Meriahnya Pawai Cue Lak, Festival Penutupan Imlek di Kepulauan Meranti
SABANGMERAUKE NEWS - Selatpanjang – Hari keenam perayaan Imlek di Kota Selatpanjang, Kepulauan Meranti merupakan puncak perayaan Tahun Baru masyarakat Tionghoa. Pada hari keenam atau disebut Cue Lak ini dilaksanakan kirab budaya. Masyarakat pawai mengarak tiga dewa ke seluruh klenteng yang ada di Selatpanjang.
Pawai dimulai dari Kelenteng Hoo Ann Kiong atau lebih dikenal luas sebagai Vihara Sejahtera Sakti sejak Jumat (27/1/2023) pagi sekira pukul 06.00 WIB dengan arak-arakan tiga dewa, yakni Cho Se Kong, Tian Tho Wan Sue dan Lie Loh Chia.
Para dewa ini ditandu beramai-ramai dan singgah di 23 kelenteng untuk sembahyang bersama Sai Kong atau imam kelenteng sekitar 15 menit. Selain itu ada juga arak arakan Barongsai, Reog Ponorogo, tarian naga, dan juga ratusan anak anak yang memakai pakaian adat lengkap dengan berbagai bentuk.
Setidaknya ada sebanyak tiga dewa yang diarak menggunakan tandu oleh panitia. Ketiga dewa tersebut ditandu sesuai dengan urutannya. Paling depan tandu yang ditempati Tian Tho Wan Sue (Dewa Perang), tandu ke 2 dihuni Lie Loh Chia (Dewa Perang) dan tandu ketiga diduduki Dewa Cho Se Kong.
Selain ketiga dewa tersebut juga terdapat sejumlah dewa pengiring. Dewa Pengiring itu di antaranya Dewa Lie Loh Chia (Panglima Perang), Dewa Tian Tho Wan Sue (Panglima Perang), Dewa Kuang Kong (Panglima Perang), Dewi Kuan In (Dewa Penyelamat Bumi), Dewa Sam Ong Hu (Dewa Raja), Dewa Tua Li Giah Peh (Dewa Neraka), Dewa Huat Cu Kong (Dewa Bumi), Dewa Sam Tai Kong (Dewa Bumi), Goh Ong Giah Kong (Dewa Raja), Tua Lang Kong (Dewa Raja), dan Dewa Tua Pek Kong (Dewa Wilayah).
Dewa pengiring tersebut bukan dalam bentuk patung, namun dipercaya masyarakat Tionghoa dalam bentuk roh yang merasuki warga-warga pilihan Tionghoa atau mereka menyebutnya Tang KKi Dijelaskan Tjuan An, Tang Ki adalah orang yang dipilih oleh para dewa untuk dirasuki.
Tidak semua orang bisa menjadi Tang Ki, hanya orang terpilih saja. Para Tang Ki akan sangat dihargai oleh masyarakat Tionghoa, karena dianggap sebagai orang sakti dan orang pilihan para dewa. Yang menjadi Tang Ki adalah orang yang sama setiap tahunnya. Sampai ia mati atau dewa nya memilih tubuh orang lain sebagai mediator.
Pada pagi hari imlek ke 6, para Tang Ki akan disiapkan dengan berbagai ritual di masing-masing vihara. Sedikit bacaan, kemudian minum segelas teh, dulu arak, kini tidak lagi dibolehkan oleh YSUBB. Kemudian secara otomatis, Tang Ki mulai kerasukan dewa yang menjadi pemilik tubuhnya.
Baru kemudian para imam di vihara menusuk berbagai besi ke tubuh Tang Ki. Setelah itu akan diantar ke Vihara Sejahtera Sakti yang merupakan vihara tertua di Sumatera yang dibangun pada pertengahan abad ke-19 atau pada tahun 1860-an, untuk berkumpul dengan para Tang Ki dari vihara-vihara lain. Setelah itu para Tang Ki akan diarak bersama tiga dewa yang ditandu untuk berkeliling ke 23 vihara yang sudah ditetapkan oleh panitia.
Sejarah Pawai Cue Lak
Pelaksanaan ibadah ini sudah dua tahun tidak dilaksanakan akibat Pandemi Covid-19. Imlek keenam atau Cue Lak ini pun mendapatkan perhatian oleh ribuan masyarakat. Tidak hanya masyarakat Tionghoa saja, tetapi masyarakat lainnya di Meranti ataupun luar Kepulauan Meranti sengaja datang ke Kota Selatpanjang.
Sekretaris Yayasan Sosial Umat Beragama Budha (YSUBB), Tjuan An, menceritakan bahwa pawai arak-arakan dewa tersebut merupakan tradisi masyarakat Taonisme.
“Ini tradisi dari tiongkok (daratan china) yang dibawa nenek moyang ke Selatpanjang sekitar lebih dari 100 tahun yang lalu,” katanya.
Dilanjutkannya saat itu, China dikuasai oleh Komunis. Komunis memandang perayaan Imlek yang dilakukan masyarakat hanya menyusahkan, karena harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli peralatan sembahyang (kertas, lidi hiu, dupa, buah-buahan dan lainya).
Sementara, masyarakat cina waktu itu dalam kondisi susah. Oleh karena itu pemerintah komunis lanjutnya waktu itu memutuskan untuk melarang perayaan Imlek dan membakar semua patung dewa.
Pada saat itu, ada dua dewa yang dibawa lari oleh nenek moyang mereka ke Selatpanjang, yaitu Dewa Cho Se Kong dan Dewa Tua Pek Kong yang sekarang ditempatkan di vihara sejahtera sakti (klenteng tertua) di Jalan Ahmad Yani, Selatpanjang.
“Jadi tradisi perayaan Cue Lak (imlek ke 6) hari lahir Cho Se Kong hanya dilaksanakan di Meranti. Karena dewa aslinya ada di sini. Dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu, sejak nenek moyang kami lari membawa dewa dari cina ke Selatpanjang,” sebutnya.
Makna dari tradisi ini adalah untuk memperingati hari lahir Dewa Cho Se Kong. Selain itu dengan pawai keliling diharapkan bisa mengusir roh jahat, iblis dan segala macam bentuk kejahatan dan bencana. Kegiatan tersebut mulai dilaksanakan sejak pagi hari hingga malam.
Cho Se Kong sendiri bernama asli Qing Shui Zu Shi. Dia adalah seorang Rahib Buddha yang berasal dari Provinsi Hokkian, Kabupaten Yong Chun. Lahir pada tanggal 6 bulan 11 Imlek, tahun 1044 M, pada zaman Dinasti Song (960-1279 M), masa pemerintahan Kaisar Ren Zhong tahun keempat.
Cho Se Kong pada usia kanak-kanak telah mencukur rambut untuk menjadi Bhikkhu. Dia pergi ke Gunung Da Jing Shan untuk berguru kepada Guru Zen Ming Song Chan Shi. Setelah membina diri dengan tekun selama 3 tahun, mencapai kesempurnaan, lalu berpamitan kepada gurunya.
Dirinya menyampaikan apresiasi dan ucapan terimkasih kepada pemerintah daerah, pihak pengamanan, dan seluruh elemen masyarakat yang telab mendukung kegiatan tersebut.
Tjuan An yang juga ketua panitia Kirab Budaya Imlek 2023 Kepulauan Meranti mengatakan sejak pukul 06.30 dipredikasi peserta yang ikut mencapai 5.000.
“Kita sangat menghormati sesama agama, pada saat jam shalat jum’at kita beristirahat sampai selesai shalat Jum’at. PSMTI, panitia dan Makin dan seluruh masyarakat Tionghoa mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak, mulai Pemda Kepulauan Meranti, Polri, TNI dan seluruh instansi terkait lainnya termasuk seluruh ormas dan seluruh media massa sehingga sukses dan bisa dikenal sampai ke manca negara,” tuturnya.
Dirinya mengatakan perayaan Imlek tahun kelinci ini lebih ramai pasca dicabutnya pembatasan Covid 19.
“Harapan kami selaku warga Tionghoa Selatpanjang, sudah menandakan tanda-tanda yang baik. Sehingga bisa memakmurkan indonesia. Karena Covid sudah menurun drastis. Kedepan bisa lebih baik dan pada tahun kelinci bisa lebih baik lagi dan kondisi kesehatan bisa lebih baik lagi,” pungkasnya.
Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul Lapawesean Tendri Guling SH SIK MH, di kesempatan itu menyampaikan bahwa sebelum perayaan Imlek tiba, pihaknya telah merencanakan kegiatan pengamanan melalui persiapan yang matang.
“Dalam melakukan pengamanan tersebut, kita bersinergi dengan Pemda, TNI dan stake holder lainnya untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh masyarakat, seperti halnya pada momentun perayaan tahun baru Imlek ini,” ungkap Andi Yul.
Ia juga berterima kasih kepada panitia yang sudah bersinergi dan saling membantu dalam perencanaan pengamanan perayaan tahun baru Imlek 2574 Kongzili di Kepulauan Meranti.
“Saya Kapolres Kepulauan Meranti mengucapkan selamat tahun baru Imlek yang ke 2574 Kongzili tahun 2023 Masehi,” ucapnya. (R-01)