Pulau Rangsang Bersolek, Meretas Ketertinggalan di Ujung Teras NKRI
SABANGMERAUKE NEWS - Terik menyengat siang itu. Saefudin (40) bersama Ahmad (37) bertahan memindahkan buah kelapa ke atas gerobaknya di pinggiran jalan poros Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti, Jumat (16/12/2022).
Keringat mengucur hingga kaos lusuh yang membalut tubuh pria ringkih itu basah. Canda gurau keduanya mengikis rasa lelah bekerja di bawah panas yang menusuk kulit.
"Ini sudah lebih baik. Kalau dulu, lelah kami tak karuan," kata Ahmad siang itu.
Di rumahnya yang berdinding papan usang, Saefudin mengisahkan getirnya bekerja saat kondisi jalan masih darurat dan rusak parah beberapa tahun silam. Untuk mengangkut hasil karet dan panen kelapa dari ladang, susahnya bukan main.
"Seperti mimpi menjadi kenyataan, sekarang kondisi jalan sudah sangat baik. Ini harapan kami sejak puluhan tahun silam," tutur Saefudin yang tinggal bersama istri dan anak semata wayangnya.
Di Kecamatan Rangsang terdapat 6 desa yang dihuni ribuan warga. Sebelum dibangun hot mix, jalan masih semenisasi yang merupakan warisan Kabupaten Bengkalis sebelum Kabupaten Kepulauan Meranti berdiri sebagai daerah otonom hasil pemekaran.
Saefudin bercerita kondisi jalan kala itu penuh jebakan lubang yang menganga. Jalan menjadi arena maut yang memicu kecelakaan dan menelan korban.
"Setiap pengendara yang lewat jalan itu penuh risiko. Kecelakaan kerap terjadi di sini," kata Saefudin sembari menghembuskan asap kretek dari mulutnya.
Kala itu, Saefudin saban hari menunggangi sepeda motor dengan bakul di boncengan. Kiri kanan jalan masih hutan. Saat hujan turun, ia harus mengendarai motor perlahan melewati kubangan di tengah jalan. Motor pun juga kerap tak seimbang dan berjalan oleng.
"Sudah tak terhitung berapa kali saya jatuh dan motor terbalik di jalan ini. Nyawa saya saja yang belum melayang," kisah Saefudin.
Kecamatan Rangsang merupakan salah satu sentra komoditi kelapa. Setiap harinya petani di beberapa desa menjual kelapa bulatnya ke pengepul yang kemudian diangkut ke Malaysia.
Dengan kondisi jalan yang buruk, Saefudin dan petani lainnya biasanya harus membayar lebih mahal membawa hasil panen kelapanya ke tepian jalan.
"Ongkosnya jauh lebih mahal, belum lagi kerjanya menguras tenaga ekstra. Dulu harga kelapa juga tidak menentu, itu jelas menambah beban hidup kami," katanya.
Namun saat ini kondisinya berubah 180 derajat. Kini, dengan gerobak besar ia sudah bisa membawa kelapa hasil panennya ke pengepul hanya dalam waktu kurang dari satu jam.
Saefudin serta warga lainnya juga tak cemas lagi saat melangsir hasil kebun ke pinggiran jalan.
"Sekarang kami tinggal meletakkan hasil perkebunan di tepi jalan untuk diangkut,” ujar Saefudin.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti di bawah kepemimpinan Bupati HM Adil menyadari akses jalan adalah urat nadi ekonomi masyarakat. Pemkab bergerak cepat mengalokasikan anggaran untuk pembangunan jalan yang layak. Pengerjaan jalan siang malam dikebut.
Kerinduan rakyat di Pulau Rangsang yang sudah lama bermimpi memiliki jalan mulus akhirnya terwujud. Jalan rusak dan berlubang kini telah disulap laksana tol.
Warga menyambut gembira proyek jalan ini. Senyum merekah dari wajah mereka. Betapa tidak, derita selama puluhan tahun telah sirna.
Dengan telah dibangunnya jalan tersebut, banyak perubahan yang terjadi. Mobilitas warga menjadi mudah dan cepat. Kendaraan berderu lalu lalang membawa hasil pertaniannya ke Pasar Tanjung Samak yang menjadi pusat ibukota Kecamatan Rangsang.
“Kalau dulu kan susah betul. Sudahlah jalannya kecil, banyak lubang pula. Sebelum jalan base memang teruk lah kondisi jalan di sini. Besi tumbuh, ada kolam pula lagi, kendaraan banyak rusak,” tutur Wandi, warga lainnya.
Kepala Desa Wono Sari, Mohd Zaini mengatakan, pembangunan infrastruktur jalan amat dirasakan manfaatnya oleh warga. Akses transportasi menjadi mudah dan ekonomi bergerak.
Selain itu, konektivitas antar desa pun kian baik.
Termasuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan ke kantor pemerintahan. Anak-anak ke sekolah lebih mudah.
“Alhamdulillah, dengan kondisi jalan yang sudah bagus seperti ini masyarakat bisa berurusan dengan mudah. Mobilitas jadi lancar,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) mengalokasikan anggaran sebesar Rp 30.216.207.000 bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Reguler tahun 2022. Proyek ini untuk melanjutkan peningkatan ruas jalan Tanjung Samak-Repan.
Jalan sepanjang 31,85 kilometer menghubungkan 6 desa di kecamatan ini. Di antaranya Tanjung Samak, Wonosari, Teluk Samak, Gemala Sari, Penyagun dan Desa Repan.
Jalan itu juga terkoneksi dengan ruas yang sudah di-hotmix sebelumnya, tepatnya di Tanjung Samak, ibukota Kecamatan Rangsang, di Tanjung Samak sepanjang 3,3 kilometer yang dibangun pada tahun 2021 dengan menggunakan anggaran DAK sebesar Rp 13 miliar. Bupati HM Adil pada 8 Januari 2022 lalu telah meresmikan penggunaan jalan.
"Ini aspal perdana di Pulau Rangsang. Tahun ini akan kita lanjutkan lagi dan sedang dalam pengerjaan. Seluruh jalan di Rangsang bisa dibangun hingga semuanya aspal," kata Adil, dua pekan lalu.
Jalan ini adalah salah satu program prioritas duet kepala daerah dan wakil kepala daerah, HM Adil-Asmar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Proyek ini telah ditinjau oleh sejumlah anggota Komisi II DPRD Kepulauan Meranti.
"Jalan ini sudah lama kami dambakan untuk mendongkrak kesejahteraan masyarakat. Saya yakin masyarakat nantinya akan lebih baik hidupnya. Komisi II tetap komitmen mengawasi pembangunan infrastruktur guna menunjang ekonomi masyarakat," kata Ketua Komisi II DPRD Kepulauan Meranti, Taufiek.
Kondisi Jalan Pulau Rangsang
Kondisi jalan terparah di Kabupaten Kepulauan Meranti terdapat di Pulau Rangsang. Pulau ini berhadapan langsung dengan Selat Malaka yang menjadi batas NKRI dengan Malaysia dan Singapura.
Setidaknya, terdapat sepanjang 120 kilometer jalan di pulau ini yang kondisinya sangat mengkhawatirkan. Pulau ini terdiri atas 3 kecamatan yakni Rangsang, Rangsang Pesisir dan Rangsang Barat.
Pemkab Kepulauan Meranti menyadari keterpurukan infrastruktur dasar ini harus segera diakhiri. Bahkan, pemkab sampai rela mengajukan pinjaman daerah sebesar Rp 200 miliar.
"Tahun ini kita akan tuntaskan pembangunan jalan poros di Pulau Rangsang. Karena kondisinya sangat rusak dan hancur. Yang penting bagaimana bisa dilalui dengan baik terlebih dahulu," kata Bupati Adil.
Bupati Adil membeberkan fakta Kepulauan Meranti sebagai kabupaten termiskin di Riau. Bukan hanya sekedar wilayah tertinggal, juga terisolir dan terluar.
Itu sebabnya, ia mewajibkan pejabat daerah untuk turun ke lapangan melihat langsung kondisi masyarakat dan infrasturktur di desa-desa.
"Agar pejabat tidak hanya di ruang ber-AC saja. Lihat langsung ke pelosok desa. Harus siap, kalau tidak silahkan mundur. Agar tahu kondisi rakyat di bawah," tegasnya.
Infrastruktur Dasar di Sentra Kelapa
Desa pinggiran sering terabaikan, terisolasi dan miskin infrastruktur. Ungkapan pesimistik tersebut perlahan-lahan mulai dijawab oleh Pemkab Kepulauan Meranti.
Saat ini, Kecamatan Rangsang mulai bersolek dan mendapat sentuhan infrastruktur dasar. Pulau yang menjadi teras Indonesia ini berbenah mengejar ketertinggalan setelah 77 tahun republik merdeka.
Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, drainase, sarana ibadah dan sarana umum lainnya mulai menghiasi kawasan pinggiran Kabupaten Kepulauan Meranti itu.
Perbaikan jalan di Pulau Rangsang ini sejalan dengan rencana Bupati HM Adil yang akan menjadikan Desa Dwi Tunggal sebagai sentra komoditi kelapa. Lahan seluas 6 hektar akan terhubung langsung dekat ke pelabuhan. Sebelumnya, Kepulauan Meranti juga digagas menjadi sentra sagu dan kopi.
Tak lagi hanya menjual kelapa dalam bentuk bulatan, hilirisasi pun bakal dilakukan. Ini berawal dari pertemuan Bupati Adil dengan Dewan Kelapa Indonesia dan Direktorat Jenderal Perkebunan di Gedung Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan beberapa waktu lalu.
Hasil pertemuan dengan Direktur ICC, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti mendapat tawaran investasi dari investor asal Sri Lanka dalam pengembangan industri hilir kelapa di Kepulauan Meranti.
"Dengan adanya sentra kelapa tentu akan memajukan perekonomian masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan. Berbagai produk turunan juga akan diproduksi nantinya. Semuanya mempunyai nilai ekonomi yang tinggi," kata Adil.
Untuk itu, ketersediaan infrastruktur jalan menjadi syarat utamanya. Adapun total ruas jalan Repan-Tanjung Samak dibangun sepanjang 31,85 kilometer. Jalan interkoneksi Desa Wonosari dan Teluk Samak panjangnya 5,8 kilometer dan semuanya sudah dilakukan aspal hotmix termasuk sisa 1,7 kilometer jalan rusak.
"Saat ini pekerjaan sudah 100 persen. Jalan ini merupakan urat nadi perekonomian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti khususnya di Kecamatan Rangsang," kata Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kepulauan Meranti, Fajar Triasmoko melalui Kepala Bidang Bina Marga Rahmat Kurnia pekan lalu.
Rahmat menyebut proyek jalan tersebut sudah tuntas menghubungkan tiga desa yakni Tanjung Samak-Wonosari dan Teluk Samak. Sementara itu untuk jalan yang menghubungkan Desa Gemalasari- Penyagun dan Repan hanya menyisakan 21,4 kilometer lagi.
“Tahun 2023 akan kita lanjutkan kembali pekerjaan jalan tersebut dengan hotmix sepanjang 3,5 kilometer menggunakan anggaran DAK Penugasan senilai Rp 16.563.041.999. Sementara yang belum di-base itu berkisar 5 kilometer berada di Desa Penyagun,” ujarnya.
Pengerjaan jalan ini juga melibatkan masyarakat. Sebelum dilakukan penimbunan material, warga setempat dipekerjakan untuk menyusun uyung atau kulit sagu sebagai pelapis. Proyek ini menyerap tenaga kerja warga tempatan seperti pola padat karya.
Proyek ini bahkan dikerjakan langsung oleh kontraktor lokal PT Cakrawala Nusindo dan konsultan pengawas PT Buhara Persada.
"Keterlibatan kontraktor tempatan menjadi sangat penting, karena rasa memiliki yang tinggi sehingga kualitas pekerjaannya juga ikut dijaga," ujar Rahmat.
Adapun spesifikasi jalan tersebut ditetapkan dengan lebar 7 meter dan aspalnya 5 meter serta ketebalan aspal 6 sentimeter. Diasumsikan ruas jalan tersebut akan selesai dikerjakan pada tahun 2028 mendatang yang menyerap anggaran berkisar Rp 146 miliar.
Kehadiran Asphalt Mixing Plant (AMP) yang memproduksi hotmix dikerjakan oleh PT Cakrawala Nusindo berlokasi di Desa Dwi Tunggal juga sangat vital. AMP berkapasitas produksi 800 kilogram dan bisa memproduksi 60 ton per jam. Jika dihitung satu hari kerja selama 8 jam, maka material yang dihasilkan sebanyak 480 ton dan itu bisa memenuhi kebutuhan material jalan sepanjang 560 meter.
"Kami sangat berterimakasih atas kehadiran AMP yang berinvestasi dan memproduksi material hotmix di sini. Bayangkan saja jika mereka tidak ada, maka kita akan kesulitan membangun jalan," katanya sambil menaksir total biaya pembangunan jalan Pulau Rangsang bisa mencapai Rp 1,3 triliun.
Rahmat tak menampik, infrastruktur di desa pinggiran sering menjadi anak tiri dalam permasalahan daerah. Namun hal tersebut sudah mulai ditangani secara berkelanjutan. Seperti pembangunan jalan yang dapat menjadi alternatif menuju pusat ibukota kecamatan tanpa melalui jalur laut.
Menurut Rahmat, konsep pengembangan dengan sistem base yang merata dilakukan dengan pertimbangan ketahanan dan kualitas jalan. Pertimbangan lain adalah konstruksi tanah di Kepulauan Meranti yang relatif rawan sehingga kerusakan jalan sangat cepat terjadi. Pembangunan ini dapat menjadi percontohan dan bukti daerah pinggiran tidak lagi terisolir dan terpinggirkan.
“Untuk itu kita perlu membangun tema, jalan apa yang mau kita bangun. Misalnya pariwisata atau tematik pengembangan food estate yang ditetapkan oleh kementerian. Di Bappenas, konsepnya seperti itu dan kita akan mengusulkan anggaran pembangunannya, karena jika mengharapkan APBD agak lama baru bisa terbangun," ujarnya.
Walaupun di Kepulauan Meranti tidak ada ruas jalan nasional, namun kabupaten termuda di Riau itu tercantum sebagai salah satu daerah di perbatasan negara yang mendapatkan perhatian pembangunan dari dana pusat.
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) telah selesai membuat Rancangan Rencana Induk (Renduk) sebagai acuan kementerian/ lembaga anggota BNPP untuk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan (PBWN-KP) tahun 2020-2024.
Renduk menjadi dasar terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 43 Tahun 2020 dalam mewujudkan pemerataan dan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan negara, khususnya Kepulauan Meranti yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia.
"Kami berharap bersama-sama dengan DPRD bisa menjemput program itu," harap Rahmat.
Di dalam struktur PUPR Kepulauan Meranti, Bidang Bina Marga memang jadi ujung tombak yang ditugaskan untuk membangun infrastruktur seluruh jalan poros atau jalan yang masuk wewenang pemerintah kabupaten. Mereka bagaikan robot. Terus bekerja tampak tidak kenal lelah.
Bahkan setelah seharian bekerja, tak jarang dilanjutkan hingga malam. Tidak hanya turun ke lapangan, mereka para ASN juga tampak sibuk bersama tenaga honorer di dalam kantor untuk menyiapkan berkas administrasi.
Sebagian besar dari mereka ada yang rela lembur untuk menyiapkan segala keperluan. Beruntung mereka punya pimpinan yang pengertian sehingga merasa tidak diperas tenaganya. Bahkan banyak yang mereka dapatkan tidak dari sekedar gaji.
“Kami rutin pulang ke rumah larut malam. Jika harus dibilang lelah ya lelah, tapi kami punya pimpinan yang sangat pengertian,” tutur salah seorang pegawai.
Pengerjaan Jembatan Swakelola
Pembangunan jalan poros tersebut dilanjutkan hingga ke arah barat Pulau Rangsang yang melewati Kecamatan Rangsang Pesisir dan Kecamatan Rangsang Barat. Untuk menopang jalan poros tersebut, Pemkab Kepulauan Meranti juga membangun jembatan penghubung di Desa Penyagun.
Dengan kondisi anggaran yang minim, jembatan sepanjang 71 meter dan lebar 3 meter ini dibangun secara swakelola serta selesai dikerjakan dalam waktu hanya 8 bulan. Tentunya dengan kualitas sangat bagus dan kokoh.
Pembangunan jembatan penghubung antara Desa Penyagun dan Tebun ini hanya menghabiskan anggaran Rp 562.419.000. Sementara jika harus yang dilelang, maka nilai pembangunan jembatan tersebut bisa mencapai Rp 3,5 miliar.
Jika menggunakan konsep pelelangan, jembatan harus dibuat dengan tiang pancang beton. Berbeda halnya dengan pengerjaan yang dilakukan dengan konsep swakelola, lebih ke aspek fungsional.
"Untuk ketahanannya boleh diuji, itu diperkirakan sampai 20 tahun mendatang asal saja tidak overload muatan di atasnya," kata Rahmat.
Kebijakan pembangunan secara swakelola ini diklaim lebih efektif, terlebih dengan mengoptimalkan tenaga kerja dari masyarakat sekitar lingkungan.
Dengan keterbatasan anggaran yang ada, inovasi pembangunan secara swakelola merupakan sebuah solusi yang akan terus dilakukan. Tujuannya agar pembangunan dapat mencapai hasil yang maksimal dengan anggaran yang lebih efisien demi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
"Menghemat anggaran yang ada dengan capaian hasil yang lebih maksimal. Pekerjaan sistem swakelola ini akan terus kita lanjutkan," ujar pria yang akrab disapa Aang ini.
Awalnya jembatan Penyagun ini merupakan peninggalan di masa Pemkab Bengkalis yang dibangun pada tahun 2006 silam. Kondisinya sudah rapuh, selain itu terdapat beberapa tiang yang patah. Padahal jembatan ini sangat dibutuhkan masyarakat. Tanpa jembatan, masyarakat yang ingin bepergian ke ibukota Kecamatan Rangsang di Tanjung Samak harus melalui jalur laut.
Mengarah ke arah Barat Pulau Rangsang, tepatnya di Kecamatan Rangsang Pesisir juga sedang dilakukan perbaikan jalan poros. Pengerjaan jalan dilakukan dengan menutup lubang yang kecil menggunakan material lama dan akan dikikis menggunakan blade yang terdapat pada Motor Grader. Sementara untuk lubang yang besar ditimbun dengan material yang baru.
Jalan yang dibangun pada tahun 2017 itu kini sudah banyak mengalami kerusakan. Lubang-lubang tampak menganga. Kondisi jalan tersebut semakin parah saat musim hujan tiba, seketika menjadi kolam genangan air. Lubang yang tertutup air mengancam keselamatan dan tidak jarang membuat warga yang melintas mengalami kecelakaan.
Pemeliharan di ruas jalan tersebut juga menjadi perhatian Pemkab Kepulauan Meranti. Pengerjaan akan dilakukan secara bertahap pada berbagai skala kerusakan jalan, mulai dari yang berat sampai ringan. Pemeliharaan jalan di Rangsang Pesisir berada di lintas Kayu Ara-Sendaur dilakukan sepanjang 8 kilometer.
“Pemeliharan ini belum pernah dilakukan sejak dibangun, baru pada tahun ini dilakukan pemeliharaannya,” kata Rahmat.
Sedangkan jalan poros yang berada di Kecamatan Rangsang Barat juga dilakukan perbaikan sepanjang 17 kilometer yang berada di Desa Sialang Pasung menuju Desa Bantar, Desa Lemang dan Desa Telaga Baru menuju Desa Bokor.
“Metodenya sama yakni dengan melakukan rekonstruksi ulang dan menambah material baru untuk titik yang rusak parah dan pada bagian rusak ringan cukup dengan melakukan land clearing leveling. Adapun total reservasi dan pemeliharaannya sebesar Rp 2 miliar lebih,” tuturnya.
Untuk perbaikan jalan rusak lainnya, Dinas PUPR juga telah mengajukan anggaran pembangunan pada tahun 2023 mendatang menggunakan dana Transportasi Pedesaan Tematik Peningkatan Konektifitas dan Elektrifikasi di Daerah Afirmasi sebesar Rp 6.870.178.000.
Adapun yang akan dibangun yakni Jalan Tengku Ibrahim yang merupakan jalan lintas antar Desa Kedabu Rapat dan Kayu Ara sepanjang 2,8 kilometer dengan konstruksi beton.
Jalan tersebut sejatinya akan dibangun sepanjang 6 kilometer. Hanya saja anggaran sebesar Rp 9.315.049.000 dibagi dengan Dinas Perhubungan untuk membangun dermaga di Desa Bokor, Kecamatan Rangsang Barat sebesar Rp 2.50.000.000 untuk menunjang pariwisata.
Prioritas dibangunnya jalan itu untuk memudahkan akses ke instansi pemerintahan dan pendidikan. Soalnya di daerah ini terdapat dua sekolah yakni SMPN 2 dan SMAN 2 Rangsang Pesisir dan juga kantor desa.
Plt Kepala Dinas PUPR Kepulauan Meranti, Fajar Triasmoko MT mengonfirmasi total anggaran dalam perencanaan 2022 untuk pembangunan jalan poros se Kepulauan Meranti sebesar Rp231.095.481.000. Jumlah tersebut jauh lebih besar dari tahun 2021 yang hanya dialokasikan Rp19.588.720.000.
Secara keseluruhan dirincikan total panjang jalan di Kabupaten Kepulauan Meranti sepanjang 929.41 kilometer. Di mana jalan dalam kondisi mantap sudah mencapai 66,51 persen dan masih kondisi tidak mantap 33,49 persen.
Artinya secara umum kondisi jalan yang sudah layak dilalui masyarakat Meranti sepanjang 618.15 kilometer lebih. Sisanya masih dikejar percepatannya pada tahun 2022 ini.
Menurut Fajar, pembangunan jalan dan jembatan yang dibangun bukan hanya sekadar sebagai sarana transportasi. Akan tetapi juga memiliki fungsi ekonomis yang fundamental bagi masyarakat yang menjadi urat nadi ekonomi.
Hari Bakti Pekerjaan Umum (PU) yang ke 77 yang jatuh pada tanggal 3 Desember lalu menjadi momentum semangat bagi pemerintah Kepulauan Meranti untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur.
"Hari Bakti ke-76 PU ini ditanamkan guna menorehkan prestasi dalam pembangunan. Selain itu merupakan momentum dari pekerjaan umum berbakti untuk negeri,” ujar Fajar Triasmoko MT.
Adapun target pada 2022, Dinas PUPR telah memproyeksikan prioritas pengerjaan pemantapan jalan, termasuk juga pada tahun 2023 mendatang. Dimana pada tahun 2022 melakukan rehabilitasi jalan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp 102 miliar yang persentasenya sudah mencapai 100 persen.
Begitu juga dengan DAK Fisik Reguler untuk pembangunan sanitasi dan air minum sebesar Rp 2.589.639.799. Selain itu perluasan jaringan SPAM jaringan perpipaan, dan pengembangan jaringan distribusi dan sambungan rumah (SR) tahun 2022 dengan nilai kontrak Rp 6.560.530.921.
Sementara itu untuk tahun 2023, Dinas PUPR juga melakukan usulan pembangunan jalan menggunakan DAK yang diinput melalui Kolaborasi Perencanaan dan Informasi Kinerja Anggaran (KRISNA).
Ada 10 ruas jalan yang diajukan untuk dilakukan pembangunan dengan total mencapai ratusan miliar, namun yang disetujui hanya tiga ruas jalan.
Adapun jalan yang akan dikerjakan tersebut diantaranya Jalan Tanjung Samak-Repan senilai Rp16.563.041.999, Jalan Dorak sebesar Rp 6.754.139.000 dan Jalan Banglas Ujung Rp 6.441.411.000.
Semangat HUT 14 Kabupaten Kepulauan Meranti
Hari jadi ke 14 Kabupaten Kepulauan Meranti mengambil tema “Kerja Bersama Untuk Kepulauan Meranti, Maju, Cerdas dan Bermartabat”. Slogan ini dimaksudkan bahwa tahun 2022 menjadi momentum membangun infrastruktur untuk kebangkitan ekonomi, pendidikan dan aspek lainnya.
Kabupaten yang berdiri pada tahun 2009 lalu, kini telah berusia 14 tahun. Seiring bertambahnya usia, Kabupaten ini terus bersolek memperlihatkan tren positif. Salah satu sektor yang mendapat perhatian ekstra adalah pengembangan dan pembangunan infrastruktur yang semakin baik.
Bupati Kepulauan Meranti, HM Adil dalam beberapa kali kesempatan mengatakan, perkembangan di kabupaten ini juga tidak terlepas dari peran banyak pihak. Pembangunan prasarana jalan telah berhasil memberikan dampak yang signifikan terhadap kelancaran arus orang dan barang.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur jalan terus menggeliat. Pemerataan pembangunan jalan sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat ini terlihat dari program pembangunan fisik yang telah terealisasi di tahun 2022 ini.
Pembangunan tersebut adalah salah satu implementasi dari visi misi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti di masa pemerintahannya, yakni pembangunan infrastruktur.
“Kami usung program pembangunan infrastruktur, menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas, serta kemandirian ekonomi. Pembangunan infrastruktur adalah upaya pemerintah daerah dalam menunjang sentra ekonomi,” kata Bupati Adil.
Ia mengakui hambatan terbesar dalam mengejar ketertinggalan disebabkan karena besaran APBD yang minim. Meski begitu Bupati menegaskan tetap berkomitmen dan akan bekerja sekuat tenaga untuk membangun kabupaten termuda di Riau itu dengan mengupayakan sumber dana baik yang berada di kementrian dan provinsi.
Bupati mengatakan opsi pinjaman bank menjadi pilihan yang harus ditempuh. Semua untuk mewujudkan ekspektasi rakyat yang tinggi terkait infrastruktur jalan yang baik.
"Jika jalan baik tentu akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. Lalu lintas lancar dan memudahkan investasi masuk ke Kepulauan Meranti," katanya.
Menurut Bupati Adil, hakekat pembangunan adalah perbaikan kualitas pelayanan, akselerasi pembangunan dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dan tantangan itu dijawab dengan melaksanakan visi dan misi yang dijabarkan dalam 7 program strategis.
Adapun visi dan misi yang akan dijalankan yakni menjadikan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti yang maju, cerdas dan bermartabat. Target sasaran salah satunya yakni membangun infrastruktur dasar Kabupaten Kepulauan Meranti lewat percepatan pengadaan jalan penghubung dari desa, kecamatan hingga kabupaten.
"Karena kita ingin tinggal di daerah yang nyaman. Tinggal di desa tapi rasa di kota," pungkas Adil. (R-01)