Australia Akan Produksi Kapal Selam Nuklir Dengan Inggris dan Amerika, Untuk Apa?
SABANGMERAUKE NEWS - Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese pada Jumat (18/11/2022) menegaskan komitmennya untuk memproduksi kapal selam bertenaga nuklir bersama Inggris dan Amerika Serikat (AS). Rencana itu sempat disoroti Presiden Prancis Emmanuel Macron yang disebut berpotensi memicu konfrontasi dengan China.
Pemerintahan eks PM Australia, Scott Morrison pada tahun lalu membuat Presiden Prancis geram. Sebab, pihaknya membatalkan kontrak armada kapal selam bertenaga konvensional buatan Paris senilai 66 miliar dolar (sekitar Rp1 kuadriliun).
Sebagai gantinya, Australia lebih memilih kapal selam bertenaga nuklir yang disepakati AS dan Inggris secara diam-diam.
1. Teknologi kapal selam nuklir Australia berpotensi memicu konfrontasi dengan China
Melansir AP, Macron mengkritisi kesepakatan AUKUS (pakta keamanan trilateral Australia-Inggris-AS). Ia mengatakan bahwa Prancis telah menawarkan Australia yang tidak memiliki industri energi nuklir dan kapal selam diesel-listrik yang mampu dirawat secara mandiri.
“Itu (perjanjian kapal selam Prancis) bukan konfrontasi dengan China karena ini bukan kapal selam bertenaga nuklir,” kata Macron pada Kamis (17/11/2022), seperti dikutip dari AP.
Pemimpin Prancis itu menambahkan bahwa kepemimpinan eks PM Morrison melakukan hal sebaliknya, yakni memulai konfrontasi dengan China melalui penggunaan nuklir.
Saat kesepakatan AUKUS diumumkan pada September 2021, Kementerian Luar Negeri China menyatakan mengutuk ekspor tenaga nuklir AS. Beberapa negara tetangga Australia juga khawatir lantaran dapat menimbulkan kompetisi persenjataan di wilayah sekitar.
2. Penetapan kapal selam bertenaga nuklir searah dengan perjanjian AUKUS
PM Albanese mengatakan mendukung perjanjian AUKUS yang searah dengan tujuan pemerintahan Australia untuk merangkul teknologi nuklir. Namun terkait pemilihan kapal selam versi kelas Virginia atau kelas British, akan diumumkan pada bulan Maret.
"Kami sedang melanjutkan pengaturan AUKUS, tidak ada yang ambigu tentang itu," kata Albanese dalam puncak pertemuan APEC di Bangkok yang juga dihadiri Macron, dilansir AP.
"Presiden Macron berhak untuk mengemukakan pandangannya, seperti yang dia lakukan dengan cara yang sangat terus terang, dia berhak membuat komentar apapun yang dia inginkan sebagai pemimpin Prancis,” tambah Albanese pada Jumat (18/11/2022).
Albanese menyarankan para pemimpin untuk tidak perlu ada perasaan sakit hati, mengatakan bahwa "Kami melakukan pertukaran yang sangat bersahabat, seperti yang selalu kami lakukan."
Tahun lalu, Macron menuduh Morrison karena membohongi dirinya atas kesepakatan itu. Ia juga menolak menerima panggilan telepon eks PM Australia itu selama berminggu-minggu usai kontrak selusin kapal selam dibatalkan.
3. Australia ganti rugi Prancis Rp9,1 triliun karena melanggar kontrak
Melansir ABC, pemerintahan Albanese yang baru terpilih pada Juni Lalu, membayar ganti rugi kepada pembuat kapal selam Prancis Naval Group sebesar $584 juta (sekitar Rp 9,1 triliun), menyusul dilanggarnya kontrak kapal selam.
Para pejabat Departemen Pertahanan Australia mengatakan, bahwa pihaknya begitu murah hati saat kompensasi itu diberikan. Itu dilakukan dengan harapan mampu meredakan kemarahan Prancis, sekaligus meningkatkan hubungan keamanan antar kedua negara.
Albanese mengatakan bahwa topik AUKUS tidak akan dibahas ketika digelarnya pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping di APEC Bangkok.