6 Fakta Menarik Anwar Ibrahim Jadi Perdana Menteri Malaysia, Mulai Kasus Sodomi Hingga Korban PHP Mahathir Mohamad
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Anwar Ibrahim 'lahir' kembali. Sejarah sore ini akan menyatatnya sebagai sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia ke-10. Ia akan dilantik, Kamis (24/11/2022) sore waktu setempat.
Sosok Anwar Ibrahim sendiri bukan sosok baru didunia perpolitikan Malaysia. Ia sudah malang melintang di dunia politik sejak muda. Sejak duduk di bangku kuliah, pria berusia 75 tahun ini sudah menjadi aktivis.
Pada tahun 1968-1971, ia dipercaya sebagai Ketua Persatuan Mahasiswa Muslim Malaysia. Dalam waktu yang sama, ia juga didapuk sebagai Ketua Persatuan Bahasa Melayu Universiti Malaya.
Pada tahun 1971, Anwar menjadi anggota komite provinsi Gerakan Pemuda Malaysia. Pada saat yang sama, ia juga terpilih sebagai Ketua II Dewan Pemuda Malaysia.
Dilansir dari akurat.co, tidak hanya aktif saat mahasiswa, suami Wan Azizah Wan Ismail ini juga bergabung dengan United Malays Naational Organisation (UMNO) pimpinan Mahathir Mohamad. Pada saat itu, Mahathir sudah menjadi Perdana Menteri Malaysia. Tak disangka, karir politiknya melejit sejak saat itu.
Pada mulanya, Anwar ditunjuk sebagai Menteri Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga di tahun 1983. Setahun kemudian, ia dipindah menjadi Menteri Pertanian. Kemudian pada tahun 1986 ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan menduduki jabatan sebagai Menteri Ekonomi di tahun 1991.
Di saat menjadi Menteri Ekonomi inilah pertumbuhan ekonomi Malaysia mengalami perkembangan sangat pesat. Berkat prestasinya itu, ia didapuk sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pada tahun 1993.
Inilah 6 fakta tentang Anwar Ibrahim yang dirangkum SabangMerauke News:
1. Berbeda Pandangan dengan Mahathir
Karir politik Anwar Ibrahim sempat melejit di era pemerintahan Mahathir. Ia bahkan menduduki jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia pada tahun 1993. Namun sayangnya, dari situlah hubungan Anwar dan Mahathir memanas.
Keduanya kerap kali berbeda pandangan dalam mengelola pemerintahan. Anwar kerap mengambil langkah radikal yang bertentangan dengan kebijakan Mahathir. Terlebih lagi, ia mengkritik budaya nepotisme dan kroniisme di dalam UMNO yang membuat Mahathir geram. Nepotisme dan kroniisme ini pun dituding Anwar sebagai biang terjadinya korupsi dan penyelewengan dana di Malaysia.
Kondisi tersebut diperparah dengan terjadinya Krisis Moneter Asia di tahun 1997. Saat itu, Anwar masih merangkap sebagai menteri keuangan. Tak tanggung-tanggung, ia berani memotong APBN sebesar 18 persen, memotong gaji menteri, menunda mega proyek yang jadi landasan strategi pengembangan Mahathir.
2. Dipecat Tak Hormat Kasus Sodomi
Pada 2 September 1998, dilansir dari detik.com, Anwar dipecat secara tidak hormat. Alasannya, karena dia dituduh melakukan tindakan tidak senonoh (sodomi). Namun menurut sebagian pengamat internasional, tindakan itu karena terjadi perselisihannya dengan PM Mahathir, terutama ketika krisis ekonomi melanda Malaysia pada tahun 1998. Anwar sendiri berulang kali membantah tuduhan sodomi dan menyebutnya sebagai rekayasa politik.
Sebelum pemecatannya, Anwar telah menolak rencana Mahathir untuk melakukan sistem kurs tetap dalam mata uang Malaysia, ringgit agar tidak terimbas krisis ekonomi. Setelah perselisihan ini dan tuduhan sodomi terhadap Anwar, Mahathir pun memecatnya.
Terkait kasus sodomi yang menjeratnya, Anwar pernah menggemparkan Malaysia dan menarik perhatian dunia ketika dia dibawa ke pengadilan dengan mata lebam karena dipukuli kepala kepolisian Malaysia saat itu. Selama persidangan itu, Mahathir muncul di televisi untuk menjelaskan penangkapan wakilnya itu. Mahathir telah beberapa kali menyebut Anwar bersalah atas sodomi meski persidangan masih berjalan.
3. Terlibat Kasus Korupsi
Pada 14 April 1999, Anwar dijatuhi vonis hukuman penjara 6 tahun atas dakwaan korupsi. Kemudian pada 8 Agustus 2000, Anwar divonis penjara 9 tahun atas dakwaan sodomi. Pada tahun 2001, Pengadilan Tinggi mengeluarkan putusan yang mendukung vonis Anwar atas kasus korupsi. Pada Juli 2002, Anwar pun kalah di Pengadilan Federal atas kasus korupsi.
4. Tersingkir dari Politik Malaysia
Dilansir dari kompas.com, Anwar sempat tersingkir dari politik Malaysia karena aturan negara yang melarang seseorang mantan narapidana terjun ke politik hingga lima tahun. Selama masa itu, Anwar menyibukkan diri dengan menjadi pengajar dan dosen tamu di sejumlah universitas ternama dunia, seperti St Antony's College di Oxford, Universitas John Hopkins di Washington, serta Universitas Georgetown.
5. Terlibat Kasus Sodomi Kedua Kalinya
Pada 14 April 2008, Anwar Ibrahim kembali ke dunia politik setelah masa pelarangan berakhir.
Kasus sodomi jilid II Anwar terjadi pada 29 Juni 2008. Ketika itu, Mohd Saiful Bukhari Azlan, mantan asisten Anwar, melaporkan Anwar ke polisi karena telah menyodominya. Pada 7 Maret 2014, Anwar dinyatakan bersalah atas tuduhan sodomi dan dijatuhi hukuman penjara 5 tahun oleh Pengadilan Banding. Kemudian pada 24 April, Anwar mengajukan banding atas hukuman penjara lima tahun itu. Namun 10 Februari 2015, Pengadilan Federal menolak banding Anwar dan tetap memvonisnya lima tahun penjara.
6. Mahathir dan Anwar Berdamai
Pada Tahun 2016 lalu, momen langka terjadi saat Mahathir dan Anwar sepakat melupakan permusuhan mereka dan menyatukan kekuatan demi melengserkan PM Najib Razak yang dituduh terlibat skandal mega korupsi 1 MDB. Sementara Anwar dipenjara, Mahathir memimpin kelompok oposisi Pakatan Harapan dalam upaya mengambil alih kekuasaan dari PM Najib dan koalisi Barisan Nasional (BN).
Saat itu, Anwar menyebut kemitraannya dengan bekas musuhnya, Mahathir sebagai 'kekhawatiran terbesar' koalisi BN yang berkuasa. "Mahathir telah membuktikan keuletannya, menerima keterbatasan masa lalu, meminta maaf dan mengorbankan waktu dan tenaganya untuk menaikkan martabat rakyat dan negara ini," ujar Anwar saat itu.
7. Dijanjikan Menjadi Perdana Menteri
Dilansir dari kompas.com, berdamainya Mahathir dan Anwar ini, lantaran Mahathir meminta dukungannya saat kembali mencalonkan diri sebagai perdana menteri di tahun 2018 lalu.
Mahathir menyatakan, jika terpilih sebagai PM, dia akan berusaha mendapatkan pengampunan kerajaan atas nama Anwar Ibrahim, sebuah langkah yang memungkinkan Anwar kembali ke politik.
Mahathir yang berusia 92 tahun pun berjanji untuk mundur setelah dua tahun dan menyerahkan jabatan itu kepada Anwar.
Hingga pada 9 Mei 2018, setelah koalisi oposisi Mahathir memenangkan pemilihan parlemen, dia meminta Raja untuk mengampuni Anwar Ibrahim.
Anwar Ibrahim pun bebas dan kembali ke kancah politik Malaysia. Akan tetapi, "janji" Mahathir untuk menyerahkan jabatan kepada Anwar tak dapat terpenuhi lantaran posisinya digantikan oleh Muhyiddin Yassin pada Maret 2020.
Keputusan memilih Muhyiddin untuk mengisi jabatan PM saat itu, setelah Raja Abdullah memanggil seluruh anggota parlemen untuk mencari calon yang meraih dukungan mayoritas. (R-03)