Dewi Kie Ong Ya Minta Bakar Tongkang Digelar di Bagansiapiapi, Tiang Jatuh ke Arah Laut dan Darat
SabangMerauke News, Rohil - Meski tak sebesar perayaan biasanya, acara ritual bakar Tongkang tetap dilaksanakan warga Tionghoa Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau, Ahad (19/6/2022).
Bupati Rohil Afrizal Sintong dalam sambutannya memberikan apresiasi kepada warga Tionghoa atas pelaksanaan event ritual bakar Tongkang tersebut.
Afrizal menyebut bahwa ritual bakar tongkang merupakan event wisata terbesar yang banyak mendatangkan jumlah kunjungan wisata baik mancanegara maupun domestik dan sudah masuk dalam kalender event wisata nasional di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Sejarah ritual bakar tongkang yang dilaksanakan pada hari ini merupakan suatu tradisi ritual yang berkaitan erat dengan kesejarahan Kota Bagansiapiapi, terutama awal mula kedatangan para pemukim Tionghoa di muara Rokan, tepatnya di kota Bagansiapiapi.
Di mana sebutnya, dalam pengarungan samudra, menggunakan tongkang oleh sekelompok keluarga Tionghoa dari Provinsi Pujian Exiamen Tiongkok yang dalam kegelapan malam lautan dengan memanjatkan doa kepada Dewi Kie Ong ya, tiba-tiba tampak cahaya yang berkedip-kedip dan dijadikan sebagai pemandu dalam mencapai daratan.
"Dengan mengikuti kelap-kelip cahaya itu mereka tiba di suatu daratan yaitu di muara Sungai Rokan yang saat itu masih dikenal dalam peta kolonial sebagai kawasan Perbabean," jelas Bupati.
Para Tionghoa pemberani itu, terangnya, sejumlah 18 orang yang seluruhnya bermarga Ang. Kelompok pertama itulah selanjutnya dianggap sebagai leluhur orang Tionghoa Bagansiapiapi.
Ritual Bakar Tongkang ini merupakan tradisi sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas kelimpahan sumber daya alam muara yang dilaksanakan setiap bulan ke-5 tanggal 16 (Go Cap Lak).
Bupati juga menceritakan bahwa, dapat dikatakan Ritual Bakar Tongkang merupakan tradisi etnis Tionghoa berupa persembahan untuk Dewi Kie Ong Ya (Dewi Laut) dan Dewa Tai Su dalam kepercayaan leluhur orang Tionghoa Dewa Laut merantau dan tiba di kota Bagansiapiapi menggunakan perahu yang oleh masyarakat dikenal dengan sebutan tongkang.
Dengan pelaksanaan ritual Bakar Tongkang itu, Bupati juga meminta kepada seluruh masyarakat Rohil agar senantiasa menjaga persatuan antar etnis, suku maupun agama.
"Mari saling menjaga toleransi antar etnis suku maupun agama, ayo bersatu dalam perbedaan," jelasnya.
Sementara itu, Ketua panitia pelaksana Ahui Oliong memaparkan, ritual Bakar Tongkang tahun 2022 ini tidak dilaksanakan oleh Klenteng Besar. Namun sebutnya, tiba-tiba Dewi Kie Ong Ya datang dan meminta agar prosesi bakar tongkang dilaksanakan.
"Karena sudah 2 tahun tidak merayakan, sehingga tahun ini harus kita rayakan untuk menjalankan ritual ini, meski harinya ditunda," kata Ahui.
Dalam ritual Bakar Tongkang tahun 2022 ini, kata Ahui, tiang kapal tongkang jatuhnya terbagi dua. Dimana satu tiang jatuh ke arah laut dan satu tiang lagi jatuh ke arah darat. Artinya, menurut keyakinan warga Tionghoa, rezeki ke depannya ada di antara darat dan laut.
"Tiang tongkang itu pertama jatuh ke darat dan kedua di laut, jadi sama-sama ada rezeki," pungkasnya. (*)