Sempat Dibangga-banggakan Pejabat Indonesia, Aplikasi GoTo Berdarah-darah Rugi Rp 20 Triliun Lebih
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Satu per satu start up Indonesia mengalami guncangan hebat. Selain Ruangguru yang dikenal dengan aplikasi pelatihan, hal yang sama juga menerpa PT GoTo yang merupakan gabungan antara Gojek dengan Tokopedia.
Dilaporkan pekan lalu, manajemen GoTo terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sebanyak 1.300 tenaga kerjanya. Hal ini diklaim disebabkan perlunya perusahaan menjaga kestabilan finansial akibat gejolak ekonomi global.
Sebenarnya, berapa sih angka kerugian GoTo yang sempat dibangga-banggakan oleh sejumlah elit pejabat negeri ini?
Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tercatat masih membukukan rugi bersih sebesar Rp20,9 triliun hingga kuartal III/ 2022. Angka kerugian ini membengkak 32 persen dibandingkan dengan posisi rugi kuartal ketiga tahun lalu sebesar Rp15,8 triliun. Demikian dilansir Bisnis.com.
Sebagai informasi, angka itu merupakan hasil dari proforma yang menggabungkan merger Gojek dan Tokopedia. Selain itu, rugi bersih GOTO mengalami penurunan 10,8 persen quartal on quartal (qoq) dibandingkan dengan kondisi per semester I/2022 sebesar Rp7,6 triliun.
Pasalnya, rugi bersih sepanjang kuartal III/2022 mencapai Rp6,8 triliun. Adapun secara akumulasi selama tahun berjalan rugi mencapai Rp20,9 triliun.
Dari sisi top line, GOTO mencatatkan pendapatan sebesar Rp7,97 triliun pada kuartal III/2022. Jumlah itu mengalami kenaikan sebesar 98 persen dari posisi tahun lalu Rp4,03 triliun secara proforma.
Sebelumnya, analis Deutsche Bank ReenaVerma Bhasin dalam risetnya mengatakan dalam beberapa bulan terakhir emiten teknologi itu telah melakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan take rate dalam e-commerce.
Pada semester I/2022, take rate e-commerce GOTO telah naik 110 basis points (bps) jika dibandingkan dengan 2021. Dampak dari berbagai inisiatif optimalisasi yang dilakukan GOTO diyakini Deutsche Bank akan memberikan peningkatan lebih lanjut di kuartal mendatang.
"Kami percaya peningkatan kurang lebih 150 bps dalam take rate selama 2-3 tahun ke depan adalah mungkin," tulis Bhasin.
Deutsche Bank menilai ekuitas GOTO sebesar US$20 miliar, menyiratkan target harga Rp250 per saham.
Menurutnya, pada harga saham saat ini, GOTO diperdagangkan pada EV/GTV 0,3 kali, dibandingkan dengan 0,2 kali untuk Grab dan SEA. Hal tersebut mencerminkan pertumbuhan GTV yang lebih tinggi untuk GOTO.
Meski demikian, Deutsche Bank melihat terdapat beberapa risiko yang membayangi kinerja GOTO, yakni penurunan pertumbuhan ekonomi yang dapat melukai kinerja GOTO, kembalinya Covid-19, peningkatan harga BBM, dan peningkatan intensitas persaingan yang tidak terduga dalam ritel online. (*)