Waduh! Proyek Kebanggaan Jokowi Ditinggal Investor AS, Erick Thohir Heran
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc., hengkang dari konsorsium hilirisasi batu bara di Indonesia bersama dengan PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).
Tak hanya itu, Air Products juga mundur dari proyek hilirisasi batu bara menjadi metanol di Kalimantan Timur bersama dengan perusahaan Grup Bakrie, yakni PT Bakrie Capital Indonesia Group dan PT Ithaca Resources yang membentuk konsorsium bernama PT Air Products East Kalimantan (PT APEK).
Proyek hilirisasi sendiri merupakan salah satu proyek kebanggaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena digadang-gadang bisa menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Ini pun menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN).
Lantas, apa tanggapan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir terkait langkah Air Products?
Luhut bilang, saat ini pemerintah sedang melakukan pembahasan penting mengenai kelanjutan program hilirisasi batu bara Indonesia.
"Saya rasa masih harus ada beberapa (pembahasan) teknis yang harus diselesaikan. Kita lihat lagi nanti (terkait penggantinya)," ujar Luhut ditemui di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Sementara, Menteri BUMN Erick Thohir masih bertanya-tanya terkait hengkangnya perusahaan tersebut. Ia mengungkapkan cabutnya Air Products dari konsorsium tersebut harus dikaji lagi dari sisi konsorsium, industri, dan aturan yang memayungi hilirisasi batu bara di Indonesia.
"Itu permasalahan di kami atau di mana? Air products itu mundur karena apa? Karena Pertaminanya, atau karena industrinya berubah, atau karena aturannya belum punya payung. Nah itu mungkin dicek dulu," ujar Erick di Jakarta, pekan lalu.
Sayangnya, Erick juga belum bisa menyebutkan investor yang nantinya akan menggantikan Air Products yang mundur dari konsorsium tersebut.
Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury menambahkan bahwa sampai dengan saat ini memang belum ada yang menggantikan Air Products, namun sebelumnya Pertamina sudah memiliki MoU dengan 12 pihak.
Terlepas dari dinamika yang ada, Kementerian ESDM memastikan proyek hilirisasi batu bara yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini mulai dilirik China.
Pelaksana Harian Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Idris Sihite mengatakan, sudah ada perusahaan asal China yang melakukan presentasi untuk melanjutkan proyek DME ini, khususnya proyek DME bersama dengan PT Kaltim Prima Coal.
Perusahaan asal China yang dimaksud bernama Sedin Engineering Company Ltd., sebuah perusahaan yang bergerak di sektor konstruksi dan petrokimia.
"Presentasi dengan beberapa perusahaan (bukan hanya KPC). Ini bukan kita yang mengundang ya, mereka paparan dalam perusahaan itu yang saya tau, silakan saja mereka B to B," ungkap Idris saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, dikutip Sabtu (18/3/2023).
Idris menegaskan, selain Air Products, banyak perusahaan lain yang juga bisa mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi DME. Hanya saja, sejauh ini wawasan Indonesia belum terlalu luas.
"Tidak hanya Air Products yang bisa DME, kita juga ada beberapa yang mampu. China mampu," kata Idris. (*)