Pria Mualaf Mantan Pasukan Elit Belanda Ini Dedengkot Awal Berdirinya Kopassus
SABANGMERAUKE NEWS - RMS merupakan cikal bakal terbentuknya pasukan elit Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Pada 1950, dalam Operasi Senopati yang dipimpin oleh Kolonel AE Kawilarang dan dibantu Letkol Slamet Riyadi dijalankan untuk merebut kota Ambon dari RMS.
Pada saat itu, Pasukan TNI mengerahkan pasukannya, tetapi dapat digagalkan RMS yang hanya memiliki pasukan kecil. Hal itulah yang membuat Slamet Riyadi mengusulkan untuk membuat pasukan khusus yang dapat diandalkan dalam segala situasi.
Setelah wafat, gagasan itu direalisasikan oleh AE Kawilarang. Ia pun membentuk Kesatuan Komando Tentara Teroterium-III/Siliwangi. Kawilarang lalu memerintahkan Letda Aloysius Sugianto untuk mencari pelatih yang akan membantu pembentukan kesatuan pasukan khusus dengan basis di bekas pangkalan KST di Batujajar, Bandung.
Dari hasil diskusi tentang siapa yang cocok membentuk pasukan khusus yang kelak menjadi Kopassus TNI Angkatan Darat, nama Idjon Djanbi yang pernah melatih Combat Intelligent Course (CIC) di Bogor tahun 1950 pun muncul.
Nama aslinya Rodes Barendrecht "Rokus" Visser kemudian dikenal dengan Mochamad Idjon Djanbi, lahir di Belanda dan merupakan seorang mantan anggota KST, yaitu Pasukan Khusus Belanda yang dilatih oleh Pasukan Komando Inggris (SAS). Perjalanannya di militer cukup panjang.
Ia memulai karier militernya dengan masuk ke dinas militer sukarela tentara sekutu sebagai sopir Ratu Wilhelmina. Setelah itu, ia mengundurkan diri dan bergabung dengan Pasukan Angkatan Darat Belanda, yaitu Brigade Princess Irene.
Setahun setelahnya, Idjon menjalani pelatihan komando di Skotlandia. Pasukan ini disebut oleh Winston Churchill sebagai 'Pasukan Siluman Sekutu'. Idjon pun berhasil lolos. Setelah itu, menjadi Co- Pilot pesawat tempur Belanda dalam Operasi Market Garden di Arnhem, 1994.
Lalu, Idjon diangkat menjadi pelatih pasukan sekutu di pangkalan yang terletak di Kota Hollandia (sekarang Jayapura). Pada 1947, Ia dipindahkan ke Bandung, karena tempatnya melatih dipindahkan ke Batujajar. Selesai melatih disana, ia memutuskan untuk pensiun dari militer dan menetap di Lembang.
Dengan berbagai pengalamannya sebagai Pasukan Elite Komando dan sebagai pelatih penerjun payung, hal inilah yang membuatnya menarik perhatian Kolonel Kawilarang. (*)