Elektabilitas PDI Perjuangan Melorot Imbas Gagalnya Piala Dunia U-20, Tapi Prabowo Justru Tersenyum
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20 diduga telah menggerogoti elektabilitas PDI Perjuangan. Setidaknya hal itu terungkap dalam hasil survei yang dirilis dua lembaga survei, Minggu (9/4/2023).
Elektabilitas PDI Perjuangan tergerus pada angka 4 persen lebih. Temuan survei Vox Populi Research Center menunjukkan elektabilitas PDIP turun menjadi tinggal 16,7 persen.
Sementara, berdasarkan sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) elektabilitas PDIP juga melorot. Jika pada Januari 2023, PDIP masih memiliki tingkat elektabilitas sebesar 21,9 persen, kini turun menjadi 17,7 persen.
“Elektabilitas PDIP turun, sedangkan Gerindra tampak menikmati kenaikan elektabilitas,” ungkap peneliti senior Vox Populi Research Center Prijo Wasono dalam keterangan tertulis, Minggu (9/4/2024).
Menurut Prijo, turunnya elektabilitas PDIP terkait dengan respons sejumlah gubernur dari partai tersebut yang menolak kehadiran timnas Israel dalam rencana gelaran Piala Dunia U20. FIFA akhirnya membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah dan terancam dikenai sanksi.
“Selain itu PDIP terkesan enggan mendukung pengesahan RUU Perampasan Aset,” lanjut Prijo.
Padahal jika beleid tersebut berlaku, bisa diterapkan terhadap sejumlah kasus korupsi dan penyelewengan oleh para pejabat negara yang tengah menyedot perhatian publik.
Meskipun turun, namun elektabilitas PDIP masih berada di puncak mengalahkan semua partai lainnya. Hal ini tetap memberi peluang untuk mencetak rekor hattrick atau menang tiga periode berturut-turut.
“Hanya saja PDIP harus memperhitungkan skenario pencapresan yang bisa berdampak pada elektabilitas partai,” jelas Prijo.
Sebaliknya, Partai Gerindra menurut Vox Populi justru mengalami kenaikan elektabilitas, kini sebesar 15,2 persen. Ketua Umum Gerindra Prabowo juga bisa tersenyum melihat kenaikan elektabilitas berdasarkan survei LSI. Pada Februari 2023, elektabilitas Gerindra menurut LSI hanya 10,9 persen, kini pada April 2023 naik menjadi 12,8 persen.
Vox Populi mencatat elektabilitas Golkar yang sebelumnya sempat terkoreksi, kini naik menjadi 8,8 persen. Selain itu ada Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang juga naik elektabilitasnya menjadi 5,7 persen.
“Gerindra mengalami kenaikan elektabilitas seiring dengan naiknya elektabilitas Prabowo Subianto,” ujarnya.
Prabowo Pimpin Koalisi Besar
Dalam dinamika terbaru, Prabowo berpeluang memimpin koalisi besar yang menggabungkan partai-partai pendukung pemerintah.Gerindra membentuk koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), sedangkan Golkar memimpin Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Usai silaturahmi pada awal April 2023 kemarin, partai-partai yang tergabung dalam KIR dan KIB menggulirkan gagasan untuk bersatu dalam sebuah koalisi besar.
“Merger KIR dan KIB ke dalam koalisi besar juga memberi kekuatan baru bagi Golkar, meskipun elektabilitas Airlangga Hartarto masih berada di papan bawah,” jelas Prijo.
Sejumlah partai lain juga berencana turut bergabung ke dalam koalisi besar, di antaranya PSI.
“Konsistensi PSI mendukung kepemimpinan Presiden Jokowi, di samping sosialisasi masif yang telah dilakukan, mengerek kenaikan elektabilitas partai yang identik anak muda itu,” tandas Prijo.
PKB yang tergabung dalam KIR naik tipis elektabilitasnya menjadi 8,2 persen. Dua partai oposisi berada di papan tengah, yaitu Demokrat (6,0 persen) dan PKS (4,4 persen). Keduanya tergabung dalam Koalisi Persatuan dan Perubahan (KPP).
Partai-partai lain yang terancam tidak lolos parliamentary threshold adalah Perindo (1,5 persen), Gelora (1,4 persen), dan Ummat (1,1 persen). Selain itu ada Hanura (0,6 persen), PBB (0,4 persen), dan PKN (0,1 persen).
Garuda dan Partai Buruh nihil dukungan, sedangkan sisanya menyatakan tidak tahu/tidak jawab sebanyak 21,2 persen.
Survei Vox Populi Research Center dilakukan pada 25-31 Maret 2023, kepada 1200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Margin of error survei sebesar ±2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen. (*)