Hati-hati Berdonasi, Kelompok Radikal NII Diduga Galang Dana Berkedok Bantu Anak Yatim Lewat WA
SABANGMERAUKE NEWS - Kelompok radikal Negara Islam Indonesia (NII) diduga menggalang dana untuk organisasinya melalui WhatsApp maupun media sosial lainnya. Penggalangan dana tersebut berkedok donasi yatim piatu dan duafa.
Dugaan itu disampaikan oleh Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center, pusat rehabilitasi para korban NII. Ken menyebut NII tengah gencar melakukan penggeledahan dana lewat yayasan lantaran hasilnya lebih banyak dan aman dari aparat.
“Mereka (NII) sekarang beramai-ramai menggunakan lembaga yayasan untuk mencari dana,” kata Ken, Kamis (12/1/2023).
Ken juga mengungkapkan bahwa organisasi penyokong NII yang menggalang dana tersebut legal dan terdaftar di Kemenkumham dan Kemensos. Namun, kata Ken, pengelolaan dan penyaluran dana sepenuhnya dari dan untuk kelompok NII.
Modus terkini gerakan NII, menurutnya, dengan menyebarkan pesan melalui media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Telegram dan lainnya.
“Mengeluarkan uang Rp 5 ribu hingga Rp10 ribu (untuk) donasi sosial, tentu tidak akan keberatan. Ini lebih menguntungkan. Satu relawan dari pagi sampai siang saja hasilnya ada yang sampai jutaan rupiah,” jelasnya.
Ken menyebut, berbagai yayasan penyokong NII ini tersebar di sejumlah daerah. Dalih mereka adalah membantu fakir miskin dan yatim piatu. Padahal sebenarnya untuk kepentingan gerakan NII itu sendiri.
“Kami memiliki data yayasan itu. Berani dan siap jika mereka mengadukan secara hukum,” katanya.
Ken menambahkan, sebenarnya visi pendirian negara Islam yang digaungkan gerakan NII adalah bohong. Tujuan mereka, menurutnya, hanyalah mengumpulkan dana atau alasan ekonomi.
Dampak tipu-tipu galang dana berkedok donasi yatim piatu dan duafa
Penggalangan dana gerakan NII berkedok donasi yatim piatu itu, menurutnya, menjadi momok bagi masyarakat yang memang ingin beramal. Di sisi lain, yayasan sosial yang benar-benar menyalurkan bantuan ke masyarakat akhirnya menjadi terkena dampaknya.
Untuk menjalankan praktinya, mereka biasanya mencari tautan grup WhatsApp yang anggotanya banyak. Kemudian mereka menyapa dengan chat pribadi setiap anggota grup.
“Sebagai salam perkenalan agar nomernya disimpan oleh calon target korbannya,” ujarnya.
Setelah aktif berkomunikasi, kata Ken, biasanya kelompok NII mulai memperkenalkan profil yayasan. Termasuk segala kegiatannya agar korban tertarik dan berkenan membantu. Jika sudah rutin, kata Ken, korban akan ditawarkan untuk menjadi donatur tetap setiap bulan.
“Kalau telat membayar donasi, kadang ditagih oleh mereka (NII) seperti menagih hutang,” kata dia.
Tak hanya lewat media sosial
Selain pesan donasi lewat medsos, kata Ken, kelompok NII juga melakukan penggalangan dana secara langsung di pusat keramaian seperti di mal, kafe dan terutama di Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Mereka juga menaruh kotak amal yang ditempatkan di rumah makan dan minimarket.
Tidak hanya itu, kelompok NII juga menyebar amplop di tempat ibadah ketika hari besar keagamaan. Mereka juga beroperasi di halte bus maupun pon bensin.
Ken mendeskripsikan ciri-ciri kelompok NII saat menjalankan aksi. Menurutnya, relawan biasanya rapi, cantik dan pintar melakukan presentasi.
“Saya jamin dan pastikan 100 persen, bahwa itu untuk gerakan NII,” ungkapnya.
Pihaknya berharap, masyarakat yang ingin beramal untuk langsung diberikan kepada yang berhak menerima di sekitar lingkungannya, agar tepat sasaran dan langsung dirasakan kepada yang berhak.
“Jangan sampai niat baik kita itu, justru dimanfaatkan untuk mendanai kelompok radikal NII,” ujarnya. (RE-02)