7 Fakta Kodok Tebu yang Teror Australia, Berkembangbiak Dengan Cepat dan Mengandung Racun di Kulitnya
SABANGMERAUKE NEWS - Kodok tebu dengan nama ilmiah Rhinella marina, benar-benar bikin pusing Australia lantaran menjadi hama dan populasinya meledak. Seekor kodok tebu jumbo dengan berat 2,7 kilogram (kg) ditemukan di Australia.
Karena ukurannya melampaui normal, kodok tebu tersebut dijuluki "Toadzilla". Kehadiran kodok tebu berukuran jumbo tersebut sampai mengejutkan para penjaga hutan yang menemukannya di Taman Nasional Conway di Queensland, Australia.
Departemen Lingkungan dan Ilmu Pengetahuan Queensland mengatakan, para penjaga hutan menemukan kodok tebu itu ketika sedang membersihkan jalur. Penjaga hutan bernama Kylee Grey mengatakan, timnya terpesona oleh kodok tebu "monster" yang beratnya 2,7 kg tersebut.
Jenis kelaminnya diyakini betina. Dia mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp bahwa kodok tebu itu adalah yang terbesar yang pernah dia lihat.
Lalu seperti apa sebenarnya sosok "monster" tersebut? Berikut 7 fakta menarik tentang kodok tebu:
1. Kodok terbesar di dunia
Kodok tebu ini adalah kodok terbesar di dunia. Kodok dewasa bisa tumbuh rata-rata 10 sampai 15 cm, sedangkan rekor terpanjang adalah 24 cm. Penemuan baru-baru ini di Queensland, Australia, dinilai sebagai kodok tebu paling besar yang pernah tercatat dengan berat sekitar 2,7 kilogram. Kodok ini asli Amerika Selatan dan Tengah, tapi kemudian menyebar di cukup banyak negara.
2. 2 miliar kodok tebu teror Australia
Pada tahun 1930-an, petani tebu di Australia minta bantuan pemerintah untuk membasmi kumbang dan serangga yang merongrong tanamannya. Didatangkanlah kodok tebu yang kemudian dikembangbiakkan dan dilepas ke alam liar. Jumlahnya menjadi tak terkendali karena tak ada predator alami dan begitu cepat berkembang biak.
Diestimasi saat ini, ada sekitar 2 miliar kodok tebu di negara itu yang menjadi hama. Kodok tebu juga menyebar cepat di area lain seperti Florida, Hawaii, Filipina, Karibia dan lainnya.
3. Kodok tebu punya racun di kulitnya
Sekresi kelenjar kulit kodok tebu (disebut bufotoxin) sangat beracun dan dapat menimbulkan sakit atau bahkan membunuh hewan yang menggigit atau memakannya, termasuk hewan peliharaan. Sekresi kulit dapat mengiritasi kulit atau 'membakar' mata manusia yang memegang kodok ini. Maka dengan senjata itu, makin sukar menangkal kodok ini.
4. Berkembang biak sangat cepat
Salah satu kunci kodok tebu bisa menyebar sangat cepat adalah mampu berkembang biak dalam jumlah begitu besar. Mereka berkembang biak hampir setiap saat sepanjang tahun dan bertelur antara 8.000 dan 30.000 sekaligus dalam satu waktu di air tawar.
Baik telur maupun kecebong kodok tebu ini juga beracun. Tak hanya itu, mereka sangat mudah beradaptasi dan dapat ditemukan di daerah perkotaan dan pertanian, bukit pasir, padang rumput pesisir, tepi hutan hujan dan rawa bakau.
5. Sangat rakus
Kodok tebu sangat rakus dan mau memakan nyaris apa saja yang ditemuinya. Makanannya random termasuk kumbang, lebah, semut, jangkrik, katak, ular, siput air, dan bahkan anjing dan kucing kecil. Di daerah pemukiman, kodok tebu sering terlihat memanjat ke dalam mangkuk makanan anjing dan memakan isinya.
6. Ada manusia jilat kodok tebu
Saat terancam, kodok tebu mengeluarkan campuran bahan kimia berbahaya, termasuk 5-methoxy-N, N-dimethyltryptamine. Orang yang menelan senyawa ini, biasanya dengan menjilat kodok, mengalami halusinasi kuat dan demam seluruh tubuh. Sayangnya, gejalanya bisa termasuk otot jadi sangat lemah, muntah hebat, kejang, dan kematian karena henti jantung.
7. Pernah jadi racun anak panah
"Orang Indian Choco di Kolombia barat biasa 'memerah' kodok dengan menempatkannya dalam tabung bambu di atas api terbuka," tulis Christopher Lever dalam The Cane Toad: The History and Ecology of a Successful Colonist. Racun terkonsentrasi menetes ke dalam botol, dan zat berbahaya itu dioleskan di mata panah dan panah sumpit.