4 Temuan Menakjubkan BJ Habibie, Rancang Pesawat Pertama Landing Vertikal
SabangMerauke News - Presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie memiliki sederet penemuan penting yang tak bisa dianggap enteng. Bahkan jasanya dalam mengembangkan dunia penerbangan sudah diakui di kancah internasional.
Habibie sendiri belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung yang saat ini bernama Institut Teknologi Bandung pada tahun 1954.
Adapun pada 1955-1965, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat. Menerima gelar diploma insinyur pada 1960 dan gelar doktor insinyur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Hingga pada akhirnya sang jenius tersebut diminta Presiden kedua Indonesia, Soeharto untuk kembali ke Indonesia dan mendirikan perusahaan pesawat terbang pertama di tanah air yakni Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) yang sekarang bernama PT Dirgantara Indonesia pada 1976.
Lantas apa saja sih penemuannya yang telah diakui dunia internasional. Berdasarkan berbagai sumber yang telah dirangkum CNBC Indonesia, berikut beberapa penemuan yang dikenal oleh dunia internasional.
1. Crack progression theory
Teori ini merupakan penemuan yang cukup mengejutkan di dalam dunia penerbangan. Adapun Crack progression theory merupakan teori yang digunakan untuk memprediksi titik keretakan awal pada sayap pesawat terbang.
2. Pesawat Dornier DO-31
Adapun Dornier DO-31 merupakan rancangan pesawat Habibie yang pertama, pesawat transportasi pertama yang dapat take-off/landing vertikal.
3. Pesawat N2-50
Berikutnya pesawat N-250 yang merupakan pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli IPTN. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia.
4. Pesawat R80
Pesawat ini merupakan inovasi besar yang dikembangkan oleh Habibie. Hal tersebut didasari karena Habibie ingin membuat suksesor dari pesawat N250 produksi IPTN. Pesawat ini dirancang oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang merupakan sebuah perusahaan yang didirikan Habibie sendiri. (*)