Baku Pukul di Ajang Munas HIPMI di Solo Menampar Wajah Jokowi
SABANGMERAUKE NEWS - Presiden Joko Widodo, membuka Munas XVII HIPMI di Hotel Alila Solo, Senin (21/11/2022) dihadiri pimpinan lembaga tinggi negara di antaranya Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPR Puan Maharani dan Ketua DPD La Nyala Mattalitti.
Munas XVII HIPMI disebut sebagai ajang pertemuan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Berdasarkan data panitia, tercatat lebih dari 4000 orang pengusaha muda dari seluruh Indonesia berkumpul.
Kurang dari 24 jam setelah dibuka Presiden Joko Widodo, Munas XVII HIPMI dikabarkan ricuh, lalu ada korban yang mengalami luka dan dibawa ke rumah sakit. Kemudian ada korban yang membuat laporan polisi terkait kericuhan tersebut.
Padahal, sebelumnya, Presiden Jokowi banyak memberikan arahan, terutama agar semua pihak bisa menjaga situasi tetap adem. Presiden Jokowi menitipkan pesan kepada HIPMI agar tetap menjaga kondusivitas situasi politik dalam menghadapi dunia yang sedang tidak normal.
Menampar Wajah Jokowi
Harapan yang besar dari Jokowi, sama sekali tidak dijadikan para pengusaha muda itu sebagai pemicu dan pemacu semangat kepahlawanan baru.
Mereka bahkan 'tawuran' di kota yang akan menjadi tempat tinggal Jokowi pasca mengakhiri tugas sebagai Presiden VII RI. Perhatian yang besar, kedekatan khusus, hingga kemudahan akses yang diberikan Jokowi kepada HIPMI justru dibalas dengan tamparan wajah di kampung sendiri.
Kehadiran Joko Widodo bersama sejumlah pimpinan lembaga tinggi negara, dan anggota Kabinet Indonesia Maju, hingga Kapolri ternyata tidak dihargai oleh HIPMI. HIPMI bahkan menunjukkan sikap tidak hormat kepada Presiden, dan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan tawuran di Munas XVII HIPMI.
Dari kericuhan di MUNAS XVII HIPMI tersebut kita mendapati fakta bahwa organisasi kelompok intelektual juga tidak menjamin terselenggaranya proses berpikir yang baik.
Organisasi pengusaha muda yang seharusnya menunjukkan keteladanan tersebut, justru menunjukkan ekspresi yang tidak berbeda dengan anak sekolahan yang suka tawuran.
Tawuran anak sekolahan bahkan lebih gentlemen, sebab anak sekolahan tidak butuh tempat khusus berupa hotel untuk menjadi gelanggang tawuran. Anak sekolahan tidak perlu menyelenggarakan kongres, munas, untuk fasilitasi tawuran mereka. Alasannya juga tidak didasari oleh perbedaan pandangan, atau ide dalam organisasi. Cukup saling senggol, atau rebutan pacar, tawuran anak sekolah akan terselenggara.
Dengan memakai nama Indonesia sebagai bagian dari nama HIPMI , mengharuskannya sebangun dengan karakter Indonesia. Lebih mendalam jika dipahami bahwa salah satu tujuan Indonesia adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Maka, semua organisasi dalam bentuk apapun, selama menggunakan nama Indonesia, tidak dibenarkan melakukan kericuhan, kekerasan terhadap sesama dan orang lain. Dalam konteks itu, nama Indonesia harus dimaknai sebagai juru damai. Kekerasan dalam bentuk dan wujud apapun, tidak boleh dilakukan oleh organisasi yang memakai nama Indonesia.
Minta Maaf Kepada Rakyat Indonesia
Sebagai wadah pembentukan dan persiapan pahlawan baru pimpinan HIPMI diminta untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia sebagai pemilik Nama Indonesia.
Mari membiasakan diri gentlemen untuk bersedia mengakui hal- hal yang tidak sesuai semangat Ke-Indonesiaan kita. Nama Indonesia itu milik seluruh rakyat Indonesia, maka seluruh tindakan yang tidak sesuai dan tidak sebangun dengan cita-cita Indonesia harus dihentikan.
Terlalu mahal pengorbanan para pahlawan yang berjuang selama 350 tahun lebih, mengorbankan jiwa dan raga. Sementara kita tega merusaknya dengan tindakan-tindakan tawuran hanya karena kepentingan-kepentingan tertentu.
HIPMI diminta untuk segera berdamai dan segera menunjukkan sikap kepahlawanan. Mari bersama menggalang bantuan kepada saudara- saudara kita, korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Gerakan 4000 an pengusaha muda yang kumpul di Solo, akan menjadi aksi besar jika dilakukan untuk membantu saudara-saudara kita di Jawa Barat.
Mari bergotong royong, menggalang solidaritas lintas batas sebagai wujud dari “kepahlawanan baru”. Bersama masyarakat Cianjur, Jawa Barat kita “pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat”.
Penulis: Sutrisno Pangaribuan,
Presidium Kongres Rakyat Nasional (KORNAS)
Pembina Gerakan Perjuangan Pemulung Indonesia (GaPPI)