Jumlah Populasi Manusia di Dunia Capai 8 Miliar, PBB Wanti-wanti Ancaman Serius
SABANGMERAUKE NEWS - Penduduk dunia per Selasa (15/11/2022) mencapai 8 miliar manusia, demikian proyeksi laporan berjudul Prospek Populasi Dunia 2022 yang dirilis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Menurut PBB, pertumbuhan jumlah penduduk tidak pernah secepat sekarang. Laju pertambahan populasi yang cepat disebabkan oleh penambahan panjang umur manusia karena perbaikan kesehatan masyarakat, nutrisi, kebersihan pribadi dan ketersediaan obat-obatan.
Pertumbuhan populasi ini juga merupakan hasil dari tingkat kesuburan yang tinggi dan terus-menerus di beberapa negara.
Meskipun dibutuhkan 12 tahun populasi global untuk tumbuh dari 7 menjadi 8 miliar, dibutuhkan sekitar 15 tahun, yaitu sampai 2037, untuk mencapai 9 miliar. Ini tanda bahwa tingkat pertumbuhan keseluruhan populasi global sedang melambat.
Lembaga itu pun mewanti-wanti bahwa bakal ada lebih banyak ancaman serius yang dihadapi daerah-daerah terutama yang sudah mengalami kelangkaan sumber daya akibat perubahan iklim.
"Entah itu makanan atau air, baterai atau bensin, hanya sedikit yang bisa digunakan karena populasi global bertambah 2,4 miliar orang lagi pada tahun 2080-an," demikian proyeksi PBB
Ancaman itu juga disampaikan direktur populasi dan keberlanjutan di Pusat Keanekaragaman Hayati, Stephanie Feldstein. Menurutnya, setiap orang membutuhkan bahan bakar, kayu, air, maupun tempat untuk pulang.
Negara dengan tingkat kesuburan tertinggi cenderung menjadi negara dengan pendapatan per kapita terendah. Oleh karena itu, pertumbuhan populasi global dari waktu ke waktu menjadi semakin terkonsentrasi negara-negara termiskin di dunia, yang sebagian besar berada di Afrika sub-Sahara.
"Di negara-negara itu, pertumbuhan penduduk yang cepat dan berkelanjutan dapat menggagalkan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), yang tetap merupakan jalur terbaik dunia menuju masa depan yang bahagia dan sehat," kata Guterres.
Meskipun pertumbuhan penduduk memperbesar dampak lingkungan dari pembangunan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita adalah pendorong utama pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Negara-negara dengan konsumsi sumber daya material dan emisi gas rumah kaca per kapita tertinggi cenderung ke negara-negara yang pendapatan per kapitanya lebih tinggi, bukan negara-negara yang populasinya berkembang pesat.
Memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global, sambil mencapai SDG, sangat bergantung pada pembatasan pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Namun, pertumbuhan populasi yang lebih lambat selama beberapa dekade dapat membantu mengurangi akumulasi kerusakan lingkungan lebih lanjut pada paruh kedua abad ini. (*)