Mahasiswa Meninggal akibat Kekerasan, Pengamat Pendidikan Minta Mas Menteri Nadiem Bubarkan Menwa
SABANGMERAUKE, JATENG - Pengamat pendidikan, Doni Koesoema, meminta agar Menteri Dikbud Ristek membubarkan organisasi resimen mahasiswa (menwa). Hal tersebut menyusul meninggalnya seorang mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) di Solo, Jawa Tengah, saat mengikuti pendidikan dan latihan dasar Resimen Mahasiswa (Menwa).
Doni menyatakan kekerasan dalam kegiatan Menwa merupakan persoalan "laten" karena berulang kali terjadi.
Karena itulah, menurutnya, Mendikbud-Ristek, Nadiem Makarim, harus bertindak cepat dengan mengeluarkan peraturan yang berisi pembubaran Menwa. Sebab selain menimbulkan korban jiwa, Menwa juga dianggap sudah tidak relevan lagi dengan iklim akademik yang mengutamakan inovasi.
"Gunanya Menwa saat ini apa di kampus? Nggak ada. Sudah ada sekuriti atau satpam. Kalau mau ya dibubarkan dan kalau ada mahasiswa mau ikut program komponen cadangan strategis harus dilatih sembilan bulan dan dilatih oleh orang yang profesional, bukan sembarangan," ujar Doni kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Rabu (27/10/2021) lalu.
"Menteri Nadiem Makarim harusnya ambil tindakan. Karena dia kan zero tolerance terhadap kekerasan. Maka harus membubarkan Menwa secepatnya," tegasnya.
Doni menilai unit kegiatan mahasiswa berbau militer itu sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini yang mengutamakan inovasi.
Adapun pihak UNS telah membentuk tim evaluasi yang nantinya akan memberikan rekomendasi apakah Menwa akan dibubarkan atau tidak.
Tuntutan untuk membubarkan Resimen Mahasiswa (Menwa) muncul menyusul meninggalnya Gilang Endi Saputra saat mengikuti pendidikan dan latihan dasar atau Diklatsar di kawasan Jembatan Jurug, pada Minggu (24/10/2021).
Sejumlah mahasiswa Universitas Sebelas Maret menyalakan 100 lilin di area kampus sebagai bentuk solidaritas untuk Gilang. Mereka mendesak kampus segera membubarkan Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 Jagal Abilawa (nama resmi Menwa UNS).
Kepolisian Jawa Tengah mengungkapkan, penyebab meninggalnya mahasiswa semester tiga itu diduga akibat kekerasan berupa pemukulan di kepala sehingga terjadi penyumbatan di bagian otak.
Juru bicara Kemendikbudristek, Anang Ristanto, mengatakan Ditjen Diktiristek telah berkoordinasi dengan pimpinan UNS untuk mendukung penyelidikan dari kepolisian untuk mengetahui penyebabnya. (*)