Patahan Terbesar Bumi Ada di Indonesia, Bisa Sebabkan Gempa Dahsyat
SABANGMERAUKE NEWS - Gempa Bumi yang mengguncang Turki pada Senin (6/2/2023) lalu disebabkan oleh bergeraknya patahan Anatolia Timur.
Patahan atau sesar adalah retakan di kerak Bumi di mana bebatuan di kedua sisi retakan saling bergeser satu sama lain. Retakan ini terkadang hadir dalam bentuk kecil, setipis rambut, dan gerakannya juga nyaris tak terlihat di antara lapisan bebaturan.
Patahan ini biasanya memanjang hingga ratusan kilometer. Ada banyak patahan di Indonesia, di antaranya Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang sebagian besar berada di bawah laut.
Sementara di darat, ada sesar Lembang, Baribis, Cimandiri, Cugenang yang baru-baru ini menyebabkan gempa di Cianjur pada akhir 2022 lalu, dan masih banyak lagi.
Beberapa tahun lalu, sebuah studi menemukan sesar terbesar di Bumi yang ternyata ada di Indonesia. Dalam satu abad terakhir, ilmuwan telah menyadari adanya jurang samudra sedalam 7,2 km yang dikenal sebagai Weber Deep (Palung Weber). Letaknya di lepas pantai timur Indonesia, di Laut Banda.
Dikutip New Atlas, Weber Deep ini terbilang unik. Palung laut biasanya terbentuk di zona subduksi, yakni tempat dua lempeng besar kerak samudera bertabrakan. Satu kerak ditarik ke bawah, ke dalam mantel bumi.
Proses ini membuat palung cenderung membentuk huruf v. Tapi Weber Deep justru berada di lembah cekungan raksasa dengan bentuk seperti busur. Selain itu, para ilmuwan juga belum mengetahui mengapa patahan tersebut bisa begitu dalam.
“Jurang (patahan terbesar Bumi di Laut Banda) ini telah diketahui selama 90 tahun terakhir. Tapi sampai sekarang belum ada yang bisa menjelaskan bagaimana jurang itu bisa sangat dalam,” ujar Jonathan Pownall, peneliti struktur tektonik di Australian National University (ANU).
Studi di jurnal Geology yang dilakukan oleh para peneliti dari ANU menemukan petunjuk baru tentang patahan yang kini disebut detasemen Banda. Analisis menggunakan peta beresolusi tinggi dari dasar laut Banda menunjukkan adanya ratusan bekas kerusakan pola lurus dan paralel yang merusak bebatuan di dasar laut.
Mereka yakin kerusakan ini menunjukkan Weber Deep terbentuk ketika potongan kerak Bumi raksasa terkoyak sejauh 120 km di sepanjang celah sudut rendah atau patahan detasemen Banda.
Patahan detasemen Banda ini merupakan robekan di dasar laut seluas lebih dari 60.000 km persegi. Saking besarnya robekan membuat di beberapa tempat tidak ada lagi jejak kerak samudera.
Bahkan, Pownall menemukan bentangan alam yang menonjol di air di pegunungan pulau Banda yang diduga sebagai bagian dari patahan Detasemen Banda. “Saya tercengang melihat jalur patahan yang dihipotesiskan, kali ini bukan di layar komputer, tapi menyembul di atas ombak,” katanya.
Mengingat patahan ini berada di dalam Ring of Fire, hal ini dapat membantu mereka menganalisis bahaya tektonik di masa depan di wilayah Indonesia, terutama sekitar Laut Banda.
Detasement Banda atau Weber Deep sendiri pernah menyebabkan gempa dahsyat ratusan tahun lalu, tepatnya pada 1629 ketika gempa megathrust dengan kekuatan 9,2 magnitudo mengguncang wilayah di sekitar Laut Banda. Gempa itu juga menyebabkan tsunami setinggi 15 meter dan gempa susulan selama 9 tahun.
“Di wilayah dengan risiko tsunami ekstrem, pengetahuan tentang patahan besar seperti Detasemen Banda yang bisa menyebabkan gempa bumi besar, merupakan dasar untuk bisa menilai bahaya tektonik dengan tepat,” catat Pownhall. (RE-01)