Drama Prabowo dengan Orang-orang yang Dibesarkannya: Disalip Anies, Ditinggalkan Sandiaga
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Perjalanan politik Prabowo Subianto memang penuh warna sekaligus drama. Setiap etape berlalu meninggalkan jejak yang selalu membekas.
Dari tangan dinginnya, Prabowo sukses membidani lahirnya Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Ini adalah satu-satunya partai dibentuk pasca-reformasi yang secara konsisten makin kuat dari waktu ke waktu. Bahkan, partai lama yang sudah memiliki sejarah panjang sekelas PPP bisa dilewati.
Pada pemilu 2019 silam, Gerindra secara mengejutkan mampu melampaui perolehan suara Partai Golkar dengan torehan 17.594.839 suara (12,57 persen) suara. Sementara, Partai Golkar yang sudah malang melintang dalam kancah politik nasional hanya meraih 17.229.789 (12,31 persen). Di atasnya tentu masih ada partai pemenang yakni PDI Perjuangan dengan perolehan 27.053.961 (19,33 persen).
Meski dari segi jumlah kursi di DPR masih kalah dibanding Golkar yang memperoleh 85 kursi, namun torehan Gerindra sebanyak 78 kursi di DPR adalah sesuatu yang cukup mengagumkan. Ketika partai-partai lain lebih dulu amblas suaranya, Gerindra justru makin berkibar dan menjulang.
Tapi agaknya, kesuksesan Prabowo membangun partai belum linier dengan karir politiknya di jagat nasional. Mantan Danjen Kopassus ini dua kali gagal menjadi presiden dalam pilpres 2014 dan 2019. Seterunya Joko Widodo yang belakangan menjadi koleganya dalam pemerintahan jilid dua, belum bisa ia taklukkan.
Prabowo juga punya catatan sukses dalam melakukan kaderisasi dan pembinaan karir politik elit nasional. Tapi, soal ini ceritanya cukup mengharukan.
Setidaknya empat figur lahir dari tangan manis Prabowo. Namun, keempatnya seiring perjalanan waktu justru pergi seakan meninggalkannya.
Sebut saja Joko Widodo. Mantan Wali Kota Solo ini 'dijemput' menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012 silam. Dari daerah di Jawa Tengah, Jokowi secara mengejutkan terpilih menjadi orang nomor satu di provinsi ibukota negara, Jakarta.
Sejumlah cerita banyak mengaitkan peran Prabowo dalam memenangkan Jokowi di pilkada Jakarta yang secara faktual menjadi anak tangga bagi Jokowi masuk ke Istana Negara. Dari posisi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi terpilih dua periode memimpin republik ini.
Namun dalam perjalanannya, Jokowi harus berhadapan dua kali dengan Prabowo di panggung pilpres 2014 dan 2019. Kekalahan pahit harus diterimanya.
Hal yang sama juga terjadi dengan Basuki Tjahaja Purnama yang populer dengan panggilan Ahok. Anak Belitung ini dirajut oleh Prabowo untuk mendampingi Jokowi di pilkada DKI Jakarta 2012 silam. Dari Partai Golkar, Ahok bersalin menjadi kader Gerindra. Ahok pun menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta dan Pejabat Gubernur Jakarta.
Pilpres 2014 menjadi titik mula perseteruan Ahok dengan Prabowo. Dalam posisi sulit, Ahok terkesan sulit menolak untuk ikut mendukung Jokowi. Padahal kala itu Ahok disebut-sebut sudah menjadi kader Partai Gerindra.
Politik Jakarta memang penuh drama. Seolah tak ingin ditelikung kembali, Prabowo memasang kandidat baru dalam pilkada Jakarta 2017. Mereka adalah Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Prabowo pasang badan dengan keduanya hingga sukses menumbangkan pasangan inkumben Ahok-Djarot. Untuk kali ini, Prabowo bisa dikatakan menang.
Tapi, waktu terus berjalan. Drama politik baru pun muncul. Langkah cepat Partai NasDem yang mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden pada 3 Oktober 2022 lalu mengubah lanskap politik nasional.
Kali ini, Prabowo kembali diuji. Anies yang lahir menjadi pemimpin level nasional lahir dari tangan dinginnya, justru beralih menyalipnya. Gerakan Anies meski masih hanya diusung secara jelas oleh satu partai NasDem, telah mendahului Prabowo yang masih mencari mitra koalisi. Belakangan Demokrat dan PKS disebut-sebut segera akan mendeklarasikan Anies sebagai capres pada pilpres 2024 mendatang.
Episode politik baru pun muncul dengan kabar kepindahan Sandiaga Uno dari Partai Gerindra. Konglomerat ini segera hijrah ke PPP. Sandiaga telah pamit dengan menitip sepucuk surat tanda perpisahan dari Gerindra junto Prabowo.
Isu yang beredar, merapatnya Sandiaga ke PPP untuk menaikkan posisi tawarnya bisa menjadi calon wakil presiden (cawapres) pada pilpres 2024. Di partai berlogo Ka'bah ini, Sandiaga memiliki ruang manuver yang lebih leluasa. Kekuatan modal yang dimiliki Sandiaga bisa menjadi pelumas untuk mempercepat mimpi politiknya.
Kini, Prabowo berada dalam posisi kritis secara politik. Melanjutkan niatnya maju sebagai capres 2024 atau mengalihkan regenerasi kepemimpinan kepada yang lebih junior.
Namun masalahnya cukup rumit. Gerindra tak punya stok kader yang cukup kuat dikerek menjadi pemimpin nasional. 'Anak-anak' binaannya justru sudah punya jalan sendiri. (*)