PHR Bor 400 Sumur Minyak di Blok Rokan Habiskan Ratusan Ribu Juta Dollar AS, Apakah Sebanding dengan Produksi yang Dihasilkan?
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengklaim telah melakukan pengeboran ratusan sumur minyak di Blok Rokan hingga 2022 lalu. Dari sebanyak 400 sumur yang telah dibor, diklaim 391 sumur di antaranya sudah memasuki proses produksi atau biasa disebut Put on Production (POP). Langkah pengeboran massif dan agresif ini disebut-sebut sebagai tindakan 'out the box'.
Apakah investasi besar cucu perusahaan BUMN Pertamina itu untuk melakukan pengeboran 400 sumur minyak tersebut sudah sebanding dengan peningkatan produksi yang dihasilkan Blok Rokan saat ini?
Berdasarkan catatan media, biaya untuk pengeboran satu sumur minyak berkisar antara 600 ribu Dollar AS hingga 2 juta Dollar AS bergantung pada kedalaman sumur tersebut. Itu belum termasuk biaya tambahan jika ada perbaikan-perbaikan infrastruktur gas.
Dengan asumsi kurs saat Rp 15.000 per Dollar AS, maka nilai investasi yang telah dikucurkan untuk pengeboran sumur minyak oleh PHR mencapai Rp 3,6 triliun hingga Rp 12 triliun.
PT PHR pernah menyebut, produksi Blok Rokan diawal alih kelola dari PT Chevron Pacific Indonesia berada pada 158,7 ribu barel oil per hari (bph). Sementara, per hari ini dilaporkan produksi Blok Rokan telah naik menjadi 164 ribu bph. Dengan demikian terjadi kenaikan produksi berkisar 5.300 barel per hari.
Vice President Corporate Affairs PHR Wilayah Kerja Rokan, Rudi Ariffianto punya alasan soal relevansi 400 sumur minyak yang dibor dengan produksi Blok Rokan hari ini. Menurutnya, jika dilihat dari tren produksi dalam 20 tahun terakhir sampai titik akhir sebelum alih kelola, Blok Rokan mengalami penurunan produksi alamiah.
Rudi menyatakan apabila PHR tidak melakukan kegiatan apa-apa, produksi minyak Blok Rokan saat ini bisa saja pada level sekitar 115 ribu barel per hari.
"Jadi, kegiatan pengeboran sumur baru dan pemeliharaan sumur eksisting itu tidak hanya efektif memerangi penurunan alamiah, namun juga meningkatkan produksi," terang Rudi, Sabtu (18/2/2023).
Ia menyebut, kontribusi sumur baru terhadap produksi Blok Rokan diperkirakan mencapai 27 ribu bph dan berpotensi akan terus meningkat.
Menurutnya, PHR kini sedang melakukan pengeboran sumur eksplorasi. Ini merupakan yang perdana dilakukan sejak 10 tahun terakhir untuk mencari sumber-sumber minyak baru.
"Blok Rokan ini memang mature field. Kata kuncinya harus masif dan agresif untuk bisa meningkatkan produksi," terang Rudi sembari menyebut PHR menargetkan sebanyak 600 sumur baru.
Sebelumnya, saat mengunjungi Blok Rokan pada awal Januari 2023 lalu, Presiden Jokowi meminta agar target produksi ditingkatkan mencapai 400 ribu bph. Jokowi yang mengambil keputusan politik merebut Blok Rokan dari Chevron saat kampanye pilpres 2019 lalu meminta produksi segera digenjot dengan intervensi teknologi baru.
Blok Rokan kalah pamor dan kehilangan predikat sebagai ladang penghasil minyak terbesar di Tanah Air. Kini posisi puncak penghasil minyak dipegang oleh Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil. Hasil Blok Rokan telah membiayai pembangunan republik ini saat era booming minyak pada pemerintahan orde baru.
Namun, sejak dikelola PHR, gejolak di Blok Rokan tampaknya sukar untuk ditutupi. Misalnya saja soal tingginya kasus kecelakaan kerja yang menewaskan 7 buruh migas di Blok Rokan sejak Juli 2022 hingga Januari 2023 lalu.
Kasak kusuk bisnis di Blok Rokan juga telah memicu tindakan koreksi manajerial berupa pencopotan dua pejabat pucuk PHR yakni Executive Presiden Upstream Business, Feri Sri Wibowo dan Executive Business Support, Fransjono Lazarus beberapa bulan lalu. (*)