5 Tenaga Kerja di Blok Rokan Meninggal Beruntun di Era Pertamina Hulu Rokan, FPE-KSBSI: Jangan Sampai Ibu Tiri Lebih Sayang Ketimbang Ibu Kandung!
SABANGMERAUKE NEWS, Pekanbaru - Kasus kematian beruntun 5 tenaga kerja sepanjang Juli-November 2022 di Blok Rokan memicu tanda tanya dan sorotan keras terkait isu perlindungan dan keselamatan kerja di era PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Investigasi khusus secara independen harus segera dilakukan oleh lembaga kredibel untuk memastikan penyebab kematian dan hilangnya nyawa anak bangsa yang telah mengabdi untuk peningkatan lifting minyak nasional tersebut.
"Ladang minyak Blok Rokan katanya sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Tapi, jangan sampai ibu tiri lebih sayang ketimbang ibu kandung kepada anak-anaknya," kritik Ketua DPC Federasi Pertambangan Energi KSBSI Siak, Suwandi Hutasoit kepada SabangMerauke News, Rabu (23/11/2022).
Suwandi mempertanyakan kebijakan manajemen PT PHR terhadap perlindungan dan keselamatan kerja seluruh pekerja di wilayah operasional yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini, selaras dengan perlindungan tenaga kerja berdasarkan ketentuan organisasi buruh dunia (ILO) yang menegaskan bahwa nyawa lebih berharga ketimbang produksi semata.
BERITA TERKAIT: Gawat! 5 Tenaga Kerja Meninggal Dunia Beruntun di Era PT Pertamina Hulu Rokan, Terburuk Sepanjang Sejarah Pengelolaan Blok Rokan
"Kebijakan perlindungan tenaga kerja berlaku juga kepada seluruh pekerja di wilayah kerja PT PHR, baik itu pekerja main contractor maupun sub contractor," tegas Suwandi.
Suwandi meminta dilakukannya investigasi tim gabungan untuk menelusuri kasus kematian tenaga kerja ini. Ia juga mengingatkan pemerintah daerah di Riau untuk tidak tutup mata dan menyepelekan kasus ini.
"Tim investigasi harus segera dibentuk. Karena diduga ada hal yang sangat misterius terkait penyebab kematian pekerja jika dilihat dari tanda-tanda diagnosa yang dipaparkan," kata Suwandi.
Sebelumnya diwartakan, sebuah potongan poster berlogo PT Pertamina Hulu Rokan mengungkap telah terjadi sebanyak 5 kasus kematian tenaga kerja dalam periode Juli-November tahun ini di wilayah Blok Rokan.
Yang lebih miris, kematian tenaga kerja secara bertubi-tubi terjadi pada rentang 17 November hingga 20 November (4 hari) menewaskan sebanyak 3 tenaga kerja di Blok Rokan.
Ketiganya yakni seorang pekerja drilling dari PT Asrindo Citraseni Satria (ACS) berusia 53 tahun yang meninggal pada 17 November lalu. Sang driller dalam diagnosa yang dipaparkan PT PHR disebut merasa lemas di acces control pada saat dirinya tiba di rig sebelum memulai bekerja.
Kemudian pada 20 November terjadi dua kasus kematian pekerja yang menimpa seorang operator dozer dari PT Asia Petrocom Services (APS). Operator tersebut ditemukan tidak sadarkan diri berada di dekat unit dozer.
Pada hari yang sama 20 November lalu, seorang sopir ambulans PT Andalan Permata Buana (APB) juga meninggal dunia. Laporan yang disampaikan PHR menyebut sopir tersebut tidak sadarkan diri di kamar driver saat berada dalam klinik Minas, Siak.
Sebelumnya, pada 27 Juli 2022 lalu, seorang pekerja PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi juga tewas. Pekerja bertugas sebagai PMCoW ini disebut mengalami hilang keseimbangan saat sedang istirahat.
Kemudian pada 30 Juli 2022 lalu, seorang operator PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) meninggal dunia yang sebelumnya disebut mengalami nyeri dada saat akan menaiki tangga.
"Kita harus melakukan upaya pencegahan dan pembelajaran dari kasus tersebut," demikian pesan yang tertulis dalam potongan poster tersebut.
Diketahui, PT PHR merupakan operator pengelola Blok Rokan yang resmi menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) sejak 9 Agustus 2021 lalu. Meski baru sekitar 15 bulan mengelola Blok Rokan, jumlah kematian tenaga kerja sudah mencapai 6 orang atau lebih.
Kejadian ini dinilai sebagai kasus kematian tenaga kerja terbesar dan terburuk dalam sejarah pengelolaan Blok Rokan pada rentang waktu yang sama.
Kondisi ini bertolak belakang ketika Blok Rokan dikelola oleh PT CPI yang memegang standar tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Keadaan ini makin memperburuk citra PT PHR pada isu ketenagakerjaan yang dinilai makin rentan dan berisiko tinggi.
"Saat Chevron dulu mengelola Blok Rokan, kejadian kematian tenaga kerja seperti ini tidak pernah terjadi. Sehingga patut untuk dilakukan investigasi khusus atas kematian dan hilangnya nyawa pekerja ini," kata Suwandi.
Penjelasan Normatif PT PHR
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menyampaikan pernyataan normatif terhadap kasus kematian tenaga kerja yang menjadi isu panas di publik sejak kemarin. Perusahaan menyebut penyebab meninggalnya buruh mitra kerja PHR itu bukanlah akibat kecelakaan kerja.
"Mereka telah ditangani dengan segera oleh tenaga medis yang disediakan PHR yang telah terlatih baik untuk menangani kejadian terkait kesehatan di lokasi dan di fasilitas medis PHR," terang VP Corporate Affairs PT PHR Rudi Ariffianto dalam keterangan tertulis diterima SabangMerauke News, Rabu (23/11/2022) pagi.
PHR mengklaim telah memberikan perhatian serius untuk memastikan semua pekerja dan mitra kerja PHR dalam keadaan fit sebelum mulai bekerja. Perlindungan terhadap seluruh pekerja, mitra kerja, dan masyarakat di mana PHR beroperasi merupakan nilai dan prioritas utama perusahaan. (*)