RSUD Kepulauan Meranti Terus Kekurangan Darah, Mahasiswa: Cari Darah Lewat Medsos
SABANGMERAUKE NEWS, Kepulaun Meranti - Demisioner Ketua Senat Mahasiswa STAI Nurul Hidayah, Selatpanjang, Amin Siregar menilai, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kepulauan Meranti terkesan apatis mengatasi persoalan minimnya ketersediaan darah bagi pasien yang berobat.
Amin menyebut, keluarga pasien yang datang ke RSUD kerap disibukkan dengan melakukan pencarian darah untuk keluarganya yang sedang membutuhkan transfusi darah.
"Saya pikir kita semua wajib fokus atas persoalan ini. Bahkan, perlu diketahui bahwa dalam kondisi emergency sekalipun, pihak keluarga pasien selalu disibukkan dengan melakukan pencarian darah. Artinya, ini adalah salah satu persoalan RSUD yang belum tertangani dengan baik," kata Amin, Senin (5/12/2022).
Amin mengatakan, pembangunan Gedung Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) tahun 2019 sebesar Rp 1,5 miliar terkesan mubazir. Hal ini lantaran sejak dibangun belum difungsikan sama sekali untuk pelayanan darah.
"Jadi apa tujuan dibentuk UTDRS, sebenarnya RSUD Meranti ini serius atau tidak dengan masalah ini," ujar Amin.
Hingga saat ini, stok darah di Kepulauan Meranti belum bisa menjawab kebutuhan dari masyarakat. Tak jarang pencarian darah sampai ke Group Chat dan media sosial (Medsos).
"Hampir setiap hari kawan-kawan saya mengirim dibeberapa group WA, bahkan sampai memposting di status WA untuk mencari pendonor yang cocok dan bersedia. Tidak mudah kalau mau mencari pendonor ketika pasien membutuhkan darah dihari itu juga. Kalau pasien sedang dalam keadaan kritis bagaimana?" tuturnya.
Mahasiswa kelahiran 2022 itu juga menilai, seharusnya pihak RSUD perlu melakukan sistem terukur untuk menemukan solusi efektif agar hal itu tidak terus berkepanjangan.
RSUD Meranti juga harus lebih tanggap guna mengambil tindakan cepat, terukur serta tersistem baik demi mengantisipasi resiko terburuk bagi pasien.
"Dalam hal ini pun, saya kira kita semua harus sepakat untuk tidak apatis atas alasan apapun dengan persoalan nyawa manusia," ujar Amin.
Kader HMI Kepulauan Meranti itu juga telah melakukan konfirmasi ke staf RSUD Meranti melalui Whatsapp pada kontak person layanan publik yang tersedia dan ditempelkan di dinding RSUD, namun hingga kini belum mendapatkan jawaban.
Terhadap persoalan ini, kata Amin, pihak RSUD harus menyelesaikannya dengan cepat sehingga tidak berdampak kepada kehilangan nyawa pada pasien.
Disebutkan, pernah tahun 2013 silam, seorang pasien meninggal dunia pasca operasi melahirkan. Pasien tersebut kekurangan darah pasca menjalani operasi cesar
Meski sudah ada kejadian yang menelan korban jiwa, tak membuat Kepulauan Meranti yang sudah akan memasuki usia 14 tahun punya bank darah. Sehingga mencari darah seringkali melalui Medsos dan group chatting.
Cara mencari darah (untuk pasien) yang menyedihkan ini masih terus terjadi. Pesan berantai diforward kemana-mana dengan harapan ada orang berbaik hati mendonorkan darah sesuai dengan golongan (darah) yang dibutuhkan pasien.
"Apakah persoalan ini sudah dibicarakan ke Pemda. kalau belum saya minta coba koordinasikan dengan Bupati Kepulauan Meranti. Mungkin permasalahan ini sulit diselesaikan oleh pihak RSUD terkait minimnya ketersediaan darah, dan tolong jalankan lagi fungsi Permenkes Nomor 83 tahun 2014 itu, kalau tidak cepat diatasi itu bisa saja berakibat pada turunnya reputasi RSUD di sisi pelayanan dan tak menutup kemungkinan akan berdampak pada tingginya angka kematian," pungkasnya. (R-01)