Warna Seragam Satpam Ganti Lagi: Bikin Masyarakat Bingung, Kompolnas Sudah Ingatkan 2 Tahun Lalu
SabangMerauke News - Polri akan mengubah kembali seragam satpam di seluruh Indonesia yang sebelumnya mirip dengan seragam kepolisian. Kabar itu disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan. Ia mengaku institusinya tengah mengkaji perubahan warna baju satpam yang mirip polisi ke warna krem.
“Masih dalam proses pengkajian warna baju cokelat muda akan berubah menjadi warna krem,” kata Ramadhan di Jakarta, Rabu malam (12/1/2022) sebagaimana dilansir Antara.
Ramadhan beralasan, upaya pengubahan warna baju dilakukan karena publik kesulitan membedakan antara satpam dan Polri. Di sisi lain, fungsi satpam adalah profesi yang berbeda dengan kepolisian. Namun penggunaan warna baru seragam satpam akan diterapkan dalam kurun waktu satu tahun.
Sebagai catatan, pergantian seragam satpam dari warna putih-biru tua menjadi warna cokelat muda berlangsung sejak Oktober 2020. Hal tersebut mengacu pada Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pengamanan Swakarsa.
Saat itu, Polri berdalih kemiripan warna seragam satpam dengan polisi diharapkan dapat menimbulkan kedekatan emosional, menumbuhkan kebanggaan, hingga memuliakan profesi satpam.
Namun, pada praktiknya ternyata perubahan seragam satpam mirip dengan seragam polisi membuat masyarakat bingung. Hal ini membuat Polri kembali mengkaji untuk mengubah seragam satpam dari coklat muda menjadi krem.
Rencana Polri mengubah kembali seragam satpam tersebut mendapat respons publik. Direktur Imparsial Gufron Mabruri menilai, upaya pengubahan warna baju satpam adalah konsekuensi keengganan Polri mendengar aspirasi publik.
Dulu, sebelum kebijakan baju berubah menjadi warna cokelat, kata Gufron, masyarakat sipil sudah mengkritik tentang rencana perubahan seragam satpam dari putih-biru tua menjadi coklat atau mirip dengan seragam kepolisian. Kekhawatiran tersebut saat ini ternyata menjadi kenyataan.
“[Kritik perubahan seragam] nggak cukup didengar oleh Polri dan tetap dipaksakan sehingga dalam realitasnya, kan, setelah diberlakukan masyarakat pada kebingungan mana satpam hari ini. Dan dampak itu secara nyata dirasakan sendiri oleh polisi, tidak hanya polisi tapi juga masyarakat,” kata Gufron kepada reporter Tirto, Kamis (13/1/2022).
Gufron memandang, kebijakan perubahan baju dari putih-biru tua ke cokelat telah membuang-buang anggaran karena kebijakan tersebut tidak dibuat serius. Dampak lain adalah publik mengalami 'ketakutan secara psikologis' karena masih ada trauma militeristik dari pakaian polisi.
“Ini soal rasa aman dan rasa aman itu juga bukan hanya tentang perilaku dari aparat atau satpam itu sendiri tapi juga harus ditunjukkan dari atribut yang digunakannya," kata Gufron.
Gufron menambahkan, “Nah persoalannya sebelumnya seragam satpam dan polisi ini yang mirip kan memunculkan ketidakamanan di masyarakat.”
Ia pun berharap Polri berhati-hati dalam upaya mengubah baju satpam. Gufron ingin agar kebijakan pengubahan warna baju satpam diikuti assesmen yang tepat, kajian yang tepat serta mendengarkan aspirasi publik.
Sementara itu, pemerhati kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengatakan sejak awal ia sudah menyoalkan tentang dasar filosofi pengubahan baju satpam. Bambang sebut, polisi tidak memahami secara utuh filosofi satpam sebagai pengamanan industri swasta. Hal ini berbeda dengan posisi kepolisian.
“Seragam satpam yang mirip Polri tidak didasari filosofi satpam sebagai bagian pengamanan industri (swasta). Padahal pengamanan publik sebagai bagian tugas kepolisian, tentunya harus dibedakan dengan pengamanan swasta atau industri,” kata Bambang saat dihubungi reporter Tirto, Kamis (13/1/2022).
Bambang juga mengingatkan kebijakan mengubah seragam satpam ke cokelat sebagai upaya meningkatkan harkat kepolisian justru bermakna negatif. Bambang sebut, pengubahan warna baju juga tidak lepas dari acara pertemuan Jokowi dengan para satpam pada 2019. Kemudian Polri berupaya meningkatkan harkat satpam dengan mengubah warna baju sebagai bentuk penghargaan.
“Sebagai upaya pemuliaan satpam tentunya tidak sekadar ganti seragam. Dengan memiripkan dengan seragam Polri, justru malah sebaliknya menurunkan jati diri profesi kepolisian sendiri," kata Bambang.
Bambang mecontohkan dari pola pembinaan dan pendidikan. Dari pola pendidikan dan latihan satpam dan polisi berbeda. Diklat satpam maksimal 3 minggu, sementara pendidikan calon tantaman lebih dari 3 bulan. (*)