Sejarah Kilang Minyak Pertamina Dumai yang Terbakar: Dibangun Kontraktor Jepang, Diresmikan Presiden Soeharto
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Kilang minyak Pertamina Dumai atau yang kini dikenal dengan sebutan Refinery Unit (RU) II Dumai terbakar, Sabtu (1/4/2023). Sembilan orang dilaporkan mengalami luka-luka dan dirawat di rumah sakit.
Kejadian ini membuat masyarakat yang berada di Kota Dumai kaget. Dilaporkan, suara ledakan mencapai 20 kilometer. Kobaran api juga terpantau dalam jarak yang cukup jauh.
Kilang minyak Dumai termasuk kilang tertua yang dibangun saat pemerintahan orde baru. Keberadaan kilang ini sangat dekat dekat dengan lokasi sumber minyak yang kaya di Riau. Kilang minyak in disebut pula dengan nama Kilang Putri Tujuh, berasal dari sebuah cerita daerah setempat.
Lokasi kilang minyak ini awalnya berada di Kabupaten Bengkalis, namun mekar menjadi Kota Dumai. Kilang Dumai persisnya terletak di tepi Selat Rupat, sebelah Timur Kota Dumai.
Kilang mulai dibangun pada tahun 1969 (CDU) oleh kontraktor asal Jepang, Ishikawajima Harima Industries Co. Peresmian pengoperasian kompleks kilang seluas 360 hektare ini dilakukan oleh Presiden Soeharto, 8 September 1971.
Selanjutnya pada tahun itu juga dibangun dua unit proses, yaitu Naptha Rerun Unit dan Hydrocarbon Platforming Unit. Kedua fasilitas itu selesai dibangun dan mulai dioperasikan tahun 1973.
Kilang UP II Dumai memiliki 14 unit proses produksi pengolahan dan dua unit penunjang proses produksi terdiri atas kilang lama (Existing Plant) dan kilang baru (New Plant). Existing Plant terdiri atas 3 unit proses, yaitu Topping Unit/Crude Distilling Unit (CDU), Naptha Rerun Unit (NRU), dan Hydrobon Platforming Unit (Platforming I).
Sementara New Plant (Hydrocracker Complex) merupakan perluasan dari Existing Plant yang dibangun pada tahun 1981. Pengoperasiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto, 16 Februari 1984.
New Plant terdiri atas 11 unit proses produksi, yaitu High Vacuum Unit (HVU), Delayed Coking Unit (DCU), Hydrocracking Unit (HCU), Naptha Hydrotreating Unit (NHDtU), CCR Platforming Unit, Destillate Hydrotreating Unit (DHDtU), Amine & LPG Recovery Unit, Hydrogent Plant, Nitrogen Plant, dan Sour Water System Plant. Sedangkan dua unit penunjang produksi adalah Instalasi Tanki dan Pengapalan dan Utilities Unit.
Hanya berjarak puluhan kilometer dari kilang minyak Pertamina Dumai, terdapat Kilang Sei Pakning terletak di tepi pantai Sungai Pakning dengan areal seluas 40 hektare. Kilang minyak ini dibangun pada November 1968 oleh Kontraktor Refican Ltd (Refining Associates Canada Limited).
Selesai dibangun dan mulai berproduksi pada bulan Desember 1969. Pada awal beroperasi kapasitas produksi 25.000 barel per hari. Pada September 1975 seluruh operasi Kilang Sei Pakning beralih dari Refican kepada Pertamina.
Selanjutnya kilang ini mulai mengalami penyempurnaan secara bertahap sehingga kapasitas produksinya dapat lebih ditingkatkan. Pada akhir 1977, kapasitas produksi kilang meningkat menjadi 35.000 barel per hari dan pada April 1980 naik menjadi 40 barel per hari. Kemudian mulai 1982 kapasitas produksi sesuai dengan design, yaitu 50.000 barel per hari.
Minyak yang Dihasilkan
Pertamina UP II menghasilkan sejumlah produk minyak. Di antaranya BBM dan BBK terdiri dari 6 jenis produksi yang dihasilkan, meliputi Aviation Turbine Fuel, Minyak Bakar, Minyak Diesel, Minyak Solar dan Minyak Tanah.
Sementara produk Non BBM terdiri dari 3 jenis produksi yang dihasilkan, diantaranya Solvent, Green Coke serta Liquid Petroleum Gas (LPG).
Insiden Pertamina Kesekian Kali
Diwartakan sebelumnya, insiden yang menimpa Pertamina tak kunjung usai. Belum berakhir ingatan publik tentang kejadian meledaknya Depo Pertamina Plumpang di Jakarta Utara awal bulan lalu, kini kecelakaan industrial kembali melanda kilang minyak Pertamina Dumai, Sabtu (1/4/2023) malam tadi.
Kebakaran Kilang Dumai sementara ini dilaporkan melukai 9 orang pekerja dan telah dirawat di Rumah Sakit Pertamina Dumai. Kepanikan hebat melanda masyarakat sekitar yang memang lokasinya tak terlalu jauh dari kilang. Sejumlah kerusakan dilaporkan terjadi menimbulkan kerugian material.
Polisi malam tadi telah turun mengamankan lokasi kejadian. Wali Kota Pekanbaru Paisal menghimbau masyarakat tidak panik dan tidak ada tindakan provokasi.
Insiden terbakarnya kilang minyak Pertamina Dumai ini hanya berlangsung tak sampai sebulan pasca ledakan maut di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara pada Jumat 3 Maret lalu. Ledakan Depo Pertamina Plumpang merupakan kejadian kelam karena hingga kini tercatat sudah menewaskan sebanyak 33 orang per Jumat (24/3/2023) lalu serta puluhan menderita luka-luka.
Rentetan kecelakaan dan insiden parah yang menimpa Pertamina ini pun menimbulkan tanda tanda soal penerapan standar keselamatan industri. Sebelumnya, beberapa hari lalu, kapal tangker pembawa ribuan ton minyak Pertamina terbakar di perairan Nusa Tenggara Barat.
Penjelasan Pertamina Dumai
Juru bicara Pertamina RU II Dumai Agustiawan mengatakan, Tim Keadaan Darurat Pertamina telah mengatasi kejadian terbakarnya kilang di area gas compressor Kilang Dumai. Ia menyebut kebakaran telah dapat dikendalikan pada Sabtu malam sekitar pukul 22.54 WIB.
Namun, operasional kilang di unit terdampak dihentikan sementara untuk memastikan keamanan di lokasi. Sementara unit lain di Pertamina Dumai tetap beroperasi secara normal. Agustiawan mengatakan hingga saat ini penyebab kebakaran belum diketahui.
"Saat ini tim terus fokus untuk memastikan kondisi aman. Pertamina Kilang Dumai juga terus melakukan pemantauan untuk memastikan agar masyarakat di sekitar kilang tidak terdampak oleh kejadian ini," terang Agustiawan kepada media.
Bangunan Warga Rusak
Selain menyebabkan lima pekerja luka, akibat ledakan dan kebakaran tersebut sejumlah bangunan yang ada di sekitar kilang seperti rumah warga mengalami pecah kaca, dinding retak-retak dan plafon masjid berjatuhan. Ledakan pun sempat terdengar hingga sejauh 25 kilometer.
Agustiawan memastikan Pertamina akan bertanggung jawab atas dampak ledakan tersebut.
Wali Kota Dumai Paisal terlihat turun langsung ke lokasi kilang Pertamina RU II Dumai dan berada di tengah kerumunan masyarakat untuk menenangkan massa dan mendengar keluhan akibat ledakan di kilang tersebut.
"Mohon semuanya bersabar karena saat ini sedang dilakukan penanganan. Jangan ada yang memprovokasi," kata Paisal. (*)