Harga Minyak Mentah Anjlok, Pertalite Bisa Turun Rp 8500 Per Liter!
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyarankan agar pemerintah dapat menurunkan harga BBM jenis Pertalite menjadi Rp 8.500 per liter. Adapun harga jual Pertalite saat ini masih berada di level Rp 10.000 per liter.
Hal tersebut menyusul adanya tren penurunan harga minyak mentah dunia yang saat ini bahkan telah berada di bawah US$ 80 per barel.
"Idealnya harga BBM turun sejalan dengan penurunan harga minyak mentah acuan, harga BBM jenis Pertalite bisa diturunkan menjadi Rp 8.500 per liter," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/11/2022).
Di samping itu, PT Pertamina (Persero) selaku badan usaha yang ditugaskan untuk menyalurkan BBM ke pelosok negeri juga dapat melakukan penyesuaian harga BBM non subsidi. Misalnya, untuk Pertamax (RON 92) dapat disesuaikan menjadi Rp 10.500 per liter dari yang saat ini masih di level Rp 13.900 per liter.
Menurut Bhima, penurunan harga BBM jenis subsidi sangat dibutuhkan masyarakat rentan dan pelaku usaha mikro. Dengan begitu, inflasi energi pun masih bisa dijinakkan melalui penurunan harga BBM.
Sebelumnya, sejumlah badan usaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri hingga saat ini masih memantau pergerakan harga minyak mentah dunia. Terutama yang bekalangan mengalami tren penurunan hingga di bawah US$ 80 per barel.
Pasalnya, harga minyak mentah merupakan salah satu komponen dasar pembentuk harga BBM di dalam negeri. Biasanya sejumlah badan usaha penyalur BBM melakukan penyesuaian harga setiap bulannya pada tanggal 1.
Badan usaha swasta seperti Shell Indonesia menyampaikan bahwa harga minyak dunia memang berpengaruh terhadap penentuan harga jual BBM. Namun demikian, bahwa penetapan BBM Shell dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai faktor.
Di antaranya harga produk minyak olahan berdasarkan Mean of Platts Singapore (MOPS), kondisi dan volatilitas pasar, nilai tukar mata uang asing, pajak pemerintah dan bea cukai, biaya distribusi dan biaya operasional, kinerja perusahaan serta aktivitas promosi yang sedang berjalan.
"Dapat kami sampaikan bahwa penyesuaian harga yang kami lakukan dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku mengenai harga jual BBM," kata VP Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/11/2022).
Sementara, sebagai badan usaha yang ditugaskan menyalurkan BBM di dalam negeri, Pertamina juga belum dapat memastikan apakah harga BBM non subsidi akan mengalami penyesuaian seiring dengan turunnya harga minyak mentah saat ini.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan pihaknya masih akan melakukan review terhadap pergerakan harga minyak mentah yang masih fluktuatif.
"Sedang kita review. Ya (biasanya setiap tanggal 1) kita tunggu reviewnya," kata Irto.
Harga minyak sejak pertengahan November telah turun kembali, bahkan ke level di bawah US$ 80 per barel.
Pada perdagangan Selasa (30/11/2022), harga minyak Brent tercatat US$ 83,03 per barel, turun 0,2% dibandingkan harga sebelumnya. Sementara jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melonjak 1,2% menjadi US$ 78,2 per barel.
Sementara dari sisi nilai tukar rupiah (kurs), kurs RI masih cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Bahkan, rupiah diramal bisa ambruk ke level Rp 16.000 per US$.
Melansir Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 15.720 per US$, menguat 0,13% di pasar spot. Apresiasi sempat bertambah ke Rp 15.680 per US$, tetapi berbalik stagnan di Rp 15.740 per US$ pada pukul 9:05 WIB.
Nilai tukar rupiah ini juga merupakan salah satu faktor penentu harga jual BBM di Tanah Air. (R-03)