Suara PSI Tiba-tiba Melonjak Tajam, Gus Romi Bongkar 2 Modus Jahat Tuding Libatkan Aparat
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan M Romahurmuziy atau Gus Romi mengungkapkan informasi dalam upaya memenangkan Partai Solidaritas (PSI) untuk lolos ke Senayan dengan perolehan suara di atas ambang batas parlemen, yakni 4 persen.
Gus Romi menyebut terdapat dua modus untuk meloloskan PSI ke Senayan.
Adapun PSI sedang menjadi sorotan karena perolehan suara hasil pemilunya berdasarkan hitung manual (real count) Komisi Pemilihan Umum (KPU) melonjak tajam dalam beberapa hari terakhir.
“(Modus pertama) memindahkan suara partai yang jauh lebih kecil yang jauh dari lolos PT (parliamentary threshold) kepada coblos gambar partai tersebut dan/atau memindahkan suara tidak sah menjadi coblos gambar partai tersebut,” kata Gus Romi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/3/2024).
Gus Romi mengungkapkan, sejak sebelum pemilu ia telah mendengar informasi mengenai operasi untuk memenangkan PSI oleh aparat.
Targetnya dibebankan ke penyelenggara pemilu di daerah agar partai yang dipimpin putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep itu meraup 50.000 suara di setiap kabupaten/kota di pulau Jawa.
“20.000 suara di tiap kabupaten/kota di luar Jawa,” ujarnya.
Operasi itu berjalan dengan membiayai organisasi masyarakat (Ormas) kepemudaan tertentu yang pernah dipimpin salah seorang menteri. Salah satu agenda mereka adalah memobilisasi masyarakat agar mencoblos logo PSI di surat suara.
"Setidaknya itu yang saya dengar dari salah satu aktivisnya yang diberikan pembiayaan langsung oleh aparat sebelum Pemilu," kata Romy.
Seiring berjalannya waktu, ternyata operasi tersebut tidak berjalan dengan mulus. Efeknya terlihat dari perolehan suara PSI berdasarkan quick count (QC) yang jauh di bawah harapan lolos parliamentary threshold (PT).
Romi mengemukakan, akurasi QC menurut pimpinan lembaga-lembagai survei senior adalah plus-minus 1 persen sehingga untuk lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen dibutuhkan setidaknya angka QC lebih dari 3 persen.
"Artinya, kalau sebuah partai mendapat QC 3 persen, dalam real count dia dapat dibenarkan jika mendapat 4 persen, atau bisa juga sebaliknya bisa dibenarkan jika hanya mendapat 2 persen. Sedangkan angka di seluruh lembaga survei, quick count PSI tertinggi kurang dari 2,95 persen," kata Romy.
Kekinian, diakui Romy, setelah melihat Sirekap beberapa hari terakhir, mulai muncul keanehan-keanehan, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa surveyor seperti Prof Burhan Muhtadi dan Yunarto Wijaya.
Begitupun beberapa penggiat pengawalan Pemilu sebagaimana yang mereka unggah di akun X.
"Begitu tajamnya kenaikan PSI dari beberapa TPS, sebagaimana dimuat di grafik akun X Prof. Burhan Muhtadi, di mana terjadi kenaikan tajam yang menyimpang dari trend line. Bahkan ada yang input Sirekapnya dari 110 TPS menyumbangkan sekitar 19 ribu suara, yang berarti 173 suara per TPS. Sampai-sampai hal ini trending di twitter land sebagai 'Partai Salah Input,” kata Romy.
Romy merincikan, bila partisipasi pemilih diasumsikan sama dengan Pemilu 2019, maka hitungan suara sah tiap TPS, yakni 81,69% x 300 suara = 245 suara per TPS.
"Itu berarti persentase suara PSI = 173/245 = 71 persen, dan seluruh partai lain hanya 29 persen. Sebuah angka yang sangat tidak masuk akal mengingat PSI sebagai partai baru yang tanpa infrastruktur mengakar dan kebanyakan caleg RI-nya saya monitor minim sosialisasi ke pemilih," kata Romi.
Romi menyampaikan penggelembungan suara PSI tersebut banyak terungkap, bukan hanya di tingkat TPS, tetapi diduga mulai di pleno tingkat kecamatan.