Begini Caranya Orang Mesir Kuno Bikin Jenazah Jadi Mumi
SABANGMERAUKE NEWS - Para ilmuwan akhirnya berhasil mengungkap ‘resep’ rahasia pembalseman atau mumifikasi yang dilakukan oleh orang-orang Mesir Kuno. Resep rahasia ini terungkap setelah mereka menemukan bengkel mumifikasi Mesir Kuno di Saqqara.
Orang Mesir Kuno memang piawai dalam mengawetkan jenazah. Bahkan, mumi yang mereka awetkan bisa bertahan hingga ribuan tahun.
Ternyata, dalam proses mumifikasi tersebut, banyak salep yang digunakan.
Salep-salep itu terbuat dari bahan-bahan yang tidak ditemukan di Mesir, menunjukkan bahwa mumifikasi yang dilakukan orang Mesir telah mendorong perdagangan global kuno.
Berasal dari Dinasti ke-26, fasilitas pembalseman itu ditemukan di dekat piramida Raja Unas. Diperkirakan telah digunakan antara tahun 664 - 525 SM. Ketika para arkeolog menggali bengkel bawah tanah, mereka menemukan 121 mangkuk dan gelas kimia bertuliskan langkah-langkah pembalseman jenazah.
Di antara informasi yang ditulis, ada perintah seperti “memakai kepalanya” dan “membalut atau membalsemnya”. Sementara yang lain dilabeli dengan nama bahan pembalseman seperti antiu atau sefet.
Dengan menggunakan gas kromatografi, para peneliti dapat menentukan komposisi kimia dari residu yang terkandung dalam 31 wadah yang ditemukan. Dari sini, para peneliti dapat membongkar resep pembalseman dengan lebih akurat.
“Kami berhasil mengetahui nama dari banyak bahan pembalseman ini sejak tulisan Mesir Kuno diuraikan,” ujar Susanne Beck, pemimpin penggalian dari University of Tübingen dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFL Science.
“Tapi sampai sekarang, kami hanya bisa menebak zat apa yang ada di balik setiap nama.” tambahnya.
Sebelum menemukan bengkel pembalseman, para peneliti sebenarnya telah berusaha mengidentifikasi sejumlah zat berdasarkan teks kuno, termasuk teks mumifikasi yang diperkirakan ditulis sekitar 1450 SM. Namun, hasil analisis kimia para peneliti mengungkapkan bahwa ahli Mesir Kuno memiliki pengetahuan yang luas tentang beberapa bahan ini.
Misalnya, zat yang disebut “antiu” umumnya diartikan sebagai mur atau kemenyan. Namun hasil analisis menunjukkan bahwa zat itu sebenarnya campuran minyak cedar, minyak juniper/cypress, dan lemak hewani. Bahan penting lainnya yang disebut “sefet” ternyata adalah formula bahan dasar lemak disebut balap wangi dengan aditif tumbuhan.
Sebanyak 8 bejana bertuliskan instruksi untuk membalsem menggunakan bahan berupa campuran resin Pistacia, lemak hewani, lilin lebah, dan minyak jarak. Sedangkan 6 wadah lainnya berisi informasi tentang bahan yang digunakan untuk mencuci mayat, mengurangi bau, dan menghaluskan kulit serta resep untuk merawat hati dan perut.
“Pembalsem menggunakan zat bersifat biokimia, karena resin Pistacia, elemi, damar, minyak, bitumen dan lilin lebah memiliki sifat antibakteri atau antijamur serta bau, dan dengan demikian membantu melestarikan jaringan manusia dan mengurangi bau yang tidak sedap,” tulis para peneliti.
“Sifat hidrofobik dan perekat dari ter, resin, bitumen, dan lilin lebah berguna untuk menutup pori-pori kulit, menghilangkan kelembapan, dan merawat pembungkus linen.”
Peneliti bilang, orang-orang Mesir Kuno memilih bahan-bahan ini tanpa pengetahuan yang jelas tentang mikroba merupakan hal yang sangat mengejutkan, mengingat zat yang digunakan tidak tersedia di Mesir dan harus diimpor dari lokasi lain. Damar dari pohon elemi, misalnya, diperoleh dari daerah tropis Afrika atau Asia Tenggara. Sedangkan getah dari pohon damar hanya dapat diperoleh dari Asia Tenggara.
Zat lain seperti resin Pistacia, minyak zaitun, dan minyak cedar diimpor dari tempat lain di Mediterania. Melihat bahan-bahan yang digunakan ini dikirim dari berbagai negara, para peneliti mengatakan bahwa orang Mesir Kuno memberikan sekilas gambaran sistem perdagangan dan pertukaran dalam menjalankan industri pembalseman yang komprehensif.
“Pada akhirnya, mumifikasi Mesir memainkan peran penting dalam awal kemunculan perdagangan internasional,” kata Maxime Rageot, penulis studi yang terbit di jurnal Nature.