Perkenalkan, Inilah Negara Baru Tetangga Indonesia, Di Sini Letaknya
SabangMerauke News - Indonesia dikabarkan akan memiliki negara tetangga baru yang berdekatan dengan wilayah Timur Indonesia. Negara tersebut adalah negara bagian integral dari Papua Nugini yang bernama Bougainville di Kepulauan Solomon.
Hal tersebut sesuai dengan yang diberitakan CNBC Indonesia dan VOA News semenjak Bougainville memilih memisahkan diri dan memenangkan hasil referendum pada tahun 2019 lalu. Sekitar 98,1 persen warga Bougainville mendukung rencana tersebut.
"Setelah bertahun-tahun konflik pemisahan diri dan proses perdamaian yang panjang, mayoritas penduduk Bougainville memilih untuk memisahkan diri pada tahun 2019," tulis VOA News, seperti yang dikutip detikEdu, Sabtu (25/12/2021).
Fakta tersebut juga ditegaskan oleh School of International, Political & Strategic Studies at the Australian National University Anthony Regan. Ia membeberkan, sudah sejak lama mengarahkan kondisi terisolasi dan terpisah dari Papua Nugini.
"Bougainville cukup jauh dari daratan Papua Nugini dan memiliki sejarah panjang tentang perasaan terisolasi dan terpisah. Secara budaya dan bahasa, Bougainville lebih dekat dengan tetangganya, Kepulauan Solomon, daripada sebagian besar wilayah Papua Nugini lainnya," kata Regan.
Hingga pada Juli 2021, telah dilakukan kesepakatan pelimpahan kekuasaan antara Papua Nugini dengan Bougainville. Negara baru ini, rencananya akan sepenuhnya merdeka pada 2027 mendatang dan melakukan transisi menjadi negara penuh mulai tahun 2023.
Untuk itu, detikers juga perlu memahami sekilas soal profil hingga sejarah calon negara tetangga baru dari Indonesia yang dilansir dari laman Britannica, Reuters, dan Organisasi Bangsa dan Masyarakat yang Tidak Terwakili (UNPO) ini. Seperti apa ya?
A. Profil Negara Bougainville
Pulau Bougainville terletak di pulau paling timur Papua Nugini, di Laut Solomon, Pasifik barat daya. Pulau ini terbentuk dari Pulau Buka dan beberapa kelompok pulau lainnya yang membentuk wilayah otonom Bougainville.
Secara geografis, Bougainville adalah kepulauan terbesar dari Kepulauan Solomon. Luas wilayahnya memiliki panjang 75 mil (120 km) dengan lebar 40-60 mil (65-95 km).
Kemudian, daerah tertingginya terletak di Balbi, gunung The Emperor Range dengan ketinggian 9 ribu kaki (2.743 meter) dan juga gunung Bagana. Keduanya merupakan gunung berapi aktif yang berlokasi di bagian utara pulau.
Bougainville memiliki kekayaan tambang tembaga di Panguna. Bahkan, anak perusahaan dari raksasa sumber daya Rio Tinto, Bougainville Copper Limited (BCL), membuka penambangan di sana.
B. Sejarah Negara Bougainville
Melansir dari laman resmi Organisasi Bangsa dan Masyarakat yang Tidak Terwakili (UNPO), Bougainville pertama kali ditemukan oleh salah seorang penjelajah Perancis Louis de Bougainville pada tahun 1768. Hingga kemudian memberikan nama pulau tersebut dari namanya.
Setelah kesepakatan tahun 1899 antara Jerman dan Inggris Raya, Bougainville kemudian dipisahkan dari Kepulauan Solomon dan tetap di bawah kekuasaan Jerman. Sementara, Kepulauan Solomon jatuh ke tangan Inggris Raya.
Kemudian, pada awal Perang Dunia I tahun 1914, Bougainville diduduki oleh Australia sekaligus menjadi pertanda kekalahan Jerman. Secara kolektif, semua negara yang dikuasainya masuk dalam mandat administrasi Australia.
Selama Perang Dunia II, Bougainville menjadi tempat pertempuran sengit. Jepang kemudian turut menduduki pulau Bougainville pada awal tahun 1942 dan mengambil alih pada Maret 1944.
Namun, seusai perang, Bougainville kembali ditempatkan di bawah pemerintahan Australia. Kali ini sebagai wilayah Perwalian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New Guinea.
Sejak inilah, Bougainville mulai menyerukan referendum pemisahan diri dari Papua Nugini. Saat itu, referendum pertama kali digaungkan pada 1968. Namun, permintaan tersebut tidak didengar orang Papua Nugini hingga Australia memberikan kemerdekaan pada Papua Nugini pada 1975.
Ajuan banding ke PBB yang tidak berhasil hinga keluhan-keluhan rakyat untuk memisahkan diri melahirkan sejumlah konflik di sana. Konflik ini berlangsung selama bertahun-tahun lamanya.
Hingga berakhir, tepatnya Januari 2001, Bougainville dan Papua Nugini mencapai kesepakatan perdamaian. Papua Nugini juga akan memberikan Bougainville referendum kemerdekaan.(*)