Sebanyak 1.645 Anak Menderita Diabetes, Menkes Imbau Masyarakat Rutin Cek Darah
SABANGMERAUKE NEWS - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, per Selasa malam (31/1/2023), ada 1.645 pasien anak penderita diabetes yang tersebar di 13 kota. Sebaran pasien yaitu di Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.
Berdasarkan usia, sebaran kasus diabetes pada anak tertinggi berada di usia 10-14 tahun dengan porsi 46,23 persen. Diikuti anak usia 5-9 tahun sebesar 31,05 persen, anak usia 0-4 tahun sebanyak 19 persen, dan anak usia lebih dari 14 tahun 3 persen. Berdasarkan jenis kelamin, sebaran didominasi oleh perempuan dengan persentase 59,3 persen dan laki-laku 40,7 persen.
“Pada 2023, angkanya meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010 yang 0,028 per 100.000 dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000,” kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Muhammad Faizi, SpA(K), Rabu (1/2/2023).
Menanggapi adanya peningkatan kasus diabetes pada anak-anak sampai 70 kali lipat pada 2023, jika dibandingkan dari 2010, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mewanti-wanti penyakit silent killer ini. Budi menyebut, diabetes merupakan ibu dari segala penyakit (mother of all diseases).
“Diabetes di Indonesia memang naik tinggi, diabetes itu kan mother of all diseases. Jadi kalau terus-terusan ada dan enggak di-treat (dirawat), itu bisa stroke, bisa jadi (gagal) ginjal, bisa jadi jantung,” kata Budi, Jumat (3/2/2023).
Budi mencontohkan, penderita diabetes yang sudah mengalami komplikasi gagal ginjal harus melakukan cuci darah. Cuci darah itu dilakukan sekitar 3-4 kali seminggu dan sekali cuci darah memakan waktu hingga 4-5 jam.
“Kalau ini nggak di-treat (dirawat dan diobati), dia paling dekatnya itu cuci darah. Bayangkan kalau kita cuci darah tuh mesti 3-4 hari di RS, di sana 4-5 jam enggak bisa ngapa-ngapain, kan kasihan kualitas hidupnya,” tutur Budi.
Lebih lanjut, Budi mengimbau masyarakat rutin melakukan pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c). Pemeriksaan bertujuan untuk mengukur rerata jumlah sel darah merah (hemoglobin) yang berikatan dengan gula darah selama 3 bulan terakhir. Gula darah disebut normal jika HbA1c di bawah 5,7 persen, dinyatakan prediabetes jika jumlah HbA1c antara 5,7–6,4 persen, dan diabetes jika jumlah HbA1c mencapai 6,5 persen atau lebih.
“Jadi penting buat masyarakat untuk diedukasi, dididik, untuk bisa identifikasi dia diabetes apa enggak. HbA1c di bawah 6,5 apa enggak, itu yang paling bagus. Jadi cek darah, dilihat,” ucap Budi. (RE-02)