Ketua Umum PGLII: Damai Natal di Pulau Jawa, Damai juga di Papua!
SabangMerauke News, Jakarta - Ketua Umum Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) Pdt Dr Ronny Mandang menghimbau perayaan Natal di tengah pandemi Covid-19 dilaksanakan dengan penuh kesederhanaan. Selain itu Natal juga terus menghembuskan nafas kedamaian dan nasionalisme bagi Bangsa Indonesia, di mana pun berada.
“Seperti kotbah yang telah saya sampaikan saat perayaan Natal di DPR/ MPR, kita perlu mengingat saudara-saudara kita di Papua. Karena damai di pulau Jawa juga menjadi damai di Papua. Sehingga harapannya umat Kristiani di sana agar merayakan Natal dengan penuh kedamaian dan kasih. Perayaan Natal dengan kesederhanaan, seperti Yesus yang lahir di tengah kesederhaan”," kata Pdt Ronny, Jumat (24/12/2021).
Menurutnya, momentum Natal tahun ini juga disisipi oleh terjadinya bencana di beberapa tempat di Tanah Air. Pdt Ronny menilai semua gereja sudah turun di lapangan, termasuk PGLII dengan semua anggota sudah dikerahkan ke wilayah terkena banjir di Pulau Jawa dan gunung meletus di Lumajang.
"Memang dalam memberikan bantuan tak perlu membawa bendera kita. Tetapi jemaat diharapkan membuka semua harta benda seperti orang Majus yang mempersembahkan emas, perak, kemenyan dan mur," jelasnya.
Menurutnya, jika sebelum badai pandemi datang perayakan Natal cenderung digelar secara akbar, maka kondisi saat ini hal tersebut harus dikendalikan.
"Kelahiran Yesus yang dibaringkan di palungan dan dibungkus kain lampin mencerminkan kesederhaan. Yusuf dan Maria datang ke Betlehem menempuh perjalanan 160 kilometer menggunakan keledai. Nah, saat perjalanan, keduanya memakai kain lampin berfungsi untuk mengelap keledai tersebut," katanya.
Ronny menjelaskan bahwa inti dari Natal adalah kesederhanaan. Palungan itu sendiri terbuat dari batu yang berlubang tempat makan dan minum hewan yang tidak pernah dipergunakan untuk bayi yang baru lahir. Tetapi, Yesus yang lahir justru diletakkan di palungan yang mencerminkan ketidaklayakan.
"Yesus tidak pernah menuntut tempat yang ekslusif dan mewah. Artinya Natal harus dibawa dengan penuh kesederhanaan. Harus dibedakan Natal dengan kebudayaan atau Natal versi Alkitab," ungkapnya.
Maksud Natal sebagai kebudayaan misalnya Natal dengan sinterklas, kado dan nyanyian-nyanyian yang serba gemerlap dan merdu. Sekalipun itu tidak salah tetapi dikaitkan dengan Tetapi inti Natal adalah kesederhanaan.
“Kita di PGLII mendorong perayaan Natal dilakukan dengan sederhana tanpa mengurangi makna Natal itu sesuai dengan firman Tuhan yang ada di Alkitab”, terang Pdt Ronny.
Ia juga menghimbau agar seluruh perayaan Natal dilakukan dengan ketaatan penerapan protokol kesehatan.
"Natal harus tetap menjaga prokes sebagai wujud kesaksiaan bahwa gereja mendukung pemerintah dalam melawan penyebaran corona dengan varian baru umicron," pungkasnya. (*)