Banyak Insiden di Kilang Minyak, Dirut Pertamina Ngomong Dampak Perubahan Iklim
SABANGMERAUKE NEWS - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati membeberkan lima penyebab kebakaran di kilang-kilang milik Pertamina beberapa waktu lalu. Salah satu disebabkan perubahan iklim yang membuat musim penghujan lebih lama dari biasanya.
Nicke menuturkan perubahan iklim membuat intensitas dan kekuatan petir menjadi sangat tinggi. Untuk itu pihaknya kini tengah memperkuat sistem penangkal petir (lightning protection system) yang ada di kilang-kilang Pertamina.
"Walaupun sudah ada kita bangun lagi sampai tiga lapis, sekarang yang dua lapis sudah selesai di kilang-kilang. Sekarang lapis ketiga sedang kita bangun, jadi lightning protection system kita perkuat baik di kilang terminal, dermaga seluruh aset," kat Nicke saat ditemui di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Kebakaran kilang Pertamina juga disebabkan adanya overflow sebagaimana yang terjadi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Sehingga Pertamina terus memperkuat kontrolnya agar tidak terjadi overflow.
Di sisi lain kebakaran kilang juga disebabkan tekanan temperatur yang tinggi dan hidrogen attack. Nicke mengungkapkan dampak dari hidrogen sangatlah dahsyat dan mampu menyebabkan getaran hingga radius sejauh 1 kilometer.
"Hidrogen ini dahsyat kalau kita lihat dampaknya getarannya itu. Kalau api kita bisa langsung padamkan sembilan menit di Dumai itu, tapi dampak getarannya itu 1 km dari lokasi kejadian," ujarnya.
Menurutnya, buffer zone atau zona penyangga sangat penting untuk mencegah terjadinya dampak dari insiden kebakaran kilang-kilang Pertamina terhadap pemukiman warga. Utamanya terkait jarak dengan pemukiman warga yang harus menjadi perhatian penting.
"Jadi yang namanya buffer zone, ini memang penting sekali kalau kita bicara 50 meter buffer zone untuk api kalau getaran yang kemarin. Kemudian di Dumai ada 600 rumah yang kacanya pecah, ini karena getaran sembilan kali itu hampir langsung besar sekali langsung satu kilo," katanya.
Selain itu, kebakaran kilang juga disebabkan sulfidasi dan korosi dibawah insulasi (corrosion under insulation). Kedua penyebab kilang terbakar ini sangat teknikal.
Sulfidasi merupakan reaksi kimia dari zat padat seperti logam atau paduan dengan belerang dalam beberapa bentuk di lingkungan kerjanya.
Sedangkan korosi di bawah insulasi merupakan kondisi terparah dari korosi eksternal lokal yang terjadi pada peralatan baja karbon dan paduan rendah yang telah diisolasi.
"Yang kelima ini kita antisipasi juga karena material yang berubah, ini sangat teknikal tapi kurang lebih lima hal ini yang kita lakukan improvement berdasarkan risiko yang terjadi," kata Nicke.
Berbagai penyebab kebakaran kilang ini yang perlu diantisipasi ke depannya oleh Pertamina. (*)