5 Kebiasaan Unik Ramadan di Belahan Dunia, Ada Tradisi Minta Permen Sampai Menembakkan Meriam
SABANGMERAUKE NEWS - Ramadan tak hanya identik dengan puasa, tapi juga bulan suci yang sarat dengan praktek budaya. Uniknya di seluruh dunia memiliki tradisi nya sendiri pada bulan Ramadan.
Mulai dari ritual membunyikan meriam di Lebanon hingga menyalakan lentera di Mesir, berikut adalah tradisi unik Ramadan seperti dikutip dari The Culture Trip.
1. Nyanyian Minta Permen di Uni Emirat Arab
Tradisi haq al laila dilakukan pada tanggal 15 Sya'ban, bulan sebelum Ramadhan. Tradisi yang banyak dipraktekkan di negara Teluk ini sering dibandingkan dengan kebiasaan Barat dalam hal trick-or-treat.
Pada 15 Sya'ban anak-anak di Uni Emirat Arab berkeliaran di lingkungan mereka mengenakan pakaian cerah, mengumpulkan permen dan kacang-kacangan di tas jinjing yang dikenal sebagai kharyta, semuanya sambil menyanyikan lagu-lagu tradisional lokal.
Nyanyian Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang diterjemahkan dari bahasa Arab menjadi 'Berikan kepada kami dan Allah akan membalas Anda dan membantu Anda mengunjungi Rumah Allah di Mekah', bergema di jalan-jalan saat anak-anak dengan bersemangat mengumpulkan hadiah mereka.
Di Uni Emirat Arab, perayaan ini dianggap sebagai bagian integral dari identitas nasional Emirat. Dalam masyarakat modern saat ini, tradisi haq al laila menyoroti pentingnya ikatan sosial yang kuat dan nilai-nilai keluarga.
2. Menembak Meriam di Lebanon
Di banyak negara di Timur Tengah, meriam ditembakkan setiap hari selama bulan Ramadan untuk menandakan waktu berbuka puasa. Tradisi ini dikenal sebagai midfa al iftar, dipercaya pertama kali dilakukan di Mesir lebih dari 200 tahun yang lalu, ketika negara itu diperintah oleh penguasa Ottoman Khosh Qadam.
Saat menguji meriam baru saat matahari terbenam, Qadam secara tidak sengaja menembakkannya, dan suara yang bergema di seluruh Kairo mendorong banyak warga sipil untuk berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa. Banyak yang berterima kasih atas inovasinya, dan putrinya, Haja Fatma, mendesaknya untuk menjadikan ini tradisi.
Praktik ini menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon, di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.
Tradisi unik tersebut sempat dikhawatirkan hilang pada 1983 setelah invasi yang berujung penyitaan beberapa meriam karena dianggap senjata. Tapi tradisi ini berhasil dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon setelah perang dan berlanjut hingga hari ini.
3. Menyalakan Lentera di Mesir
Setiap tahun, orang-orang Mesir menyambut Ramadan dengan fanous warna-warni, yakni lentera yang melambangkan persatuan dan kegembiraan sepanjang bulan suci. Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, menyalakan lentera sangat erat dengan bulan suci Ramadhan, yang memiliki makna spiritual.
Lahirnya tradisi ini diyakini bermula di suatu masa pada zaman dinasti Fatimiyah, ketika orang Mesir menyambut Khilafah Al-Muʿizz li-Dīn Allah saat ia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadhan.
Untuk menyediakan pintu masuk yang terang bagi imam, para pejabat militer memerintahkan penduduk setempat untuk memegang lilin di jalan-jalan yang gelap, melindungi mereka dalam bingkai kayu agar tidak meledak.
Seiring waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.
Saat ini, fanous sering diintegrasikan ke dalam tradisi lokal lainnya. Misalnya, selama bulan suci, anak-anak berjalan-jalan dengan lampion mereka, bernyanyi dengan riang sambil meminta hadiah dan permen.
4. Bernyanyi Lagu Tradisional di Albania
Selama berabad-abad, anggota komunitas Muslim Roma, yang berasal dari Kekaisaran Ottoman, mengumumkan awal dan akhir puasa dengan lagu-lagu tradisional.
Setiap hari selama bulan Ramadhan, mereka akan berbaris mondar-mandir di jalan-jalan memainkan lodra, sebuah gendang silinder berujung ganda yang dilapisi kulit domba atau kambing.
Keluarga Muslim akan sering mengundang mereka di dalam rumah mereka untuk bermain balada tradisional untuk merayakan dimulainya buka puasa.
5. Padusan di Indonesia
Umat Islam di Indonesia melakukan ritual yang berbeda untuk 'membersihkan' diri pada hari sebelum Ramadan.
Beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki tradisi penyucian yang disebut padusan (yang berarti mandi dalam dialek Jawa), di mana umat Islam Jawa menceburkan diri ke mata air, merendam tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Padusan merupakan bukti perpaduan agama dan budaya di Indonesia. Mata air memiliki makna spiritual yang dalam dalam budaya Jawa dan merupakan bagian integral dari penyucian untuk bulan suci. Praktik ini diyakini telah disebarkan oleh Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam ke seluruh Jawa. (*)