BPDPKS Disedot dari Petani Kelapa Sawit, Tapi 90 Persen Dananya Malah Digelontorkan untuk Subsidi Korporasi
SABANGMERAUKE NEWS - Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) menilai Pemerintah Indonesia lebih mementingkan perusahaan sawit besar dibandingkan petani kelapa sawit.
Penyaluran dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) misalnya, sebagian besar digelontorkan kepada korporasi berbasis industri biodiesel.
“Pemerintah Indonesia lebih mementingkan korporasi besar dibandingkan petani kelapa sawit,” ungkap Sekretaris Jenderal SPKS M. Darto.
Di sisi lain, keberadaan Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE) untuk minyak sawit mentah (CPO) dinilai kian memberatkan petani kelapa sawit. Padahal uang BPDPKS yang dipungut dari bea-bea tersebut dikuras oleh perusahaan besar.
Hal ini berdasarkan studi SPKS dengan mengamati penyaluran dana BPDPKS kepada perusahaan besar sawit. Berdasarkan studi “Raksasa Penerima Subsidi” oleh SPKS, keberadaan peremajaan kebun sawit rakyat hanya mendapatkan porsi pendanaan paling sedikit.
“Hampir 90 persen dana BPDPKS hanya digunakan untuk menyubsidi perusahaan raksasa sawit,” ungkapnya.
Sementara itu, guru kampanye Greenpeace, Arie Rompas, mengungkapkan keberadaan petani kelapa sawit masih jauh dari kesejahteraan. Menurutnya, kehidupan petani masih banyak kekurangan. Sebab itu, Arie berharap adanya dukungan dan keberpihakan dari pemerintah.
“Seharusnya masyarakat luas khususnya petani kelapa sawit dapat hidup lebih sejahtera dari hasil panen perkebunan kelapa sawit,” ungkap Arie dalam keterangannya, Selasa (7/2/2023).
Peneliti dari Traction Energy, Febrian, mengungkapkan adanya penelusuran data yang menggambarkan kondisi timpang dari keberpihakan pemerintah.
“Dana BPDPKS disalurkan sebagian besar hanya kepada pengusaha besar,” kata Rian menjelaskan.
Advokat Janses, mengatakan akan membawa persoalan ini kepada ranah hukum. Pihaknya menegaskan akan mengadukan kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) supaya mendapatkan perhatian pemerintah.
“Seharusnya dana BPDPKS yang dikutip dari CPO bisa digunakan lebih besar bagi petani kelapa sawit,” tandasnya. (*)