Separuh Lebih Pengiklan Kakap Hengkang dari Twitter, Elon Musk Disebut Rugi Bandar
SABANGMERAUKE NEWS - Setelah Elon Musk mengakuisisi Twitter, hingga Januari 2023 tercatat 625 dari 1.000 perusahaan pengiklan teratas memutuskan mengakhiri kerja sama dengan platform tersebut.
Beberapa merek-merek besar menyetop pasang iklan di Twitter di antaranya seperti Coca-Cola, Unilever, Jeep, Wells Fargo, dan Merck. Wells Fargo masih menggunakan Twitter untuk berkomunikasi dengan pelanggan meski tak lagi beriklan di Twitter.
“Kami menghentikan sementara iklan berbayar kami di Twitter tetapi terus menggunakannya sebagai saluran sosial untuk terlibat dengan pelanggan,” kata perusahaan jasa keuangan multinasional Amerika itu, Sabtu (11/2/2023).
Akibatnya, pendapatan bulanan Twitter yang bersumber dari 1.000 pengiklan teratas itu anjlok lebih dari 60 persen sejak Oktober hingga 25 Januari. Dari sekitar $127 juta menjadi lebih dari $48 juta. Data tersebut juga menunjukkan penurunan tajam bisnis Twitter, yang pada 2021 pendapatannya bisa mencapai $4,5 miliar.
Setelah Musk mengambil alih perusahaan pada akhir Oktober, pengiklan mulai cemas dengan keamanan dan stabilitas platform. Sebab Musk saat itu berencana memangkas staf dan melonggarkan kebijakan moderasi konten. Kemudian, pada awal November, Musk mengatakan Twitter telah mengalami penurunan pendapatan yang sangat besar.
Meskipun bisnis iklan Twitter jauh lebih kecil daripada pesaing Facebook dan Google, bisnis ini tetap menjadi penyumbang sebagian besar pendapatan perusahaan. Musk harus segera mengatasi masalah ini karena ia akan dihadapkan pada pembayaran bunga utang yang dia ambil saat membeli Twitter seharga $44 miliar.
Twitter yang memangkas sebagian besar tim hubungan medianya tahun lalu, tidak segera menanggapi permintaan komentar. Setelah awalnya berselisih dengan pengiklan, Musk kini tampaknya mencoba merayu mereka kembali ke platform. Twitter juga telah bermitra dengan perusahaan keamanan pihak ketiga.
Musk mengatakan dalam cuitan awal bulan ini, bahwa tiga bulan sebelumnya sangat sulit, karena harus menyelamatkan Twitter dari kebangkrutan.
“Tetapi perusahaan sekarang cenderung mencapai titik impas jika kita terus melakukannya,” katanya dia. (RE-02)