Guru Olahraga di Sumut Ini Mau Ngetes Keperawanan 9 Siswinya, Dipanggil Masuk ke Ruangan Tak Boleh Bawa HP
SABANGMERAUKE NEWS, Sumut - Tindakan percobaan pelecehan oknum guru terhadap siswinya kembali terjadi di lingkungan sekolah. Kali ini, kabar tak sedap itu menerpa seorang guru olahraga di Serdang Bedagai, Sumatera Utara.
Diduga, guru dengan inisial MPS tersebut akan melecehkan 9 orang siswi dengan meminta dilakukan tes perawan. Para siswa dipanggil ke ruangan tertutup, dan dilarang membawa handphone (HP). MPS adalah guru olahraga di sebuah SMK di Sei Rampah.
Para siswi yang trauma kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada orangtua dan guru yang lain. Lantas kasus ini pun bergulir secara hukum dengan pelaporan ke kepolisian.
Salah satu guru yang ikut mendampingi para siswi yang melapor ke polisi menceritakan, MPS melakukan pelecehan dengan cara memanggil korban ke ruangan tertutup satu per satu. Mereka juga tidak boleh membawa handphone.
Para siswi itu kemudian diminta duduk di depan MPS dan harus menatap dalam jarak satu jengkal tanpa boleh memalingkan muka.
Tak berhenti di situ, MPS juga meminta para siswi itu menjalani tes keperawanan dengan cara berhubungan badan.
"Kalau menurut kesaksian anak itu kemarin, saya yang ngetes tapi jangan tahu orang tua," ujar guru itu menirukan pengakuan siswi yang menjadi korban, Kamis (10/11/2022).
Para siswi yang dilecehkan itu akhirnya keluar dari ruangan tersebut dengan menangis. Mereka melaporkan peristiwa itu ke orang tuanya hingga akhirnya diketahui sekolah.
Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Sei Rampah, Edi Prasetyo membenarkan peristiwa itu. Bahkan MPS telah dihadapkan dengan orang tua korban, namun memberikan jawaban berbelit-belit.
"Tadi kan ditanya langsung ke oknum MPS, tapi berbelit-belit. Dia bersikeras apa yang dilakukan itu merupakan pembinaan," kata Edi.
Terkait kasus ini, sekolah telah melakukan mediasi pada Rabu (9/11/2022). Namun mediasi tak menemukan titik temu dan orang tua siswi bersikeras tak mau mencabut laporan di kepolisian, meski MPS dan keluarganya telah meminta maaf.
"Para orang tua murid dan siswi tetap tak mau dan tetap akan melanjutkan kasus ini ke pihak polisi. Meskipun keluarga MPS dan MPS yang mengakui perbuatannya telah meminta maaf," ujarnya. (*)