Jarak Pandang di Dumai Sempat 500 Meter, Warga Berlebaran Disesaki Asap Karhutla
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Kebakaran hutan dan lahan di wilayah perbatasan Kota Dumai-Kabupaten Bengkalis masih terjadi, Minggu (23/4/2023). Jarak pandang akibat asap pekat sempat hanya sekitar 500 meter. Namun kondisi sore hari sudah berangsur menjadi mencapai 1 kilometer.
Bencana musiman ini pun mengganggu suasana Lebaran Idul Fitri tahun ini. Warga berlebaran di tengah kepungan asap yang menyesaki dada.
Setidaknya, kondisi terparah terjadi di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Dumai. Daerah perbatasan Bengkalis terdekat juga terpapar asap karhutla yang parah.
"Bau asap makin menyesak. Kami berlebaran dalam kondisi yang tak nyaman," kata Budi, Minggu siang.
Menurut Budi, jarak pandang yang pendek membuat para pengguna kendaraan yang melintas diwajibkan menghidupkan lampu kendaraan. Pihak tim gabungan pun melakukan pemeriksaan di pinggir jalan.
"Khawatir bisa menimbulkan kecelakaan. Karena asap tadi cukup tebal. Kami diminta hidupkan lampu kendaraan," kata Budi.
Wali Kota Dumai, Paisal menjelaskan wilayahnya yang terparah terjadi di Kelurahan Pelintung. Daerah ini memang yang berbatasan langsunh dengan Kabupaten Bengkalis.
Kepada media ia menyebut kalau tim pemadam karhutla gabungan terus bekerja keras untuk memadamkan api. Pihaknya pun telah mengerahkan alat berat untuk pembuatan embung air karena sumber air untuk pemadaman terbatas. Tim gabungan karhutla terdiri dari unsur TNI, Polri, Manggala Agni dan Masyarakat Peduli Api.
Petugas Damkar Lebaran di Lokasi
Diwartakan kemarin, kebakaran hutan dan lahan di Kota Dumai menyisakan pengalaman miris bagi tim gabungan pemadam api. Di kala hampir semua orang yang merayakan Idul Fitri berkumpul dengan keluarganya, justru mereka harus menghabiskan waktu terindahnya di semak belukar lokasi karhutla.
Bencana karhutla yang terjadi di Kelurahan Pelintung, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai, Riau sudah berlangsung sejak empat hari lalu. Namun, api belum bisa dipadamkan secara total karena jenis lahan yang terbakar merupakan gambut dan dipenuhi semak belukar.
Kondisi cuaca juga tidak mendukung karena tiupan angin kencang yang membuat api semakin berkobar.
Kepala Manggala Agni Daops Sumatera V/Dumai, Ismail Hasibuan menyatakan, tim gabungan melanjutkan aksi pemadaman karhutla setelah Salat Idul Fitri pagi tadi. Hanya sebentar mereka kembali ke rumah sekadar untuk bersalaman dengan orang-orang terdekat.
"Tadi pagi kami Salat Id dulu. Setelah itu kumpul keluarga sebentar, salam-salam, terus menuju lokasi karhutla. Jam 10 kami mulai pemadaman," kata Ismail, Sabtu (22/4/2023).
Ismail dan anggotanya mengaku tak bersedih hati hanya sebentar berkumpul dengan keluarga di hari raya. Soalnya, kondisi karhutla yang masih parah, membuatnya tidak tenang di rumah.
"Tugas dan tanggung jawab juga harus kami jalankan, karena kondisi kebakaran masih cukup parah. Asapnya banyak," ungkap Ismail.
Dia menyebut, istri para anggotanya tidak ada yang melarang untuk memadamkan api di momen ini. Sebab, istri para anggota sudah memahami pekerjaan suaminya.
"Tidak ada (istri) atau keluarga yang melarang, karena mereka sudah paham pekerjaan anggota," kata Ismail.
Petugas harus mati-matian berjibaku dengan si jago merah, agar asap kebakaran jangan sampai mengganggu aktivitas masyarakat di Dumai. Apalagi, daerah ini berada di perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang dibatasi laut Selat Malaka.
"Kami berupaya maksimal memadamkan api, supaya asapnya tidak sampai menyebar ke permukiman warga. Ya, kita juga berbatasan dengan Malaysia yang dibatasi laut. Tapi, sejauh ini belum ada asap yang sampai menyebar ke permukiman warga di Dumai atau menyeberang ke Malaysia," ujarnya.
Ismail mengatakan, kawasan yang terbakar itu merupakan semak belukar tanah gambut. Kedalaman gambut mencapai dua sampai tiga meter, yang menyulitkan petugas melakukan pemadaman.
Selain itu, tiupan angin yang sering berubah arah membuat petugas makan asap.
"Yang jadi kendala saat ini faktor alam. Angin kencang di lokasi dan berputar-putar. Dikerumuni asap sudah biasa," ujar Ismail. (*)