Ledakan di Blok Rokan, 3 Pekerja PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi Dikabarkan Alami Luka Bakar
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Insiden kecelakaan kerja terus berlanjut di Blok Rokan yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Sebuah ledakan kabarnya terjadi di area Gathering Station (GS) Minas, Kamis (8/6/2023) sore tadi.
Kecelakaan kerja ini kabarnya menyebabkan tiga pekerja PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK) yang merupakan mitra kerja PHR, mengalami luka bakar serius. EFK adalah anak perusahaan PT Elnusa Tbk (Subholding Hulu Pertamina).
Belum disebutkan adanya korban jiwa dalam insiden ini. Namun informasi yang beredar 3 korban mengalami luka bakar mencapai 30 persen lebih. Ledakan disebut terjadi pada pompa kolam minyak saat uji coba dilakukan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Riau, Imron Rosyadi mengaku telah menerjunkan tim sore tadi usai menerima laporan kejadian. Namun, ia belum memberikan penjelasan rinci soal kejadian tersebut serta tindak lanjut yang akan ditempuh Disnaker. Mengingat, kasus kecelakaan kerja terus konsisten berlanjut terjadi di Blok Rokan.
"Tim baru turun sore tadi. Tapi saya belum dapat laporan. Besok akan dicek," terang Imron, Kamis malam ini.
Secretary Corporate PT PHR, Rudi Ariffianto belum memberikan penjelasan atas konfirmasi yang dilayangkan media ini.
Tiga Korban Dirawat
Sementara itu, Communications & Community Relations PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK), Aswin Saputra membenarkan adanya insiden yang terjadi di GS Minas sore tadi. Ia belum menjelaskan apa penyebab ledakan terjadi.
"Penyebab insiden belum diketahui dan saat ini pihak EFK berkolaborasi dengan PHR masih melakukan penyelidikan dan investigasi mendalam. Setelah proses investigasi, selanjutnya akan ditentukan langkah-langkah korektif dan preventif guna mencegah timbulnya kejadian serupa di kemudian hari," kata Aswin dalam keterangan tertulis diterima SabangMerauke News, Kamis malam ini.
Aswin menyebut ada 4 korban dalam kasus kecelakaan kerja tersebut. Namun satu orang telah diperbolehkan pulang karena mengalami luka ringan. Sementara 3 korban lainnya mengalami luka bakar dan langsung mendapatkan penanganan cepat dari tim medis.
"Saat ini korban dirujuk dan berada di Rumah Sakit di Pekanbaru. Kondisi korban saat ini stabil dan responsif. Kami terus memantau kondisi ketiga korban tersebut secara seksama dan memastikan mendapatkan perawatan dan perhatian yang maksimal agar dapat pulih kembali," terang Aswin.
Ditanya soal kondisi luka bakar yang dialami 3 korban, Aswin tidak memberikan penjelasan rinci tingkat keparahan korban.
"Saat ini masih ditangani pihak medis rumah sakit," jawab Aswin.
Laju kecelakaan kerja di Blok Rokan tak kunjung dapat dikendalikan. Meski pergantian jajaran elit perusahaan sudah bongkar pasang dilakukan, namun nyatanya kecelakaan kerja terus berlanjut.
Dua pekan lalu, Direktur PT PHR Jaffee Arizon Suardin dicopot. Ia digantikan oleh Chalid Said Salim yang sebelumnya menjabat Direktur PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang beroperasi di Kalimantan.
Pencopotan Jaffee oleh sejumlah kalangan sebagai imbas dari hebohnya Blok Rokan oleh kasus kecelakaan kerja berujung demo berjilid-jilid di Riau. Selain itu juga diduga berkaitan dengan kasak-kusuk proyek di lingkungan Blok Rokan, pasca mobilisasi anak cucu cicit Pertamina ke Blok Rokan sejak dikelola PHR.
Namun, belum ada tanda-tanda upaya perbaikan dan pengawasan yang dilakukan manajemen PHR dalam mencegah laju kecelakaan kerja yang kian tak terbendung di Blok Rokan. Kini, kinerja dan gebrakan Chalid sebagai Direktur PHR yang baru tengah diuji.
Gubernur Harus Bersikap
Senior aktivis buruh Riau, Patar Sitanggang mempertanyakan berulangnya kasus kecelakaan kerja di Blok Rokan. Ia menilai pelaksanaan K3 di Blok Rokan diduga ada yang tak beres.
"Pergantian pucuk manajemen mulai dari vice president sampai direktur utama, tak juga mengakhiri kejadian kelam kecelakaan kerja di Blok Rokan. Ada apa sebenarnya yang terjadi di Blok Rokan?" kata Patar Sitanggang.
Ia meminta Gubernur Riau dan para pejabat serta tokoh Riau bersuara untuk meminta pertanggungjawaban PHR dan mitra kerjanya atas rangkaian kecelakaan kerja di Blok Rokan. Apalagi, sejak blok minyak terbesar di Tanah Air ini dikelola oleh Pertamina melalui cucu perusahaannya PHR, kecelakaan kerja setidaknya telah menyebabkan 11 orang pekerja meninggal dunia.
"Gubernur Riau harus bersikap dan tidak melakukan pembiaran atas kondisi ini. Kecelakaan ini harus dibuka terang benderang, jangan ada yang ditutup-tutupi," pungkas Patar. (*)