Hampir Semua Ketua KPK Berakhir Tak Baik, Fahri Hamzah: Kalau Saya Presiden Setahun Korupsi Saya Kubur!
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Setelah Indonesia dihantam kasus korupsi yang bertubi-tubi, para figur para kandidat calon presiden capres ditantang untuk berani bicara pemberantasan kasus pencurian uang negara. Para capres mestinya tidak saja bisa tebar pesona dan bicara soal penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang justru kini menjadi lembaga yang dipergunjingkan publik.
"Seharusnya capres-capres ini mulai ngomong itu. Kalian bisa memberantas korupsi nggak?” kata Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, Selasa (18/4/2023).
Fahri sesumbar jika dirinya dapat kesempatan menjadi Presiden RI, maka dalam kurun waktu setahun korupsi bisa diberantas. Bagi Fahri, penting para kandidat capres juga mulai membicarakan soal cara memberantas korupsi.
“Kalau saya presiden, setahun kubur itu korupsi bisa," ujar eks politikus PKS tersebut.
Pun, Fahri menyoroti ketidakstabilan di KPK sejak dulu hingga sekarang. Ia menyinggung KPK sebagai lembaga terpercaya negara tapi dengan pemimpin yang tidak beres-beres.
Dia mengatakan kondisi itu membuat mayoritas pemimpin di KPK berakhir dengan tidak baik. Fahri bilang hanya KPK era kepemimpinan Taufiequrachman Ruki yang berakhir dengan baik.
"Semenjak masa kepemimpinan Taufiequrachman Ruki sebagai ketua KPK pertama berakhir, pimpinan KPK selebihnya berakhir tidak baik. Jadi, setahu saya, mayoritas ketua KPK itu berakhirnya gak baik. Setahu saya hanya pak Ruki yang berakhir dengan baik," jelas Fahri.
Fahri juga menanggapi polemik di KPK seperti Firli Bahuri yang dituntut mundur dari posisinya. Ia menilai jangan hanya Firli Bahuri saja, tetapi pemimpin KPK lainnya juga dipastikan ada masalah.
"Kita jangan bilang Firli. Ini semuanya ada masalah ini. Permasalahan yang terjadi pada para ketua KPK setelah habis masa jabatan, Taufiequrachman Ruki pada 16 Desember 2007. Mulai dari Antasari Azhar yang dipenjara terkait pembunuhan sampai masuk bui," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyinggung mantan pimpinan KPK seperti Bambang Widjojanto (BW) dan Abraham Samad, yang statusnya sampai tersangka. Dia merasa resah dan perlu berpikir objektif dalam mengkritisi.
"Jadi, ini coba kita agak objektif sedikitlah. Saya itu agak apa ya, main otot itu udah gak zaman gitu loh. Terlalu banyak persekongkolan yang belum terungkap di KPK," ujar Fahri.
Dia mengkritisi KPK seperti demikian karena sebagai salah satu lembaga penegak hukum yang punya peran penting dalam pemberantasan korupsi.
"Mengingat KPK adalah lembaga yang memiliki hak yang dan kekuasaan yang cukup besar dalam negara," pungkasnya.(*)