Heboh 2 Kain Kafan Jenazah di Bojonegoro Masih Utuh Meski 12 Tahun Dikubur, Begini Kejadiannya
SABANGMERAUKE NEWS, Bojonegoro - Dua jenzah di pemakaman Dusun Mindi, Desa Sugihwaras, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro membuat heboh warga sekitar. Pasalnya, kain kafan yang membungkus jasad tersebut masih utuh, meski telah terkubur 12 tahun.
Semula dua makam tersebut oleh pihak keluarga hendak dipindah ke lokasi lain karena berada di tebing sungai yang longsor akibat tergerus banjir. Namun, saat dibongkar mereka terkejut, sebab kain kafan pembungkus jenazah masih utuh.
"Sengaja dipindahkan karena kekhawatiran keluarga jika terjadi longsor susulan," ujar cicit almarhum Teguh Susilo, Jumat, (19/11/2022).
Ternyata kondisinya jenazah masih utuh kain kafannya.
"Alhamdulillah saya ingat masih kecil, mereka tidak pernah meninggalkan salat," ungkap Teguh.
Sementara itu, Camat Sugihwaras Laela Nor Aeny membenarkan kabar tersebut saat dikonfirmasi terkait kejadian tersebut. Namun, dia tidak bisa memastikan apakah kondisi jasad di dalamnya juga masih utuh atau tidak.
"Saya tidak melihat langsung kejadiannya, namun posisi makam memang berada rawan kena longsor akibat gerusan air sungai," kata Camat Laela Nor Aeny.
Ada penjelasan ilmiah mengapa kain kafan jenazah masih tetap utuh ketika makam digali belasan tahun usai jenazah itu dimakamkan. Salah satunya berkaitan faktor alam.
Kepala Departemen dan SMF Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSU dr Soetomo Surabaya dr Edi Suyanto SpF SH MH yang memberikan penjelasan tersebut.
"Sebenarnya semua bahan yang sudah ditanam (di dalam tanah) pasti terurai, apapun itu. Baik tubuh manusia, bajunya, bahkan peti matinya. Kecuali yang sulit terurai seperti plastik, karet, alumunium, logam," ujarnya.
Suyanto menyebutkan bahwa kain kafan yang masih utuh meski sudah bertahun-tahun ditanam itu bisa terjadi karena 2 faktor. Pertama karena faktor alam, kedua karena buatan manusia.
"Faktor alam itu karena itu dikubur di daerah kapur, tinggi asam garam, atau daerah kering. Atau juga bisa di daerah suhu rendah sekali, 10 derajat atau bahkan minus. Itu tidak bisa terurai dengan alami," ujarnya.
Seperti diketahui, Bojonegoro adalah daerah yang memiliki kawasan pegunungan karst atau kapur. Suyanto pun menduga faktor ini bisa jadi yang menyebabkan kain kafan itu 'awet'.
Faktor lainnya adalah karena buatan manusia. Artinya, sebelum memakamkan jenazah itu, kain kafan itu diberi zat kimia lainnya yang menyulitkan penguraian.
"Kalau yang buatan manusia, bisa karena diberi bahan kimia seperti formalin, alkohol 95 persen, atau dengan bahan kimia lainnya, itu bisa. Bisa terjadi (tidak terurai)," ujarnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa penerapan tambahan bahan kimia itu memungkinkan bakteri pengurai di dalam tanah tidak bisa masuk melewati serat-serat kain atau pori-pori kulit manusia.
"Karena kalau diberi bahan kimia itu, bakteri pengurai itu tidak bisa masuk ke dalam serat-serat kain dan kayu atau juga ke pori-pori kulit manusia," katanya.
Meski demikian, di luar 2 faktor tersebut, Suyanto sendiri mengakui ada faktor lain yang menurutnya di luar akal manusia yang mampu membuat sesuatu tidak terurai di dalam tanah.
"Kalau yang seperti itu, yang di luar akal pun bisa. Karena semua itu kan atas kehendak Tuhan. Seperti Ashabul Kahfi, itu kan karena kehendak Tuhan. Kalau sudah seperti itu, dipercaya saja," katanya.