6 Fakta Terbaru Kematian Keluarga di Kalideres, Anak Korban Sisiri Rambut dan Beri Minum Susu Meski Tahu Ibunya Sudah Tewas
SABANGMERAUKE NEWS - Satu persatu fakta di balik kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, mulai terkuak.
Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya bersama sejumlah ahli terus melakukan penyelidikan, guna mengungkap penyebab dan motif kematian satu keluarga itu.
Berikut adalah fakta terbau tentang kematian misterius satu keluarga di Kalideres.
1. Satu Korban Tewas Sejak Mei 2022
Satu korban yang diduga bernama Reni Margaretha sudah meninggal dunia sejak Mei silam. Ini terungkap setelah polisi menemukan riwayat percakapan di salah satu handphone korban.
Dalam komunikasi itu, korban tewas lainnya atas nama Budyanto ternyata kerap berkomunikasi dengan seorang mediator jual beli rumah.
Namun, proses jual beli itu disebut polisi tak lazim. Sebab, Budyanto langsung menyerahkan sertifikat asli rumah kepada mediator.
Kendati demikian, tak kunjung ada pihak yang ingin membeli rumah tersebut. Singkat cerita, mediator itu bertemu dengan seorang pegawai koperasi simpan pinjam dan disepakati untuk menggadaikan rumah tersebut.
Pada 13 Mei, mediator, pegawai koperasi dan beberapa orang lain datang ke rumah korban. Saat pintu gerbang dibuka, mereka langsung mencium bau busuk dari rumah tersebut.
"Saat ditanya, Budyanto menjawab bahwa got lupa dibersihkan," kata Direktur Reskrikum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Polda Metro Jaya, Senin (21/11).
Mereka kemudian masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan Margaretha. Sebab, sertifikat rumah itu atas nama Margaretha.
Setelahnya, mereka dibawa ke sebuah kamar lantaran Margaretha disebut sedang tidur. Mereka juga diminta untuk tak menyalakan lampu kamar, dalihnya Margaretha sensitif terhadap cahaya.
Namun, tanpa sepengetahuan sang anak yakni Dian, pegawai koperasi ini menghidupkan lampu flash handphone. Di saat itulah, saksi tahu bahwa Margaretha sudah meninggal dunia.
Kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang meninggal sejak bulan Mei diduga ini adalah atas nama Reni," ucap Hengki.
2. Saksi Kaget Saat Lihat Jasad Korban
Saksi yang merupakan seorang pegawai koperasi simpan pinjam itu disebut langsung meneriakan takbir usai melihat ada jasad di dalam kamar.
Diketahui, saksi diwanti-wanti untuk tak menyalakan lampu karena Margaretha disebut sensitif terhadap cahaya. Permintaan itu dituruti oleh saksi. Namun, saksi menaruh curiga dan kemudian menyalakan lampu flash di handphone miliknya.
Saat lampu flash menyala, saksi baru tersadar bahwa Margaretha ternyata telah meninggal dan ia langsung berteriak takbir.
"Pada saat dibangunkan untuk cek sertifikat ini, dipegang-pegang ini agak gembur, agak curiga tanpa sepengetahuan Dian (anak Margaretha) pegawai koperasi simpan pinjam itu menghidupkan flash handphone-nya, begitu dilihat langsung yang bersangkutan teriak takbir 'Allahu Akbar ini sudah mayat'," tutur Hengki.
3. Saksi Diminta Tak Lapor Polisi Usai Lihat Jasad
Budyanto, salah korban yang masih hidup pada bulan Mei sempat meminta saksi untuk tak melapor ke pihak berwajib usai melihat jasad Margaretha.
Diketahui, tujuan saksi datang ke kediaman korban berkaitan dengan penggadaian sertifikat rumah. Namun, ketika mengetahui bahwa Margaretha sudah tak bernyawa, saksi langsung pergi keluar rumah.
"Langsung keluar yang bersangkutan tidak ingin lagi melanjutkan proses gadai pinjam uang ini, langsung mengajak dua saksi lain segera keluar," ucap Hengki.
Saat saksi keluar rumah, Budyanto langsung mengejarnya. Budyanto lantas meminta saksi untuk tak melaporkan apa yang sudah dilihat di dalam rumah tersebut.
"(Budyanto menyampaikan) tolong jangan sampai dilaporkan ke polisi, jangan sampai dilaporkan ke pihak RT ataupun warga sini tolong, dan ternyata memang tidak dilaporkan," tutur Hengki.
4. Anak Korban Masih Sisiri dan Beri Minum Susu Meski Tahu Ibunya Sudah Tewas
Dian, yang juga merupakan salah satu korban tewas disebut masih menyisiri rambut ibundanya meski telah sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Fakta ini terungkap berdasarkan keterangan saksi yang merupakan pegawai koperasi simpan pinjam. Kata saksi, dirinya sempat menyampaikan kepada Dian bahwa ibunya sudah meninggal, namun justru menjawabbahwa ibunya masih hidup.
"Saat pegawai koperasi di dalam kamar menyampaikan bahwa ibunya sudah jadi mayat, Dian jawab, 'ibu saya masih hidup, tiap hari saya berikan minum susu, sambildisisir dan rambutnya rontok semua'," ucap Hengki.
Kata Hengki, pihaknya masih mendalami lebih lanjut keterangan yang disampaikan oleh saksi. Termasuk, soal apakah Dian memiliki kondisi kejiwaan tertentu sehingga menganggap ibunya masih hidup, padahal sudah meninggal.
5. Handphone Korban Berisi Banyak Pesan Emosi Negatif
Polisi menemukan dua handphone di korban. Meski rumah itu berisi empat orang, namun keempatnya hanya menggunakan dua ponsel untuk berkomunikasi.
Ini juga dibuktikan dengan aplikasi PeduliLindungi yang ada di duaponsel tersebut. Di mana, masing-masingponsel berisi dua identitas pada aplikasi itu.
Hengki mengungkapkan berdasarkan hasil digital forensik terhadap dua handphone itu, ditemukan banyak komunikasi satu arah.
Komunikasi itu, kata dia, berisi pesan emosional yang bersifat negatif. Namun, Hengki tak membeberkan secara detail seperti apa pesan tersebut.
"Kami temukan komunikasi satu arah dari satuhandphonekehandphoneyang lain, ini banyak sekali kata-katanya berisi tentang emosi yang bersifat negatif dan saat ini sedang didalami oleh pihak psikologi forensik," tutur Hengki.
"Inihandphonesama-sama dalam rumah, ini sedang diteliti tim psikologi,handphoneini sama-sama dalam rumah banyak sekali isinya, tapi isinya soal emosi-emosi yang negatif ini sedang diteliti," imbuhnya.
6. Barang-Barang Tak Dicuri, Tapi Dijual
Polisi menyatakan barang-barang milik satu keluarga tersebut bukan hilang karena dicuri, melainkan dijual. Ini diketahui setelah ditemukan bahwa korban sempat menghubungi sebuah nomor untuk menjual barang-barang yang ada di rumah.
"Ternyata yang bersangkutan pernah menghubungi salah satu nomor ini terkait penjualan barang-barang yang ada di rumah, apakah itu mobil kendaraan, kemudian penjualan AC, kulkas, blender, TV," kata Hengki.
Disampaikan Hengki, pihaknya juga telah mengantongi identitas pembeli barang dari keluarga yang ditemukan tewas di dalam rumah tersebut.
Dengan fakta ini, lanjutnya, maka isu yang sempat beredar bahwa barang-barang milik keluarga itu telah dicuri tidak terbukti.
"Jadi, praduga awal yang menyatakan bahwa ada pencurian mobil, terus barang-barang yang ada di rumah, sementara bisa kita patahkan," ujarnya.