuan ular naga Jawa ini menambah daftar temuan hasil eksplorasi, yang selanjutnya akan dikaji dalam bahan usulan perubahan status Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan pelestarian alam berbentuk Taman Nasional.
"Satwa unik ini menambah daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana yang sedang kami kaji untuk bahan usulan perubahan status kawasan Pegunungan Sanggabuana menjadi Kawasan Taman Nasional," ujarnya.
10. Ditemukan Tidak Sengaja
Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Uce Sukendar menceritakan kronologi penemuan ular naga Jawa bernama latin xenodermus javanicus tersebut.
Ular naga jawa itu ditemukan tidak sengaja oleh anggota tim yang sedang melakukan observasi, di wilaya Curug Cikoleangkak, Pegunungan Sanggabuana, pada Sabtu (29/10/2022) malam.
Saat itu Uce dan sejumlah rekannya melakukan analisis vegetasi dibantu oleh mahasiswa dari Fakultas Biologi Universitas Nasional dan Sispala SMAN 1 Tegalwaru.
"Sebenarnya ular ini ditemukan tidak sengaja, dan sebelumnya saya sudah mencari keberadaan ular naga jawa ini sejak setahun yang lalu. Kami mencari sejak dari Curug Cipanunda di atas Kampung Tipar, yang ada di wilayah Karawang sampai di Curug Cimata Indung yang hutannya masuk wilayah Purwakarta," kata dia.
11. Ditemukan Saat Menyantap Mangsa
Kejadian unik juga terjadi saat ular naga jawa itu ditemukan. Uce mengungkap saat ditemukan ular naga Jawa sedang menyantap mangsanya.
"Kami temukan waktu itu ular sedang makan anak katak atau kecebong, jika melihat beberapa litelatur, ular ini sudah susah ditemui di alam liar," ujarnya.