Ekspedisi Susur Sungai Kampar Mapala Humendala, Nelayan Curhat Tangkapan Ikan Anjlok
SABANGMERAUKE NEWS, Kampar - Cuaca cerah melepas Tim Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Humendala Universitas Riau. Mapala Humendala ini melaksanakan Ekspedisi Susur Sungai Kampar Jilid II.
Bertolak dari Desa Buluh Cina, Kabupaten Kampar dua perahu mengantarkan tim ekspedisi ke arah wilayah Pelalawan. Usai acara pelepasan, kemudian dibagi dua tim susur sungai yang terdiri dari anggota Mapala 6 orang, Basarnas 3 orang, dan sisanya merupakan operator perahu dan dua orang untuk dokumentasi serta jurnalis.
Observasi oleh tim susur sungai dibantu oleh 12 orang tim darat. Mereka menyediakan dukungan peralatan maupun logistik yang dibutuhkan.
Tim melakukan observasi di tiga titik, yakni Desa Buluh Cina, Pangkalan Baru, dan Pangkalan Serik. Tim sebelumnya sudah mulai memeriksa mutu air sungai. Ada lima parameter yang ingin diketahui lewat pengecekan air sungai itu. Selain keasaman air (PH), tim juga ingin melihat kondisi zat padat terlarut (TDS). Juga melihat konduktivitas terhadap listrik (EC), garam (salt), dan suhu (term).
Ketua Ekspedisi, Zafra mengatakan, dari tiga titik pengambilan sampel yang dilakukan, PH air rata-rata di angka 6,5 - 6,6. Ini menunjukkan PH air sungai itu masuk kategori wajar.
Zafran melanjutkan, angka TDS masih dalam rentang 13-61 ppm dan masih bisa dikatakan baik. Sementara EC disekitaran 27-32 US/cm. Adapun salt di angka 0 persen dan term sendiri mengikuti cuaca di sungai di angka 28°c - 30°c.
Memasuki hari kedua, pada Selasa (29/11/2022), tim sudah sampai dan singgah di Desa Langgam kabupaten Pelalawan. Sembari menyusuri sungai, tim memantau aktivitas satu dua nelayan yang mereka jumpai.
Tim juga beberapa kali singgah untuk mewawancarai sejumlah nelayan yang ditemui di sungai. Wawancara itu dilakukan untuk mendengar langsung apa yang menjadi kendala para nelayan dalam menangkap ikan.
Nelayan di Desa Buluh Cina, Aprizal menyebut Sungai Kampar sudah tercemar dari hulu. Buktinya, sekarang jumlah tangkapan ikan nelayan jauh menurun dibanding 10 tahun lalu. Ia mengakui, kondisi ini mungkin saja disebabkan oleh aktivitas masyarakat di sekitarnya.
"Mungkin kita sendiri mencemari sungai dengan membuang limbah rumah tangga," tuturnya kepada tim.
Selain itu, Aprizal juga tak menutup kemungkinan adanya limbah perusahaan yang masuk ke air dari hulu sana. Belum lagi aktivitas penambangan galian C yang membuat kondisi air menjadi keruh.
Karena itu, Aprizal berharap pemerintah memperhatikan persoalan sungai Kampar ini. Bisa dengan mengedukasi masyarakat agar tidak mencemari sungai. Di samping itu, memberikan sanksi tegas kepada perusahaan yang membuang limbahnya ke sungai.
Usai mewawancarai Aprizal, tim berpamitan melanjutkan perjalanan lebih jauh ke hilir. Di tengah perjalanan, tim ekspedisi berjumpa Haryanto, nelayan dari Desa Pangkalan Serik, Kampar.
Dinaungi langit yang mendung, tim juga mewawancarai Haryanto. Kepada tim, Haryanto sempat mencurahkan isi hatinya. "Dua bulan lalu kami nelayan kondisinya sangat menyedihkan. Kami susah mencari ikan karena ada para penambang galian C menggunakan dinamit,' tuturnya.
Selain itu, Haryanto juga menceritakan masih adanya nelayan yang nakal. Menangkap ikan menggunakan racun dan setrum listik.
"Yang kami harapkan pemerintah desa setidaknya tegas dalam menyikapi permasalahan kami sebagai nelayan kecil yang menggantungkan hidup dari sungai," ucapnya lirih.
Usai perbincangan hangat tersebut, tim lantas bergerak menuju Desa Langgam untuk beristirahat dan mendiskusikan hasil kegiatan hari kedua.
Seiring perjalanan, langit yang mendung semakin gelap. Angin berhembus kencang. Tak lama, titik air hujan turun menguyur tim yang masih di atas perahu. Sebagian anggota tim buru-buru menggunakan jas hujan untuk melindungi tubuh dari terpaan hujan deras.
Sekitar 15 menit kemudian, tim ekspedisi sudah tiba di Desa Langgam. Anggota tim memilih berteduh di bawah jembatan yang mengangkangi sungai di itu.
Beruntung, lebih kurang 40 menit kemudian, hujan reda. Tim ekspedisi bergerak menuju Danau Tajwid yang merupakan kawasan wisata air di Desa Langgam.
Setelah istirahat sejenak, tim darat dan tim susur sungai mendirikan tenda untuk istirahat malam. Sembari menunggu maghrib, seluruh tim ekspedisi membersihkan sampah yang berserakan di sekitar Danau Tajwid.
Malam semakin larut. Bebunyian hewan malam dan hembusan angin seperti nyanyian nina bobo. Satu persatu dari kami mulai merebahkan badan. Persiapkan tubuh untuk ekspedisi hari ketiga. (cr5)